NovelToon NovelToon
Stuck With You (Ma Mia Cara)

Stuck With You (Ma Mia Cara)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta Paksa / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Romansa
Popularitas:713
Nilai: 5
Nama Author: Sequoia_caca

"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya" - Damian Andante Salvatore

"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante" - Azzevanya Laluna Hazal



Hallo guys, ini adalah novel pertama ku... maaf kalau banyak typo atau ceritanya kurang menarik ya... Terima kasih banyak😍😍😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Seorang Monster

Damian baru saja tiba di Italia, dia memutuskan untuk pergi ke mansion dimana Ayah dan kakeknya tinggal untuk menanyakan sesuatu kepada kakeknya. Sebenarnya, setelah Damian dewasa, dia memilih tinggal terpisah. Damian tinggal di sebuah Mansion besar yang terletak di pesisir pantai San Vito Lo Copo, Sisilia. Dia tidak ingin tinggal satu atap dengan ayahnya, apalagi disana memiliki banyak kenangan menyakitkan yang menyangkut ibunya.

"Selamat datang tuan..."

Para pelayan membungkuk, menyambut kedatangan Damian.

"Dimana kakek? "

"Aku disini.. "

Kakek Damian berjalan menghampirinya dari balik kursi besar di ruang tengah.

"Bagaimana kabarmu nak? kau sehat..? "

"Seperti yang kakek lihat, aku ingin menanyakan sesuatu padamu. "

"Kau ini.. bukannya menanyakan kabarku dulu.. Ayo makan lah dulu ya...bersamaku. "

"Tidak.. aku sudah kenyang. "

"Ayolahhh, Ian sudah lama kau tidak berkunjung kemari.. "

"Hmmm.. Baiklah. "

Damian tidak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaan kakeknya. Sebenarnya Damian paham perasaan kakeknya sekarang, pasti di usia tuanya dia sangat kesepian. Walaupun dikelilingi para pelayan setia keluarga Salvatore.

Damian duduk bersebelahan dengan kakeknya di meja makan yang sangat besar dan lebar. Disana terdiri dari 20 kursi yang saling berhadapan.

"Alan... Alann... "

Kakek Damian memanggil Alan, kepala pelayan keluarga Salvatore. Pria itu masih terlihat gagah walau rambutnya sudah berubah menjadi putih beruban.

"Iya tuan.. ada yang bisa saya bantu? "

"Panggil kan Darius di ruangan kerjanya. Sudah lama kami tidak makan bersama kan.. "

Damian sedikit emosi mendengar apa yang baru saja kakeknya katakan. Damian tidak kesana untuk reuni keluarga. Tapi dia hanya ingin menanyakan hal yang penting terhadap kakeknya saja.

"Sial!! "

Batin Damian.

Setelah Alan kembali dari ruang kerja Darius di lantai dua mansion itu, sesosok pria paruh baya berbadan tegap yang mengenakan kemeja putih dengan celana berwarna navy. Turun dari tangga dengan gagahnya, Dia adalah Darius yang masih terlihat tampan walau mulai menua, rambutnya dihiasi uban yang masih jarang. Dan rahangnya yang tegas sangat mirip dengan Damian. Namun, dia adalah Damian versi di fase mulai menua. Darius duduk bersebrangan dengan Damian.

"Kapan kau datang? "

Darius memulai percakapan dengan Damian, Namun Damian menjawabnya dengan nada dingin.

"Baru saja. "

"Bagaimana perjalanan mu Ian? "

"Lumayan"

"Perusahaan aman? Johan bekerja dengan baik? "

"Tentu."

"Bagaimana dengan klan? Apa Ozturk mengusik klan lagi? "

"Baik, belum"

"Iannnn jawablah sesuatu dengan benar!! "

Kakek Damian, Domani yang sedang mengunyah makanannya menghentikan aktivitas itu saat mendengar bentakan Darius terhadap Damian. Domani hanya bisa menghembuskan nafas kasar.

