Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Melihat bagaimana keras kepalanya tuan Lio yang tidak ingin mempertemukan Arneta dengan Ivy, Yogi pun hanya bisa menghela napasnya. Namun ia tetap akan membujuk tuannya itu karena tahu betul, seorang Lio Richard bukanlah orang yang kejam. Apalagi ini menyangkut tentang anak kandungnya sendiri, pasti tuannya memiliki alasan yang kuat melakukan hal tersebut.
"Tapi kenapa Tuan, bukankah jika kalian bersama-sama membesarkan Ivy maka akan lebih baik?"
Lio menggelengkan kepalanya. "Itu tidak akan pernah terjadi, karena aku dan Anna yang akan membesarkan Ivy. Agar Arneta—"
"Tuan...." teriak Sasha dengan panik sambil berlari menghampiri pria yang berstatus sebagai ayah kandung Ivy.
"Ada apa?" tanya Lio dengan terkejut, karena melihat pengasuh putrinya panik.
"Ivy..."
"Putriku kenapa?"
"Tubuh Ivy panas sekali."
Mendengar putrinya sakit, Lio pun langsung berlari menuju kamar pribadi Ivy. Ya, putrinya kini sudah menempati kamarnya sendiri yang khusus ia siapkan dengan dekor tokoh kartun kesukaan Ivy, dengan nuansa purple demi kenyamanan sang putri.
Yogi dan Sasha pun mengikuti langkah Lio. Bahkan Sasha kembali berlari karena begitu khawatir dengan keadaan Ivy. Keadaan gadis kecil yang sudah ia anggap seperti keponakannya sendiri.
"Panas sekali," lirih Lio dengan cemas setelah mengukur suhu tubuh putrinya. "Kenapa bisa begini? Bukankah tadi pagi putriku baik-baik saja."
"Aku juga tidak tahu, Tuan. Tadi Ivy mengigau memanggil kak Arneta, lalu aku coba cek tubuhnya ternyata panas," jawab Sasha dengan jujur.
Karena memang tadi Ivy baik-baik saja meskipun lebih banyak diam, bahkan gadis kecil itu tidur tanpa menangis terlebih dahulu. Padahal biasanya Ivy akan rewel sebelum tidur, karena meminta ingin bertemu ibunya.
"Ivy, sayang..." panggil Lio dengan perasaan sedih saat melihat putrinya tertidur, namun mulut kecilnya terus memanggil Arneta. "Yogi, cepat panggilan dokter kemari!" perintahnya, tanpa mengalihkan tatapan matanya pada Ivy.
"Baik Tuan."
Yogi pun segera keluar dari ruangan untuk memanggil dokter pribadi keluarga Richard. Sementara Sasha segera ke dapur untuk mengambil air hangat, yang akan digunakan untuk mengompres kening Ivy.
"Sayang, bangun dulu!" Lio berusaha membangunkan putrinya yang masih mengigau.
Ivy yang terbangun pun langung menangis, saat melihat pria jahat yang telah memisahkannya dengan Mom Arneta.
"Uncle, Ivy mau Mommy," pinta Ivy masih dengan menangis.
Mendengar permintaan putrinya yang begitu menyedihkan, tentu saja Lio pun merasa sangat sedih. Terlebih saat melihat air mata yang terus menetes di kedua pipi Ivy, membuat hatinya begitu terenyuh.
"Aku Daddymu, sayang. Bukan Uncle," ucap Lio dengan berusaha untuk menggendong Ivy.
Namun putrinya itu terus menolak dan meronta tidak ingin disentuh olehnya.
"No, Ivy tidak mau punya Daddy yang jahat seperti Uncle. Ivy tidak mau!"
Deg.
Lio pun terdiam tak bisa berkata-kata, bahkan hatinya terasa sakit saat mendengar penolakan keras dari Ivy yang menyebutnya sebagai orang jahat.
"Ivy mau Mommy, Ivy mau pulang..." tangis Ivy dengan lirih.
Dan lagi-lagi Lio hanya bisa diam dan memilih keluar dari kamar putrinya, setelah pengasuh Ivy kembali ke dalam kamar. Bahkan saat dokter datang untuk memeriksa Ivy, Lio memilih untuk tidak masuk karena khawatir putrinya akan kembali menangis dengan histeris.
"Bagaimana Ivy?" tanya Lio pada Sasha setelah dokter yang memeriksa putrinya pergi.
Ya, setelah diperiksa. Dokter mengatakan tidak ada yang serius pada Ivy, mungkin karena terlalu banyak menangis dan makan yang tidak teratur membuat putrinya sakit.
"Ivy sudah tertidur setelah minum obat," jawab Sasha.
Lio pun menganggukkan kepalanya dengan perasaan lega, setelah dibuat cemas dengan keadaan putrinya.
"Tuan, aku mohon pertemukan mereka. Kasihan Kak Arneta, dia pasti sama sedihnya seperti Ivy. Mereka ibu dan anak yang tidak pernah jauh dan terpisahkan," ucap Sasha dengan memberanikan diri, karena ia sudah tidak tahan melihat Ivy yang merindukan Arneta.
"Nona Sasha benar, Tuan. Lebih baik pertemukan mereka!"
Lio masih diam tidak menyahut atas perkataan keduanya, karena tanpa mereka bicara seperti itu pun Lio sudah mengambil keputusan.