Naidim, Widy dan Grady adalah teman dekat sejak berada di bangku SMP dan SMA. Mereka memiliki banyak kesamaan dan selalu ada satu sama lain. Namun, saat memilih jurusan kuliah, mereka mengambil jalan yang berbeda. Widy memilih jurusan teknik, sedangkan Naidim lebih tertarik pada bidang pendidikan keolahragaan. Perbedaan minat dan lingkungan membuat hubungan mereka renggang. Widy yang selama ini diam-diam menyukai Naidim merasa sangat kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widyel Edles, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Koki Cilik Hebat
Hari Pangan Sedunia tiba! Suasana di SMP Bakti Nusantara begitu meriah. Semua kelas berlomba-lomba mempersiapkan hidangan terbaik mereka untuk mengikuti lomba memasak yang sudah dinantikan. Kelas 8B, yang terkenal dengan kekompakannya, tentu saja tidak mau ketinggalan.Grady,Widy dan Naidim ikut ambil alih dalam perlombaan tersebut.
Grady, Widy, dan Naidim, tiga sahabat terbaik dari kelas 8B, berkumpul untuk berdiskusi . Mereka bertiga saling memandang, semangat membara di mata masing-masing. "Jadi, apa yang mau kita masak?" tanya Grady, sambil mengikat celemeknya.
Widy, aku punya ide! Kita buat kue lapis singkong, gimana?" usul Naidim semangat. Singkong kan bahan pokok makanan Indonesia, pasti unik kalau kita buat kue lapis dari singkong.
"Wah, ide bagus, Naidim!" seru Grady, "Tapi gimana cara bikinnya ya? Kita kan belum pernah coba."
"Tenang aja, aku punya resep dari ibu. Dijamin enak!" jawab Naidim yakin.
Setelah melalui diskusi yang cukup panjang dan seru, akhirnya kelas 8B mencapai kesepakatan untuk menyajikan hidangan yang tak hanya lezat tetapi juga unik. Pilihan mereka jatuh pada kue lapis singkong, hidangan tradisional yang kaya akan rasa dan tekstur, serta jus buah naga segar yang dipadukan dengan biji selasih, minuman menyegarkan yang mampu menghilangkan dahaga dan memberikan sensasi yang berbeda di setiap tegukan
Hari perlombaan yang dinantikan akhirnya tiba. Suasana di sekolah sangat meriah dengan dekorasi yang penuh warna. Setiap kelas telah mempersiapkan booth mereka sedemikian rupa, menampilkan hidangan-hidangan yang menggugah selera. Widy, Grady, dan Naidim, dengan semangat yang membara, bekerja sama dengan cekatan. Widy, si ahli memasak, dengan telaten mengukus lapisan demi lapisan kue singkong hingga mencapai tingkat kematangan yang sempurna. Grady, dengan sentuhan artistiknya, menghiasi permukaan kue dengan parutan keju yang membentuk pola yang indah. Sementara itu, Naidim, sang mixologist cilik, sibuk meracik minuman menyegarkan dengan perpaduan rasa yang unik. Para juri, dengan tatapan penuh antusias, berkeliling mengunjungi setiap booth, mengamati dengan seksama setiap detail hidangan yang disajikan.
"Wah, aroma kue lapis singkong kalian bikin ngiler nih!" puji Bu Reny, guru BK yang menjadi salah satu juri.
"Minumannya juga segar banget! Perpaduan buah naga dan selasihnya pas banget," tambah Pak Yogi, guru olahraga yang ikut menjadi juri.
Detik-detik menjelang penjurian terasa semakin menegangkan. Widy, Grady, dan Naidim, tiga sekawan yang kompak, tengah fokus menyusun lapisan demi lapisan kue lapis singkong andalan mereka. Semuanya berjalan lancar hingga tiba-tiba, saat lapisan pertama siap untuk dikukus, bencana kecil menimpa mereka. Dengan suara mendesis pelan, kompor yang mereka gunakan untuk mengukus mati mendadak! Seketika, suasana dapur berubah menjadi riuh rendah. Wajah-wajah panik terpancar dari ketiga sahabat itu
"Aduh, gimana ini? Kue lapisnya udah mulai dingin!" seru Grady cemas.
"Tenang, kita pasti bisa nyelesaiin ini!" ujar Widy berusaha menenangkan teman-temannya.
Mereka bertiga berusaha mencari solusi. Naidim mencoba memperbaiki kompor, tetapi tidak berhasil. Widy mengusulkan untuk menggunakan panci kukusan yang lebih kecil dan diletakkan di atas kompor gas yang masih menyala. Sementara itu, Grady mencari alternatif lain untuk mengukus lapisan-lapisan kue yang sudah siap.