"Kenapa? kau tersinggung tuan Darius? "

"Iannn aku ayahmu! Sopan lah sedikit. Ini pertemuan pertama kita lagi setelah sekian lama. "

"hmmm... "

Damian tersenyum meledek mendengar Ayahnya.

"Kau....!!! Hahhhhh... Jawablah pertanyaan ku dengan benar Ian. "

Darius menghela nafas, dia berusaha untuk mengontrol emosinya saat menghadapi Damian.

"Kapan kau akan menikah Ian, Usiamu sudah matang. Kau harus segera memberikan aku cucu dan cicit untuk kakekmu. Kasihan kakekmu merasa kesepian di usia senjanya. "

"Bukan urusanmu. "

Darius mencengkram garpu dan sendok di tangannya dengan erat, Dia sudah sangat emosi. Tapi si pelaku yaitu Damian tidak peduli akan hal itu, dia hanya sibuk memakan makanannya berupa steak dengan santai.

"Kau memang seperti ibumu.... Dasar tidak tau di untung..!! "

Domani terkejut mendengar anaknya mengatakan hal yang menyinggung Damian. Domani sudah merasa ini tidak akan baik-baik saja.

Tanpa basa-basi Damian melemparkan makanannya hingga piring itu pecah. Lalu dia bangkit dan menodongkan pistol Smith and Wesson 500 Magnum (S&W 500M) kearah Darius ayahnya sendiri. Darius dan Domani tidak percaya dengan apa yang dilakukan Damian sekarang.

"KAU BERANI MENGHINA IBUKU DI DEPANKU? DARIUSSSS SALVATORE!!!!"

"Ayooo kalau kau berani tembak aku sekarang... !!!!anak durhaka.. ayo tembak!!!"

Damian sangat emosi melihat tingkah ayahnya yang tidak merasa bersalah sama sekali setelah menghina ibunya. Dia mengenggam pistol di tangannya dengan erat hingga urat nadinya terlihat menonjol.

"Ayyyyoooo!!! kenapa kau diam saja... kau tidak punya nyaliii?? ayo tembak aku!! "

Darius terus memprovokasi Damian. Domani bangkit dari kursinya dia tidak bisa membiarkan ada pertumpahan darah antara anak dan ayah itu di rumahnya.

"SUDAHHH DARIUSSSS... DIAMMM!!! APA KAU GILA... SUDAHHHH!! "

"AKU INGIN MELIHAT NYALI ANAK DURHAKA INI, PECUNDANG YANG SAMA SEPERTI IBUNYA .. TIDAK TAU MALU DANNN.... "

*DORRRR...

Para pelayan yang berdiri disana menutup telinga mereka masing-masing sambil berjongkok.

Damian melepaskan satu peluru yang tepat melewati pelipis ayahnya hingga tergores sedikit dan mengeluarkan darah.

Domani terlihat syok melihat apa yang dilakukan Damian terhadap ayahnya sendiri. Apalagi Darius yang langsung saja terdiam dengan mata melotot, dia terkejut dengan Damian yang nekat melukainya.

"AHAHAHAHAHAHAHHA... KENAPA SEKARANG KAU DIAM? BUKANKAH KAU SANGAT SUKA BERBICARA..!!!! AYO BICARALAH DARIUS.. BICARALAH. AHAHAHAHAH"

Damian tertawa melihat ekspresi ayahnya yang terdiam seperti patung di hadapan nya.

"AHAHAHAHAH... HAHAHAHAHAHA"

Damian tertawa dengan keras sampai mengeluarkan air mata hingga semua pelayan disana ketakutan melihat Damian.

Darius menyentuh luka berdarah di pelipisnya. Dia terlihat sangat marah dan kecewa.

"KENAPA? KAU DIAM SAJA?!!! AYO BICARA... BICARALAH BANGSAT!!! "

Damian menggebrak meja makan itu hingga menimbulkan suara yang keras. Hans yang sedari tadi berdiri dibalik tembok halaman depan mansion itu masuk kedalam khawatir akan situasi yang semakin buruk. Awalnya dia tidak mau mengganggu Damian, makannya Hans memutuskan untuk diam di luar saja.

