Berawal dari pertemuan tidak sengaja dengan seorang gadis yang disangka adalah seorang wanita malam malah membuat Letnan Rico semakin terjebak masalah karena ternyata gadis tersebut adalah anak gadis seorang Panglima hingga membuat Panglima marah karena pengaduan fiktif sang putri.
Panglima memutasi Letnan Rico ke sebuah pelosok negeri sebagai hukumannya setelah menikahkan sang putri dengan Letnan Rico namun tidak ada yang mengira putri Panglima masih menjalin hubungan dengan kekasihnya yang notebene adalah sahabat Letnan Rico.
Mampukah Letnan Rico mendidik sang istri yang masih sangat labil. Bagaimana nasih sahabat Letnan Rico selanjutnya??? Apakah hatinya sanggup merelakan sang kekasih?? Siapakah dia??
Konflik, Skip jika tidak sanggup..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Bersama keluarga.
TIDAK UNTUK DI BANDINGKAN DENGAN DUNIA NYATA..!!
🌹🌹🌹
Mama Delia sedang menjemur pakaian. Tak sengaja saat itu beliau bertemu wajah dengan Keinan. Wanita yang selama bertahun tahun lalu menjadi wanita tersayang putranya.
"Mama??????"
"Kei?? apa kabar, sayang??" Sapa Mama Delia kemudian menghampiri Keinan.
"Baik, Maa..!!" Keinan memeluk Mama Delia. Memang selama ini mereka sangat dekat, tapi kini impian keduanya untuk bersama tidak akan ada lagi.
:
"Benar Ma, Kei dengar dari orang yang mengganggu Nindy malam itu. Nindy memang wanita malam. Bang Danar yang menyelamatkan dia. Entah berapa lama mereka kenal sampai Bang Danar akhirnya bersama Nindy."
deg..
Hati ibu mana yang tidak kaget mendengar hal itu. Mama Delia menarik nafas dan senyumnya.
"Kasihan Abang kan, Ma." Kata Keinan kemudian.
Mama Delia hanya bisa mengusap puncak kelapa Keinan. Hanya beliau dan Tuhan saja yang tau akan arti senyuman itu.
:
Siang itu Mama melihat Nindy masuk ke dalam kamar dengan rambut basahnya. Menantu cantiknya itu sholat kemudian mengaji, suaranya lembut hingga kadang terdengar begitu sedih.
Hati Mama Delia bertanya-tanya akan penyataan Keinan, gadis yang sudah lima tahun ini bersama putranya namun di hari ini beliau seakan tidak mengenal sosok Keinan yang lembut hati.
'Apa benar Nindy seburuk itu? Tapi aku seakan tidak merasakan keburukannya. Sejak awal bahkan Nindy tidak menutup kenyataan bahwa dia adalah wanita t*na s*sila'.
"Ada apa, Ma?" Tegur Bang Danar.
"Kamu bertemu Nindy dimana?? Di tempat hiburan malam??" Bisik Mama Delia pada putranya yang baru selesai mengobrol dengan Prada Juna juga Papa Harso.
"Di depan kesatrian. Nindy pingsan, di kejar orang." Jawab Bang Danar sambil menghisap rokoknya.
"Jangan merokok terus. Istrimu hamil."
Bang Danar tersenyum. Kata-kata itu persis seperti Papanya tadi pagi. Ia sekedar mengangguk saja pasalnya baru beberapa hari dirinya dan Nindy berjumpa, rasanya tidak mungkin kehamilan itu terjadi, melakukan hubungan badan pun baru satu kali. Tapi apapun itu dirinya hanya bisa menyimpan fakta tersebut di dalam hatinya.
"Kamu jangan meremehkan, Danar. Mama ini bidan senior."
"Iya maa.. Iyaaa..!!" Bang Danar segera masuk kamarnya lalu menutup pintu meskipun tidak rapat sepenuhnya.
"Sudah sholat?? Kamu bohongi Abang??" Tanya Bang Danar.
"Nggak, Bang. Nindy memang haid, tapi sudah selesai. Hanya dua hari ini saja tapi sudah tidak lagi." Jawab Nindy.
