"Buang obat penenang itu! Mulai sekarang, aku yang akan menenangkan hatimu."
.
Semua tuntutan kedua orang tua Aira membuatnya hampir depresi. Bahkan Aira sampai kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan seorang pria beristri. Dia justru bertemu anak motor dan menjadikannya pacar pura-pura.
Tak disangka pria yang dia kira bad boy itu adalah CEO di perusahaan yang baru saja menerimanya sebagai sekretaris.
Namun, Aira tetap menyembunyikan status Antares yang seorang CEO pada kedua orang tuanya agar orang tuanya tidak memanfaatkan kekayaan Antares.
Apakah akhirnya mereka saling mencintai dan Antares bisa melepas Aira dari ketergantungan obat penenang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
"Butuh tantangan agar hidup ini tidak membosankan." Antares memakai celana sobek-sobeknya dan jaket kulit berwarna hitam lalu keluar kamarnya sambil membawa helm full face.
"Ares, umur kamu sudah hampir 30 tahun. Kamu mulai keluyuran malam lagi?" Shena menghentikan langkah putranya.
Antares mantan idola terkenal yang kini menjabat CEO, merasa hidupnya sangat membosankan setelah mengalami patah hati berulang pada orang yang sama. Sejak dia bergabung dengan anak motor lagi, hidupnya sudah tidak membosankan. Apalagi saat dia menguasai jalanan dan beradu balap dengan anak motor yang lebih muda darinya. Energi darah muda dan semangat itu seolah ikut mengalir di dirinya. "Mama tenang saja, aku akan jaga diri. Aku bosan kalau setiap hari harus mengurus pekerjaan."
"Makanya cari istri biar tidak bosan. Jangan main-main begini, nanti siapa yang mau sama kamu."
Antares memegang bahu mamanya. Dia menatap kedua mata itu untuk mengurangi rasa khawatir yang tersirat. "Mama, kalau sudah waktunya nanti, aku pasti akan menemukan jodoh. Siapa tahu, aku menemukan jodohku di jalan." Antares tertawa lalu berjalan meninggalkan mamanya keluar dari rumah. Dia memakai helmnya, lalu menaiki motor sport berwarna hitam. Beberapa saat kemudian motor itu segera melaju meninggalkan halaman rumahnya.
Antares semakin menambah kecepatan laju motornya. Meskipun teman-temannya saat SMA dulu sudah tidak ada di geng motornya kali ini, dia cukup bergabung dengan geng motor yang sering menjaga keamanan di jalan. Mereka dari berbagai kalangan dan latar yang berbeda.
Antares menghentikan motornya di dekat pertigaan, dimana ada pohon besar yang cukup sepi. Di kawasan itu rawan begal sehingga mereka berjaga di tempat itu. Dia melepas helmnya dan menatap teman-temannya.
"Pak Ares, sudah datang," kata Miko yang masih berstatus mahasiswa itu.
Antares menepuk bahu Miko. "Jangan panggil, Pak." Antares menjagrak motornya lalu duduk miring sambil menatap teman-temannya. "Minggu depan kita adakan balapan. Hadiahnya lebih besar dari kemarin."
"Siap bos!"
Antares mengambil sebatang rokok lalu melempar sisanya pada teman-temannya. Dia menyulut rokok itu sambil membayangkan masa depan yang entah seperti apa. Hidupnya sangat sukses sejak SMA, mantan atlet renang, mantan idol, dan sekarang seorang CEO tapi dia tidak beruntung soal wanita. Dia belum juga menemukan wanita yang benar-benar membuatnya jatuh cinta sedalam-dalamnya lagi setelah kehilangan Adara.
Tiba-tiba ada suara langkah kaki yang begitu cepat mendekat. Antares melihat seorang wanita yang berlari ke arahnya dan tiba-tiba memeluknya hingga membuat rokok itu terjatuh dari tangannya dan buru-buru diinjak oleh Miko.
"Tolong aku," bisik wanita itu dengan suara yang bergetar.
Belum juga menjawab, tiba-tiba wanita itu menempelkan bibirnya. Antares melebarkan kedua matanya saat bibir itu saling bersentuhan.
"Aira, apa yang kamu lakukan!" teriak Fadil sambil menarik Aira agar melepas pelukannya pada pria yang dia anggap berandal itu.
Antares turun dari motornya. Dia merasa wanita itu sedang dalam bahaya. "Ada apa?"
"Ayah, aku tidak mau dijodohkan. Aku sudah punya pacar." Aira menarik lengan Antares. "Dia pacarku, jauh lebih macho dan keren daripada pria tua itu."
