Alea, seorang gadis yang menjadi korban perkosaan di hotel tempat dimana ia bekerja. Alea yang kala itu sedang bertugas membersihkan salah satu kamar hotel karena dia merupakan seorang office girl, harus menerima kenyataan pahit ketika seorang laki-laki asing menjamahnya. Penderitaan tak sampai disitu, ketika Alea di paksa harus menikah dengan pria paruhbaya yang berkuasa di wilayahnya, dan hal yang lebih mengejutkan ketika Alea tahu jika orang yang telah menjadi suaminya adalah ayah dari laki-laki yang sudah tega menodainya. bagaimana Alea harus menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedekatan Arthur dan Alea
Arthur menghampiri Alea dan menatapnya.
"Kenapa Tuan Arthur melihatku seperti itu?" Alea tidak nyaman dengan tatapannya.
"Sebaiknya kau beristirahat. Tidak perlu memikirkan siapa pria yang menyelinap masuk kedalam kamarku. Karena aku bisa mengatasinya." Arthur pun menyelimuti Alea. Dia pun kembali ke sofa dan memejamkan matanya.
"Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Orang jahat atau orang baik?" batin Alea menatap kearah Arthur yang sudah terlelap tidur.
Keesokan harinya.
Keluarga besar Bratajaya sudah standby dimeja makan menunggu Arthur dan Alea.
"Maaf Tuan. Tuan muda dan nona Alea tidak ada di kamarnya," ucap Laura setelah memanggil Alea dan Arthur, namun mereka tidak ada.
Brak!
Carlos menggebrak meja makan, sehingga membuat semua yang ada disana terkejut.
"Arthur pasti membawa Alea kabur lagi. Tapi baguslah! Mudah-mudahan kali ini dia tidak akan pernah kembali lagi kesini." batin Stevani.
"Para Penjaga!!!" teriak Carlos. Sehingga mereka kocar-kacir menghampirinya. "Cari Arthur dan Alea sekarang juga," lanjutnya.
"Tidak perlu! Karena aku dan Alea sudah disini," ujar Arthur yang baru saja masuk, dan mendengar teriakkan ayahnya.
"Arthur, dari mana saja kalian?" tanya Samantha.
"Semalam ada orang yang menyerang ku, dan Alea datang untuk menolong, tetapi malah dia yang terluka," jelas Arthur.
"Apa? Ada orang yang ingin menyerang mu." Samantha mendekati Arthur untuk memastikan kalau putra kesayangannya itu tidak terluka.
"Aku baik-baik saja Bu. Ibu lihat, karena menolongku tangan Alea terluka akibat sayatan pisau yang dibawa oleh orang itu." Arthur mengarahkan pandangan ibunya agar menoleh kearah lengan Alea yang dibalut perban.
"Siapa orang itu? Apa kau mengenalinya?" Carlos angkat suara dan mulai bertanya.
"Tidak Ayah. Karena orang itu menggunakan topeng," jawab Arthur.
"Tidak mungkin ada penyusup masuk kedalam mansion ini. Pelakunya pasti orang dalam," kata Carlos.
Arthur tertegun mendengar ucapan Carlos. Sepertinya ayahnya sepemikiran dengannya.
"Alea aku minta maaf, sekaligus berterima kasih. Karena kau telah menyelamatkan Arthur," ucap Samantha. Yang dibalas anggukan kecil dan senyum tipis dari Alea.
"Ini ada yang aneh? Kenapa Alea bisa tiba-tiba datang menyelamatkan Arthur," ucap Stevani. "Apa mungkin dia sendiri yang telah menyuruh orang untuk melakukan penyerangan terhadap Arthur, dengan begitu dia bisa berpura-pura menjadi penyelamat. Selama ini kita semua tahu, kalau tidak ada orang yang menganggap keberadaannya disini," lanjutnya memprovokasi.
"Jangan asal bicara!" bentak Arthur. "Alea tidak mungkin melakukan hal kotor seperti itu hanya untuk mendapatkan simpati dari semua orang. Biarpun ada orang yang patut dicurigai, orang itu adalah kau!" sebut Arthur, menunjuk wajah Stevani.
"Arthur!!!" Stevani mengangkat tangannya hendak menampar Arthur, namun niatnya urung ketika melihat Carlos yang sedang menatap tajam kepadanya. "Tuan Carlos, aku tidak terima putra kesayangan mu menuduhku seperti itu," adunya.
"Tidak ada yang boleh menuduh sembarang orang, tanpa adanya bukti yang kuat!" tegas Carlos.
"Arthur apa kau mendengarnya?" sinis Stevani.
"Termasuk juga kau!" decak Carlos. "Kau tidak bisa menuduh Alea, tanpa adanya bukti nyata. Karena walau bagaimanapun dia itu masih berstatus istri sah ku!" tegasnya.
Arthur merasakan ada sesuatu yang tidak nyaman dihatinya, ketika mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Carlos.
"Kali ini kau bisa lolos! Tapi lihat saja, aku akan membuatmu menyesal karena telah berani menggagalkan rencana ku," batin Chamela menatap tajam kearah Alea.
"Laura, bawa Alea untuk beristirahat di kamarnya," perintah Carlos.
"Tidak perlu, Ayah. Karena aku yang akan mengantarnya," ucap Arthur. Semua mata menatap heran melihat sikap Arthur terhadap Alea.