Waktu terus berlalu, dan harapan mereka seakan menguap perlahan. Namun, semangat pantang menyerah tetap menyala di hati mereka. Dengan penuh kesabaran, mereka memutuskan untuk menggunakan panci kukusan yang lebih kecil, bagaikan kapal kecil yang berlayar di lautan waktu. Satu per satu, lapisan kue singkong disusun kembali, seperti membangun menara harapan yang kokoh. Meskipun prosesnya lebih lama dari yang diperkirakan, mereka tetap bersemangat, saling membantu, dan saling menyemangati.
"Kalian benar-benar luar biasa, anak-anak!" puji Bu Reny, guru BK, sambil tersenyum bangga.
"Saya sangat kagum dengan cara kalian mengatasi masalah yang tiba-tiba muncul itu. Kalian tidak hanya bekerja sama dengan sangat baik, tetapi juga menunjukkan kreativitas dan semangat yang tinggi. Ini membuktikan bahwa kalian adalah tim yang solid!"
Setelah mendengar pujian Bu Reny, semangat mereka semakin berkobar. Mereka bergantian mengaduk adonan dan mengecek kukusan. Aroma harum mulai tercium dari dapur, membuat perut mereka keroncongan.
"Wah, pasti bakalan enak banget kue kita!" seru Grady dengan penuh antusias.
"Iya, nih. Pasti para juri pada suka," timpal Naidim.
Akhirnya, kue-kue yang mereka buat pun matang sempurna. Dengan hati-hati, mereka mengeluarkan kue dari kukusan dan menata di atas piring. Kue-kue itu terlihat cantik dan menggugah selera
Dengan hati berdebar, Widy, Grady, dan Naidim membawa kue lapis singkong buatan mereka ke ruang lomba. Meja-meja panjang sudah terisi oleh berbagai macam kue dari peserta Bukannya terlihat sombong, namun kue mereka terlihat begitu istimewa dengan lapisan-lapisan yang berwarna warni dan tekstur yang lembut.
Saat para juri mendekati meja mereka, ketiga sahabat itu saling menggenggam tangan erat-erat, jantung mereka berdebar kencang bagai drum yang dipukul cepat. Harapan dan kecemasan bercampur aduk dalam dada mereka. Mampukah kue lapis singkong buatan mereka, yang telah dibuat dengan penuh kasih sayang dan kerja keras, memikat hati para juri? Satu per satu, juri mencicipi kue lapis mereka. Ekspresi para juri yang tadinya serius berubah drastis menjadi terkejut, lalu berganti menjadi senyuman lebar yang mengembang di wajah mereka.
"Kue lapis ini sangat unik dan rasanya luar biasa!
jarang jarang loh orang membuat kue lapis berbahan singkong," ujar salah satu juri.
"Saya sangat terkesan dengan kerja sama tim kalian dalam mengatasi masalah yang terjadi tadi, langsung berpikir cepat dalam mengambil solusi.Orang orang seperti ini yang dibutuhkan di sekolah kita,mereka mampu mencari solusi yang tepat atas masalah yang terjadi" tambah juri lainnya.
Widy, Grady, dan Naidim saling berpandangan dengan rasa lega dan bahagia. Usaha mereka tidak sia-sia. Setelah semua juri selesai mencicipi, mereka diminta untuk menunggu pengumuman pemenang.
Saat nama kelompok mereka, [nama kelompok], dipanggil sebagai juara pertama, suasana aula seketika berubah menjadi riuh rendah. Ketiganya langsung bersorak kegirangan, mata mereka berkilau penuh semangat. Mereka saling memeluk erat, tubuh mereka bergoyang-goyang tak terkendali karena terlalu bahagia. Rasa lelah dan gugup yang menyelimuti mereka sejak tadi seketika sirna, tergantikan oleh rasa bangga dan puas yang luar biasa.
"Kita berhasil!" seru Widy sambil menghapus air matanya.
"Jangan nangis dong Wid,Ini semua berkat kerja sama kita!" timpal Grady.
"Thankyou guys sudah jadi teman yang hebat," ujar Naidim sambil tersenyum.
Puncak kebahagiaan mereka belum berakhir. Setelah menerima piala dan hadiah, mereka bertiga memutuskan untuk mengabadikan momen bersejarah ini dalam sebuah foto. Dengan penuh semangat, mereka berpose dengan berbagai gaya, memamerkan piala kemenangan dan kue lapis singkong buatan mereka. Setiap jepretan kamera seolah membekukan waktu, mengabadikan senyuman bahagia yang terpancar dari wajah mereka. Ini adalah kenangan terindah yang takkan pernah mereka lupakan.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