cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Lian sangat terharu dengan apa yang diceritakan oleh wanita itu.
"Apa kamu menyesal" tanyanya.
"Maksudnya" wanita itu balik bertanya.
"Masih ada waktu untuk menyesal, kamu bisa memberikan zidan padaku, aku akan merawat, dan membesarkannya, karena aku suka dengan anak-anak, tapi sebagai seorang ibu apa kamu tega, melakukan itu" ucap lian sambil terkekeh
Wanita itu tersenyum melihat tingkah lian.
"Praaak"
Tiba-tiba saja terdengar suara seperti piring pecah.
Maya tersentak kaget mendengarnya.
"Astaghfirullah, mereka mulai lagi" ucap lian lemas.
"Apa ini" tanya maya.
karena jarak rumah dengan tetangga begitu dekat, mereka dapat mendengar, keributan dari rumah sebelah.
"Sejak pindah kesini, pasangan dirumah sebelah, selalu bertengkar, saat bertengkar, ada saja yang dilempar" ucap lian.
Apa anak seusia zidan yang duduk di depan itu anak mereka" tanya maya.
"Ya, Itu anak mereka" jawab lian.
Lian menghela nafas.
"Saat orang tua bertengkar, anak-anak yang menderita, mungkin sebelumnya, mereka mengalami waktu yang sulit". ucap lian
"Alhamdulillah... tepat sekali, menyala juga akhirnya" ucap lian menoleh ke arah kipas angin yang baru saja menyala.
"Ini kuarahkan padamu, bagaimana, sudah pas kan" Lian mengarahkan kipas angin tepat di depan wanita itu, agar tidak kepanasan.
"Tunggu disini, santai saja, aku mau ke warung sebentar tidak lama kok" ucapnya kemudian pergi menuju warung yang tidak jauh dari rumahnya.
Sementara Lian pergi, maya melihat album foto keluarga lian, yang ada dimeja tersebut.
Ditanam bermain.
Rangga duduk salah satu ayunan sambil membaca komik miliknya.
Tak lama kemudian datanglah empat anak yang mencoba mendekati rangga.
"Hei anak baru, aku dengar orang tuamu sering bertengkar, apa mereka juga memukulimu" tanya bocah yang berbadan gemuk.
Rangga hanya diam, tidak menjawab pertanyaan bocah itu, ia fokus membaca komik sambil terus mengayunkan tubuhnya.
"Dia tidak menjawab, mungkin dia bisu" jawab temanya meledek.
"Apa, kau bisu, benarkah" sahut temanya yang lain.
Keempat bocah itupun terkekeh.
Mereka kemudian bergantian menyoraki dan mengumpati Rangga, jika dirinya adalah anak yang tidak bisa bicara.
Rangga tidak berbuat apa apa saat dirinya di ejek bahwa dirinya bisu, iapun pergi meninggalkan semuanya, namun keempat bocah itu terus mengikuti dan menyebut bahwa dirinya bisu.
"Jangan pergi kamu, hai anak bisu" ucap salah bocah yang itu.
"Aku bilang kau tidak boleh pergi, sebelum mematuhi perintahku" ucap bocah yang merasa paling kuat, menghalangi langkah rangga, memberitahu bahwa dirinya harus tunduk padanya jika ingin aman.
"Jangan ganggu kakakku" teriak jihan dari kejauhan, ia berlari ke arah mereka diikuti zidan dibelakangnya.
Jihan langsung mendorong tubuh anak yang sok berkuasa, anak itupun terjatuh, karena tidak sempat menghindar dari jihan.
jihan kemudian memukuli, anak nakal itu.
Melihat temanya tidak berdaya salah satu temannya langsung menjambaki jihan agar berhenti memukuli.
Melihat hal itu, zidan langsung menarik anak yang menjambaki jihan lalu dengan berani ia membalas menjambaki anak itu.