"Apa kamu bilang?" Toni mendekat dan menarik tangan Aira dengan paksa. "Apa yang kamu harapkan sama pria berandal seperti dia! Aku bisa memberi kamu segalanya! Bahkan usaha Ayah kamu akan aman."
"Setidaknya dia bukan pria beristri seperti kamu!"
"Aira, jangan macam-macam! Pulang sekarang!" bentak Fadil.
Aira semakin mencengkeram lengan Antares pertanda dia sangat ketakutan.
Antares memberi kode pada teman-temannya agar berdiri. Mereka mendekati Fadil dan Toni.
"Mau macam-macam dengan pacar bos kita? Kita tidak akan tinggal diam." Miko dan teman lainnya mengepalkan tangannya.
"Aira! Kalau kamu lebih memilih dia, lebih baik kamu tidak usah pulang! Pantas kamu jadi pembangkang, pergaulan kamu sudah bebas." Kemudian Fadil dan Toni pergi dari tempat itu karena mereka merasa takut dengan ancaman mereka.
Aira melepas tangan Antares dan bernapas lega. "Terima kasih sudah menolong," kata Aira. Dia akan pergi tapi Antares menahannya.
"Terima kasih? Sebenarnya aku tidak tahu yang salah siapa? Kedua orang itu atau kamu."
Aira menatap kesal Antares. "Jelas mereka yang salah. Tapi kalau kamu tidak percaya, tidak apa-apa."
"Kamu juga salah! Kenapa kamu tiba-tiba menciumku?"
Aira menggaruk tengkuk lehernya. Dia juga tidak mengeti mengapa gerak reflek itu justru mencium bibirnya. Sepertinya dia terpengaruh adegan di beberapa drama yang pernah dia lihat. "Cuma reflek aja. Biar lebih meyakinkan. Lagian, bibir kamu juga bau rokok!"
Kemudian Aira pergi meninggalkan Antares begitu saja.
Antares hanya berdengus kesal. Dia melihat Aira yang berjalan pelan menuju taman.
"Ngapain dia malam-malam ke tempat itu?" gumam Antares.
"Susulin aja. Lumayan cewek cantik bro. Daripada nanti jadi perjaka tua."
"Sial lo! Di sana gelap, gue cuma mau mastiin dia aman." Kemudian Antares berjalan masuk ke taman itu. Dia hanya melihat wanita itu dari kejauhan.
Aira duduk di tepi kolam sambil memandang ikan koi yang berenang dan sesekali terlihat bersinar karena cahaya bulan.
"Kamu jangan pulang ke rumah!"
"Apa Ayah mengusirku? Ibu dan Ayah baik padaku saat aku punya banyak uang tapi saat aku tidak punya apa-apa, mereka justru akan menjualku. Rasanya sakit sekali." Perlahan air mata itu menetes. Dia semakin menundukkan kepalanya. Lagi-lagi rasa sesak itu seperti mencekiknya.
Aira segera mengambil botol obatnya tapi saat dia membuka botol itu, obat yang hanya tinggal tiga biji itu jatuh ke kolam. "Yah, jatuh!" Aira mengulurkan tangannya ke kolam untuk meraih obat yang belum tenggelam sepenuhnya itu. Dia hampir saja terjatuh jika Antares tidak menahannya tepat waktu.
"Kolam itu dalam! Kamu mau ambil apa?"
Aira mendorong Antares dengan keras. Dia kini terduduk di rerumputan sambil menekan dadanya..
"Kamu kenapa? Kamu sakit? Aku antar ke rumah sakit," kata Antares dengan khawatir karena melihat wanita itu yang kesulitan untuk bernapas.
Aira menggelengkan kepalanya. Keringat dingin semakin membasahi pelipisnya. Tubuhnya terasa lemas karena dadanya terasa sesak.
"Obat itu," kata Aira pelan.
Antares segera mengambil botol obat yang tergeletak di pinggir kolam. "Ini ada, obatnya tinggal satu." Dia mengulurkan obat itu pada Aira.
Aira segera mengambilnya dan menelannya. Bahkan dia sudah ahli menelan obat tanpa air putih.
"Sebentar aku belikan air."
"Tidak perlu." Aira menangkup kakinya sendiri dan menatap kosong.
Antares hanya berdiri di belakangnya. Dia membaca label yang tertera pada botol obat itu. Seberat apa masalah yang dia hadapi sampai dia butuh obat penenang seperti ini?
💗💗💗
Komen dong. 😌
Mantap sekali.. 👏👏👏👏👏
👍👍👍👍👍
♥️♥️♥️♥️♥️
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
rebut hatinya Aira res biar ga ke gaet sama mantan 😁😁