"Sudahhh nak.. sudah... ayo kembalilah ke rumah mu ya... pulanglah nak.. "

"KENAPA KEK? BIARKAN AKU BERSENANG-SENANG DULU... "

Damian malah tersenyum ke arah kakeknya dengan wajah yang memerah, Domani menangis melihat Damian. Dia seperti bukan Damian kecil yang dulu sanagt dia sayangi.

"DASAR MONSTER...!!! "

"HAHAHAHAHA, IYAAAA AKU MEMANG MONSTER... DAN KAU LAH YANG BERTANGGUNG JAWAB AKAN HAL ITU. KAU YANG MENJADI KAN KU MONSTER DARIUS... AHAHAHHA.. KAU MAU AKU MENEMBAK MU LAGI???? KAU MAU HANYA KRITIS, KOMA ATAU KAU MAU LANGSUNG MATI? "

Saat Damian mengarahkan pistol nya lagi ke arah ayahnya lalu menarik pelatuk nya, Hans menghalangi Damian hingga peluru itu meleset sampai memecahkan lemari kaca diujung ruang makan itu. Para pelayan berteriak dan menjerit seketika.

"Sudahhh sudahhh tuannn ayo kita kembali... ayo tuannn. "

"Jangan menghalangi ku Hans.. Aku harus membunuh nya agar ibuku tenang.. "

Damian tidak terima saat Hans menghalanginya. Dia bahkan memukul wajah Hans hingga pria itu tersungkur. Kesempatan itu Damian manfaat kan untuk kembali menodongkan senjatanya pada Darius. Namun kali ini kakeknya yang menghalangi tindakan itu.

"Sudah Ian, pulang lah demi aku. Dan lupakan apa yang ayahmu katakan.. aku mohon.. pulanglah Ian, jangan lakukan ini. "

Damian yang masih terengah-engah menahan amarah, seketika diam saat melihat wajah kakeknya yang memohon padanya untuk berhenti.

Damian menggulung kemejanya, lalu meremas rambutnya frustasi.

"Ingattt satu hal yang akan ku katakan ini... Jika kau berani menghina ibuku atau menyinggung segala sesuatu tentang ibuku... aku tidak segan-segan membunuhmu. Walau kau Ayahku. INGAT ITU DARIUS!!! Ayo Hans.. "

Damian melangkah pergi keluar, Hans bangkit sambil memegangi rahangnya yang terkena pukulan keras Damian lalu membungkuk hormat pada Darius dan Domani. Hans pun ikut pergi menyusul Damuan keluar dari Mansion itu.

Darius yang masih tidak percaya dengan yang dilakukan Damian padanya, akhirnya terjatuh lemas.

Domani menghampirinya.

"Lihat sekarang, apa yang kau hasilkan dari perbuatan mu di masa lalu. Tanpa sadar kau menjadikan anakmu seorang Monster. Kau lihat sorot kebencian yang amat dalam dari matanya. ?!!!.

Bahkan dia tertawa saat menyakiti ayahnya sendiri.. apa yang akan ku katakan pada Ibumu juga mendiang Rose saat aku bertemu di alam baka dengan mereka nanti. "

Domani menangis meninggalkan Darius yang masih terduduk di lantai sambil melamun sendirian. Alan menghampiri Darius, lalu membantunya untuk bangkit dari posisinya.

"Anda baik-baik saja tuan.. "

"Iyaa... aku baik-baik saja. Aku akan kembali ke atas dan jangan ada yang menggangguku"

Darius berjalan menaiki tangga tanpa ekspresi, Alan memperhatikannya dari bawah. Ada rasa kasihan di dalam hatinya melihat Darius yang termenung seperti itu. Kejayaan Darius yang dulu sudah sirna, sekarang dia hanya menjadi seorang pria yang terlihat gagal melakukan perannya sebagai kepala keluarga, seorang suami dan juga ayah yang baik bagi keluarga nya.

1
Nania Nia
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!