Arumi, gadis yang hampir berusia 18 tahun itu sangat tertarik ketika di jodohkan dengan pria dewasa berusia 32 tahun yang merupakan seorang duda tanpa anak.
Sungguh perbedaan usia yang sangat jauh, 14 tahun.
Kepribadian Arumi yang ceria, manja serta centil, membuat gadis itu terus menggoda calon suaminya hingga pria dewasa itu kewalahan menghadapi godaan bertubi-tubi setiap kali bertemu dengan Arumi.
"Om, kiss me pleaseee,,," Tanpa ragu Arumi mencondongkan tubuhnya ke hadapan pria tampan yang sedang duduk di kursi kemudi.
Bibir gadis berusia 18 tahun itu sengaja di majukan, kedua mata indahnya terpejam dengan bulu matanya yang lentik dan panjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Arumi semakin gelisah karna orang yang dia tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya, sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Gadis itu sudah menunggu selama lebih dari 1 jam. Di antara ke empat wanita itu, hanya Arumi saja yang tampak gelisah dan lesu. Sena, Aileen dan Gea terlihat happy menikmati dentuman musik dan alkohol. Ketiganya meliuk-liukkan tubuh seirama dengan musik disko, tak jauh dari tempat duduk Arumi. Tentu saja karna mereka harus menjaga sahabatnya yang masih bersegel itu.
Arumi menghela nafas berat, dia mungkin terlalu berharap Agama akan datang menemuinya. Berfikir pria itu tak akan membiarkan dirinya berci-uman dengan pria lain.
Padahal jelas-jelas dia tau bahwa Agam tak memiliki perasaan apapun padanya.
"Menyebalkan.!" Dengus Arumi. Dia memasukkan ponselnya ke dalam tas. Gadis itu baru sadar kalau Agam memblokir nomornya lagi. Ya, pria itu sudah berulang kali memblokir nomornya.
Arumi melirik minuman alkohol di atas meja. Rasa kesal dan kecewa pada Agam membuat gadis itu terdorong untuk mencicipi minuman setan itu. Tidak ada salahnya jika dia mencicipi sedikit, pikir Arumi.
Dari yang dia dengar, minuman itu bisa membuat seseorang melupakan kesedihan dan perasaan apapun yang mengganggu pikirannya. Atau bisa dibilang, minuman itu penawaran rasa galau.
"Minum sedikit nggak akan bikin aku mabuk." Gumamnya yang semakin yakin untuk meneguk minuman itu.
Kedua tangan Arumi meraih gelas kosong dan botol alkohol secara bersamaan, dia kemudian mengisi gelas kecil itu dengan setengah alkohol.
Arumi sempat mencium sekilas aroma yang sangat kuat dari minuman di tangannya. Dia menelan ludah dengan susah payah lantaran takut, tapi rasa penasarannya lebih dominan. Arumi mulai mendekatkan gelas itu ke bibirnya, ada keraguan dalam raut wajahnya. Tapi Arumi merasa harus mencobanya, setidaknya satu kali dalam hidupnya agar tidak penasaran lagi.
Minum seteguk, minuman itu meluncur sempurna kedalam rongga mulut Arumi. Gadis itu diam sejenak, mengecap mulutnya berkali-kali untuk merasakan minuman yang baru saja dia telan. Tidak buruk, walaupun ada rasa pahit dan sedikit panas.
Senyum di bibir Arumi sedikit terangkat, sepertinya dia menyukai minuman itu. Terbukti Arumi kembali meneguknya hingga habis.
"Pantas saja mereka bertiga sangat rakus." Gumam Arumi sembari mengarahkan pandangannya pada ketiga sahabatnya yang masih asik bergoyang dengan gelas berisi alkohol di tangan mereka.
Tidak cukup minum setengah gelas, Arumi kembali menuangkan alkohol ke dalam gelas miliknya. Dia seolah lupa kalau alkohol bisa menghilangkan kesadarannya jika meminumnya terlalu banyak. Apalagi untuk ukuran pemula seperti Arumi.
*****
Sementara itu di rumah mewah milik Arumi, Andrew dan Amira tampak gusar karna putrinya tak kunjung pulang. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam. Mereka sudah menghubungi Arumi berulang kali, namun tidak ada jawaban.
"Coba Papa telfon Agam saja, bukannya Arumi pergi sama Agam." Ujar Amira. Dia bahkan baru kepikiran untuk menghubungi calon menantunya itu.
"Astaga, Papa sampai lupa." Desis Andrew. Keduanya sama-sama tidak ingat untuk menghubungi Agam. Mungkin karena terlalu panik dan cemas lantaran Arumi tidak pernah pergi sampai selarut ini.
