Alexa seorang gadis cantik yang memiliki wajah bulat seperti tomat yang menyukai seorang pria tampan di kantor nya. "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah tertarik dengan wanita berwajah bulat. Mau dia secantik bidadari sekali pun aku tidak akan tertarik. "ucap chavin (pria yang disukai lexa). Dengan seiring nya waktu tanpa disadari mereka pun berpacaran. Chavin menerima cinta lexa kerena alasan tertentu. Tapi lexa sering diperlakukan tidak baik. Chavin suka membandingkan lexa dengan wanita lain. Dan akhirnya chavin memutuskan untuk berpisah dengan lexa. Tak disangka- sangka lexa mengalami kecelakaan yang membuat wajah nya yang bulat menjadi tirus mungkin disebabkan dia sakit teruk. Apakah setelah wajah lexa tirus cavin menerima cinta lexa kembali dengan tulus??? apakah lexa akan tetap mengejar cinta cavin atau malah sebaliknya. Nantikan kisah mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6. AWAL KEBOHONGAN
"Memang kamu berani menyumbat mulut mereka. kamu serious lexa..!!! hhhmmm.. kamu ini, sebelum kamu menyumbat mulut mereka. kamu sudah kena culik duluan lexa.hahhah.. "jawap ninda.
"Siapa sich yang berani culik aku. " ucap ku lagi.
Mereka pun saling bersenda gurau. saling tertawa. saling bercakap cakap sesuatu yang selalu saja membuat mereka tertawa satu sama lain.
Begitu lah mereka sehari hari. selalu saja ada bahan gurauan. Jarang melihat mereka sedih, pasti selalu saja tertawa. siapa pun yang melihat mereka berdua pasti bisa senyum senyum sendiri.
Terlihat dari ujung kantin kantor. Chavin dan teman teman nya pun sedang memperhatikan mereka. Tapi memang Chavin yah sedikit pun dia tidak pernah kepoh tentang apa yang dibicarakan mereka berdua. berbeda dengan teman teman nya yang lain.
Seorang rekan chavin senyum senyum sendiri melihat ulah mereka berdua.
"Chavin.. mereka berdua memang bff yang lucu yah. ada saja yang membuat mereka tertawa. kadang aku perhatikan selalu. apa sich yang membuat mereka sering tertawa begitu. " ucap nya.
Chavin sama sekali tidak Menggubris perkataan rekan nya itu. Ehhhmmm... menghela nafas, rekan nya pun hanya menggeleng kepala saja melihat chavin yang tidak meresponnya.
Hari-hari setelah presentasi itu, hubungan Alexa dan Chavin perlahan berubah. Mulai ada celah malu malu. seperti nya Chavin sudah mulai mau berinteraksi dengan baik terhadap Alexa.
Alexa mulai merasa ada sesuatu yang berbeda. Tatapan Chavin, yang dulunya biasa saja, kini terasa lebih sering mengarah padanya. Sapaan-sapaan kecil di tengah pekerjaan mulai muncul, seolah Chavin mencoba menjembatani jarak di antara mereka. Alexa tak bisa mengabaikan sinyal-sinyal itu, meski ia tahu mungkin ia hanya terlalu berharap.
Namun, ada sesuatu yang Chavin sembunyikan, sesuatu yang Alexa belum sadari.
“Alexa,” suara Chavin terdengar tegas saat ia menghampiri meja kerja Alexa.
Aku pun mendongak, sedikit terkejut. “Oh, ada apa, Chavin?” ucap ku terkejut sekali gus gugup tidak karuan. Yah bagaimana tidak gugup. tidak pernah nya Chavin menegur ku apalagi sampai datang kemeja segala.
“Aku butuh bantuanmu,” ujar Chavin sambil menyandarkan tangan di tepi meja.
"Proyek baru ini sangat membutuhkan kan analisis data yang lengkap dan lebih mendalam. Dan aku tahu lexa kamu adalah orang yang jago dan mahir dalam pengerjaan ini. Aku harap kamu dapat membantu ku lagi kali ini. " ucap nya meminta.
"Eehhmmm... ba.. baik.... Chavin, aku pasti akan membantu mu. Kamu tidak perlu khawatir ok" jawap ku dengan gugup.
Chavin tersenyum kecil. “Terima kasih. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu.” Chavin pun beranjak pergi dari meja tempat lexa bekerja.
Setelah Chavin pergi, Ninda, rekan kerja Alexa, menghampirinya dengan ekspresi serius.
“Kamu harus hati-hati, Lexa,” bisik Ninda.
“Hati-hati? Maksudmu apa?” Aku bertanya sambil mengernyit.
Ninda menghela napas. “Aku dengar dari orang lain, Chavin cuma baik ke kamu karena dia tahu kamu menyukainya. Dia butuh bantuanmu untuk proyek besar ini, bukan karena dia benar-benar tertarik.” Aku takut dia cuma memperalat kamu saja. Setelah proyek ini berhasil aku takut, kamu dilupakan nya. "ucap ninda dengan was was.