"Kau sudah merebut ayah dariku. Tapi kali ini aku tidak akan membiarkan mu merebut kak Arthur. Jika aku tidak bisa memiliki kak Arthur, maka siapapun tidak ada yang berhak memilikinya," batin Rachel.
"Kenapa Arthur begitu sangat peduli kepada Alea? Mudah-mudahan itu hanya rasa empatinya saja. Aku tidak ingin Arthur mendapat masalah jika sampai jatuh cinta kepada gadis itu," batin Samantha.
*
"Beristirahatlah! Aku tahu, kalau semalam kau bergadang dirumah sakit karena tidak bisa tidur," ucap Arthur.
"Tuan Arthur tahu dari mana kalau semalam aku memang gak bisa tidur?" tanya Alea.
"Aku bahkan tahu kalau semalam kau juga terus memperhatikan ku. Apa kau pikir kalau aku sudah benar-benar tidur?" tanya Arthur seraya mencondongkan tubuhnya hingga wajah keduanya saling berdekatan. "Aku peringatkan kepadamu, jangan pernah menatapku seperti itu lagi, atau..." Arthur menggantung ucapannya.
"Atau apa?" tanya Alea dengan suara has lemah lembutnya.
"Atau kau akan jatuh cinta kepadaku." jawab Alvaro seraya melemparkan senyuman terbaiknya, namun tetap dengan tatapan dinginnya.
Deg. Ucapan Arthur membuat jantungnya seakan berhenti berdetak, dan wajahnya kini memerah.
"Tuan Arthur sembarangan. Tidak mungkin aku jatuh cinta kepada laki-laki seperti Tuan," Alea tersenyum yang dibuat-buat.
Arthur tertegun sejenak. "Ya. Kau benar. Mana mungkin kau bisa jatuh cinta kepada seorang penjahat sepertiku." Raut wajahnya berubah murung.
"Sebaik-baiknya orang, ialah orang yang mau mengakui kesalahannya, dan berjanji untuk tidak akan melakukannya lagi," ucapan Alea membuat Arthur kembali menatapnya.
"Jangan menatapku seperti itu," protes Alea.
"Memangnya kenapa?" tanya Arthur.
"Atau Tuan akan jatuh cinta kepadaku." Alea mengcopy ucapan Arthur tadi.
"Ya, sepertinya aku memang telah jatuh cinta kepadamu," jawab Arthur.
Alea malah terkekeh mendengar ucapan Arthur. Dia mengira kalau Arthur sedang menggodanya.
Arthur mengamati raut wajah Alea yang tampak berseri-seri. Ini adalah kali pertama Alea menunjukan keceriaannya dihadapan dia. "Aku ingin melihat senyum itu setiap hari," ucapan Arthur membuat Alea tiba-tiba terdiam.
"Jadi benar dugaan ku. Sepertinya Arthur benar-benar telah jatuh cinta kepada Alea," batin Samantha yang ternyata diam-diam mengintipnya dari balik pintu tanpa sepengetahuan mereka.
"Sebaiknya Tuan keluar. Bukankah tadi Tuan memintaku untuk beristirahat. Kalau Tuan tetap disini, bagaimana aku bisa beristirahat," pinta Alea.
"Baiklah! Aku akan pergi," ucap Arthur seraya menatap lekat wajah cantik Alea begitu dalam. Dia pun menoleh kearah bibir tipis Alea yang menurutnya begitu seksi dan menggoda. Rasanya ingin sekali dia menyentuh ranum bibir itu dengan bibirnya, namun kali ini dia tidak ingin menciumnya secara paksa. Arthur ingin membuat Alea jatuh cinta kepadanya terlebih dahulu.
"Tuan Arthur selalu saja menatapku dengan cara seperti itu, apa dia tidak tahu kalau tatapannya itu membuatku merasa sangat tidak nyaman," batin Alea yang memalingkan pandangannya.
Arthur pergi dari kamar Alea. Namun dia lupa untuk menutup pintunya kembali, sehingga Alea beranjak untuk menutup pintu kamarnya. Tapi ternyata dia dikejutkan dengan kehadiran Samantha yang tiba-tiba nongol dan berdiri tepat dihadapannya.
"Nyonya Samantha..."
"Apa aku boleh masuk?" tanya Samantha.
Alea mengangguk kecil.
Samantha duduk di sofa. Dia meminta Alea untuk duduk disampingnya. "Sepertinya Arthur bahagia jika berada di dekatmu." Dia menatap dalam wajah Alea. "Apa kau juga bahagia saat berada didekat Arthur?"
"Kenapa Nyonya Samantha menanyakan hal itu?"
"Aku hanya ingin kau mengerti, apa status mu disini. Aku harap kau mau menjauhi Arthur, dan jangan pernah memberikan harapan apapun kepadanya, karena walau bagaimanapun juga kau adalah ibu tiri dari Arthur, dan sampai kapanpun kalian tidak akan pernah bisa bersama," ucap Samantha menegaskan.
"Maaf, tapi sepertinya Nyonya terlalu berlebihan menilai kedekatan ku dengan tuan Arthur. Karena aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya."
"Mungkin sekarang tidak. Tapi kita tidak tahu kedepannya akan seperti apa," ucap Samantha. "Makanya, sekarang aku minta agar kau mau berjaga jarak dengan Arthur, karena aku tidak ingin Arthur terkena masalah."