Bang Danar mengangkat dagu Nindy lalu mengecup bibirnya dengan sayang.
"Ada Mama Papa, Bang." Nindy sampai memalingkan wajahnya, ia tau suaminya akan kelewat batas jika di turuti inginnya.
"Nanti malam nggak apa-apa. Sekarang begini dulu..!! Abang kangen..!!" Jawab Bang Danar.
Tau putranya sedang ingin berdua, hati-hati sekali Mama menutup pintu kamar putranya. "Fix, Mama punya cucu." Gumam Mama Delia.
Papa Harso masuk ke dalam rumah membawa nampan kotor. Rumahnya nampak sepi tanpa ada suara. Papa Harso celingukan mencari Bang Danar dan Nindy yang tidak nampak batang hidungnya.
"Danar sama Nindy kemana, Ma?" Tanya Papa Harso.
"Anak Papa sedang di jinakan pawangnya. Sudah, ayo ke belakang. Bantu Mama buat onde-onde..!!" Ajak Mama Delia.
~
Bang Danar mulai tidak bisa menahan diri tapi dirinya mencoba menahan perasaan. Ucapan hanya sekedar ucapan, naluri pun hanya sekedar naluri yang wajar. Bukan karena tidak ingin, sebagai laki-laki jelas Bang Danar begitu menginginkannya tapi setiap Bang Danar ingin mendekat, dirinya selalu teringat akan luka sang istri, di tambah kondisinya yang belum pulih tentu membuatnya tidak tega.
"Abang 'geli' ya lihat Nindy???"
"Bukan itu. Abang nggak pernah berpikiran seburuk itu sama kamu. Badanmu masih penuh luka. Kepala saja masih di perban. Abang juga nggak gila, dek." Jawab Bang Danar.
"Nggak apa-apa. Nindy baik-baik saja, Bang." Nindy menurunkan dress nya.
Bang Danar tersenyum kemudian kembali mengecup bibir Nindy, ia menutup kembali tubuh sang istri. "Sembuh dulu, baru main berdua. Hubungan badan tidak hanya untuk menyenangkan Abang saja. Kamu juga berhak menikmatinya."
"Terima kasih, Abang..!!"
"Burung Nuri burung Merpati, kepak sayap jauh tinggi. Si cantik Nindy tambatan hati, bolehkah Abang tidak ingin berbagi??" Goda Bang Danar.
"Nindy kan, hanya milik Abang." Jawab Nindy.
Bang Danar mencolek pinggul Nindy lalu mencubitnya pelan.
"Itu wajib, sayangku. Apapun yang sudah menjadi milik Danar, tidak bisa di miliki orang lain..!!!" Balas Bang Danar balik berbisik.
-_-_-_-_-
Malam ini Bang Danar makan malam bersama keluarga. Banyak makanan terhidang di meja makan tak terkecuali lodeh batang talas yang sempat menjadi perkara.
Suasana hening tanpa suara, keempatnya tentu bergulat dengan pikiran masing-masing.
"Kamu nggak keramas, ndhuk?" Celetuk Papa Harso tiba-tiba karena tidak ada Nindy mandi dan langsung melaksanakan sholat Maghrib.
Uhhkkkk...
Sontak saja Bang Danar yang luar biasa kagetnya seketika tersedak nasi. Nindy pun mengangsurkan minuman pada suaminya.
"Nindy sudah mandi, Pa." Jawab Nindy.
"Iya nih. Buat apa sih kepoin mantunya sudah keramas atau belum?" Tegur Mama Delia heran dengan suaminya.
"Mereka lama di dalam........"
"Lama di dalam juga bukan berarti keramasin yang 'di dalam', Pa." Ujar gemas Bang Danar.
"Oohh.." Papa kembali melanjutkan acara makannya. "Kapan Papa punya cucu? Bisa kan, bikin cucu cepat..!!"
Uuuhhkkkkk...
Lagi-lagi Bang Danar tersedak. Wajahnya sampai memerah mendapatkan pertanyaan yang terkesan meremehkan. "Ampun dah, Papa. Buat anak seperti numpuk lego. Sabar, Pa..!!!"
.
.
.
.
hayo kak remake tokoh²nya