Perkataan Ninda membuat ku terdiam sejenak. Kata-kata itu terasa seperti belati. Tapi, aku menolak untuk mempercayainya begitu saja.
Dan yah, tentu saja Alexa itu kan sudah kelepek-klepek sama chavin jadi apa pun orang bilang alexa tidak akan peduli. yang penting alexa bisa dekat terus sama chavin. itu yang diharapkan nya.
“Chavin itu profesional. Kalau dia minta bantuan, itu pasti karena dia percaya aku bisa,” balas ku, mencoba meyakinkan dirinya sendiri lebih dari siapa pun.
“Semoga kamu benar, lexa” gumam Ninda, yang meninggalkannya dengan kekhawatiran yang tak tersembunyi.
Malam itu, Alexa bekerja keras untuk menyelesaikan data yang diminta Chavin.
Di sudut lain kantor, Chavin tengah berbicara dengan Melisa.
“Kamu serius mau terus manfaatin Alexa?” tanya Melisa, tatapannya tajam.
“Kenapa tidak?” jawab Chavin santai. “Dia suka padaku, dan dia pandai. Kalau dia bisa membantuku menyelesaikan proyek ini, kenapa aku harus menolaknya?” lagi pun dia cantik. aku mau lihat lelaki mana yang akan patah hati kerena kedekatan kami. "ucap nya lagi.
Melisa mendesah, menatap Chavin dengan kecewa. “Alexa itu orang baik. Kalau dia tahu apa yang kamu lakukan, dia akan sangat terluka, chavin ”ujar nya.
“Melisa, ini cuma pekerjaan. Aku nggak pernah kasih dia harapan apa pun. Dia pun pasti tau lah. Aku dekat dia sebatas pekerjaan saja tidak lebih. "jawap chavin.
Keesokan harinya, Alexa menyerahkan hasil kerjanya kepada Chavin.
“Kamu luar biasa,” kata Chavin sambil memandang hasil kerja Alexa dengan kagum.
Aku pun tersenyum, merasa usahaku dihargai. “Aku senang bisa membantu. Kalau kamu perlu apa apa lagi yang kurang jangan sungkan minta kepada ku. Aku pasti akan coba untuk membantu mu. "jawap ku.
“Tidak lexa sudah cukup. Oya...Mungkin nanti kita bisa makan malam untuk merayakan kerja kerasmu?” tawar Chavin dengan senyum.
"Bagaimana apakah kamu bersedia??? ujarnya lagi.
Aku pun tertegun. Tawaran itu terdengar seperti mimpi yang jadi nyata. “Oh, tentu! Aku akan senang sekali.” aku pasti mau Chavin. " jawap ku dengan semangat.
Di balik sudut ruangan, Melisa menghela napas pelan, merasa tak tega melihat Alexa yang begitu percaya diri. Namun, ia tahu, ini adalah pelajaran yang harus Alexa temukan sendiri.
Di restoran malam itu, Alexa merasa malam itu begitu istimewa.
Untuk pertama kalinya, ia merasa Chavin benar-benar memperhatikannya.
“Kenapa kamu memilih jadi akuntan?” tanya Chavin, mencoba memulai percakapan personal.
Aku hanya tersenyum. “Karena aku suka angka. Di balik setiap angka, ada cerita. Itu menarik bagiku.” jawap ku singkat.
Chavin mengangguk sambil tersenyum kecil, meski pikirannya melayang ke tempat lain. Baginya, ini hanyalah formalitas untuk menjaga agar Alexa tetap merasa istimewa.
Bagi Alexa, malam itu penuh harapan. Tapi ia tak menyadari bahwa perhatian Chavin hanyalah topeng. Di balik kebohongan itu, hubungan mereka akan membawa Alexa ke jalan yang sulit, mengajarinya menjadi pribadi yang lebih kuat.
''Angka... hhmmm.. seperti nya menarik. Ada apa dengan angka angka itu" tanya Chavin lagi.
"Hhmmm... kamu mau tau saja. Apa mau tau bangeet nih. " ucap ku yang berusaha mengajak Chavin bersenda gurau.
Chavin pun tersenyum. Kasih tau gak yah..."jawap Chavin yang sudah mau memulai gurauan kepada Alexa.
ok dech.. aku mau tau bangeett.. apapun yang menyangkut entang kamu. aku mau tau bangeet. "ucap Chavin dengan senyuman.
Alexa merasa senang saat Chavin merespon gurauan nya. Lexa berharap bahkan bisa lebih dari ini yang dia harapkan. Jantung lexa terasa berdegub kencang. mendengar Chavin bicara begitu. Yang sebenarnya lexa tidak tau bahwa Chavin hanya lah berpura-pura saja.
BERSAMBUNG...
jika berkenan mampir juga dikaryaku yuk/Smile/