Saat itu juga Andrew langsung menghubungi Agam. Pria paruh baya itu langsung mencecar Agam dengan beberapa pertanyaan begitu Agam mengangkat panggilan telfonnya.
Di kediaman Airlangga,,,,
"Agam, kalian sedang dimana.? Kenapa sudah malam belum pulang.? Arumi baik-baik saja kan.?" Seru Andrew di seberang sana, membuat Agam terdiam karna tidak tau harus menjawab apa.
Pikirannya seketika mengarah pada pesan Arumi tadi siang. Gadis itu menyuruhnya untuk datang ke club pukul 9 malam. Agam mengabaikan pesan itu karna berfikir Arumi tidak akan melakukan hal konyol tersebut.
Melihat jam di ponselnya, Agam terkejut lantaran sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam. Dia menelan ludah kasar, jika terjadi sesuatu dengan Arumi, dia pasti orang pertama yang akan di salahkan.
"Arumi di rumah saya, dia ketiduran karna sejak tadi mengompres saya. Badan saya sedikit demam." Jawab Agam setelah beberapa saat terdiam. Dia memberikan alasan yang sedikit masuk akal agar Andrew tak curiga.
"Saya akan mengantar Arumi kalau sudah sedikit membaik." Ujar Agam. Saat itu juga dia langsung beranjak dari ranjang untuk mengambil jaket dan kunci mobilnya. Agam akan pergi ke club untuk menjemput bocah ingusan itu yang sekarang sudah mulai mengusahakannya.
"Syukurlah kalau Arumi baik-baik saja. Kami hanya khawatir, takut terjadi sesuatu pada Arumi."
"Kamu nggak perlu antar Arumi pulang, biarkan saja dia sana untuk menemani kamu. Tolong jaga Arumi, saya percaya kamu bisa menjaganya." Ujar Andrew. Agam tau maksud Andrew yang memintanya untuk menjaga Arumi. Secara tidak langsung, pria paruh baya itu meminta Agam untuk tidak berbuat macam-macam pada putrinya.
"Baik Om,, saya pasti akan menjaga Arumi, jangan khawatir. Dia ada di kamar saya, saya akan tidur di kamar tamu." Sahut Agam.
Andrew yang sudah yakin sepenuhnya pada Agam, seketika mengakhiri panggilan telfonnya dengan perasaan lega. Dia juga berpesan pada Agam agar besok pagi mengantarkan Arumi pulang.
****
Agam melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia pergi menuju club yang di maksud oleh Arumi. Setelah memarkirkan mobil di basement, pria itu berjalan cepat memasuki club. Mata tajamnya mengedarkan pandangan ke seluruh sudut club.
Tanpa Agam lihat, di salah satu meja tampak Arumi yang sudah mabuk berat. Ketiga sahabatnya terlihat kewalahan untuk membujuk Arumi pulang dari sana.
Gadis itu menolak di ajak pulang, dia akan berteriak menyebut nama Agam dan mengatakan tidak akan pulang jika bukan Agam yang mengajaknya.
"Anak ini benar-benar. Aku jadi menyesal mengajaknya kesini.!" Gerutu Gea. Dia menjatuhkan diri di sofa dan bersandar lesu di sana. Tenaganya hampir habis hanya untuk menarik Arumi pergi, tapi Arumi malah kembali lagi ke meja yang sejak awal di tempati mereka.
"Telfon Om Agam saja." Usul Sena. Dia langsung merogoh tas milik Arumi untuk mengambil ponselnya. Setelah berhasil mengambil ponsel Arumi, Sena mengarahkan layar ponsel itu ke wajah Arumi untuk membuka kunci.
Baru akan membuka aplikasi chat, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Agam.
"Om Agam telfon.!".Serunya dengan nafas lega.
"Buruan angkat.!" Ujar Aileen dan Gea. Sena mengangguk dan mengangkat panggilan telfon itu, lalu mendekatkan ponsel di telinganya.
"Dasar bocah ingusan.!! Dimana kamu.?!!" Saat itu juga Sena segera menjauhkan ponsel dari telinganya. Calon suami sahabatnya itu benar-benar menyeramkan. Hanya mendengar suaranya saja sudah membuat nyali Sena menciut. Entah seperti apa raut wajah Agam saat ini. Bisa di bayangkan ekspresi amarah dari pria berwajah tampan yang dingin itu.
gw gak baca berurutan..malas gw sama ayahnya😒
tapi kalau ujung"nya Sofia bersatu dengan Andrew...apa gunanya memaafkan, apa gunanya selama ini Amira marah, kecewa dan ujung"nya bercerai kalau pd akhirnya oengehianta bersatu?
gak guna!
nanti jangan nyesel ya klo ternyata om Ketagihan sama dada Arumi yang kecil itu😁😁