Melihat temanya dipukuli dan digigit jihan, anak yang sedari diam mencoba membalas dan menarik Jihan, namun dihadang oleh rangga, akhirnya perkelahian antar bocah itupun terjadi ditanam itu.
Masing-masing dari mereka saling membalas satu sama lain.
"Jihan hentikan, jangan pukuli pendi" sahut salah satu anak yang tidak ikut berkelahi.
"Aku harus memberitahu, ayahnya" sahutnya lagi kemudian berlalu.
Perkelahian terus terjadi, hingga akhirnya pihak keamanan tempat itu, turun tangan memisahkan, dan membawa semuanya ke pos keamanan, hingga ada orang tua yang menjemput mereka pulang.
"Lihatlah perbuatan putrimu, dia memukul, menjambak, bahkan menggigit anakku hingga membekas" ucap ibunya pendi menunjukkan bekas luka anaknya pada lian akibat ulah dari jihan.
"Ibu juga lihat, jihan juga di Jambak, dipukul, oleh anak ibu" ucap Lian menunjuk pada putrinya yang amburadul, rambutnya naik turun, pipinya merah bekas cakaran.
"Itukan sudah biasa, anak-anak akan berkelahi jika merasa terganggu, dan lihatlah, matanya juga bengkak, ini jauh lebih berbahaya" ucap Lian menunjuk pada zidan yang juga ada memar di area wajahnya.
"Bisa-bisanya, bapak membela putri bapak dan temanya, jihan yang memulai duluan dia memukuli anakku" ucap ibunya pendi tidak terima jika lian tetap membela putrinya dan temanya.
"Pendi yang mengganggu lebih dulu, dia mengejek kak Rangga, dia bilang orang tua kak Rangga sering bertengkar, dan dia juga bilang kalau kak Rangga Itu bisu" ucap jihan kesal dan menceraikan kejadian yang sebenarnya.
"Pendi,, kamu sudah kelas dua SD kan, itu berarti kamu sudah besar, lihatlah, badanmu, tinggi, kekar, kuat, kau bagaikan seorang pria sejati, seorang pria sejati, harus melindungi temanya, melindungi anak-anak yang umur nya di bawah kamu" ucap lian menasehati pendi
"Hem"
Pendi mengangguk dan setuju dengan ucapan Lian bahwa seorang pria sejati harus melindungi temanya dan teman yang usianya lebih kecil darinya seperti jihan.
"Hih kamu ini" ucap ibunya pendi tidak terima jika pendi mengangguk.
"santai saja bu, namanya juga anak-anak, sini biar paman bantu mengobati lukanya" ucap Lian mencoba membantu mengobati bekas luka pendi.
"Tidak perlu, terimakasih, biar saya obati sendiri dirumah" tolak wanita itu.
"Kamu, bikin malu saja, bisa-bisanya mengganggu anak orang, ayo cepat pulang, dan lihat saja, ibu akan menghukummu" sahutnya lagi, kemudian beranjak pergi dari rumah lian.
"Tunggu bu" ucap Lian menghentikan langkah mereka yang hendak keluar rumah.
"Tolong, jangan memberi hukuman padanya, jika kalian ada waktu, datanglah ke warung mi ayam, paman akan mentraktir kalian" ucap Lian sambil mencubit pipi gembul bocah itu.
"Terimakasih paman" jawab bocah itu cepat.
"Nah, begitu kek dari tadi, aku pasti akan datang ke warung dengan senang hati" sambar wanita itu.
"Iya, ditunggu kehadirannya, dan jangan menghukumnya" ucap Lian mengantar pendi dan ibunya keluar rumah.
"Ayo pulang," wanita itu mengajak pendi pulang dengan perasaan yang tidak menentu.
"Cepatlah, terimakasih, atas kunjungannya, jangan sungkan untuk datang ke warung" ucap lian sambil terkekeh.
"Kalian berdua, cepat cuci tangan, ini waktunya makan" ucap maya pada kedua bocah yang masih saja berdiri mematung.
Jihan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, disusul zidan dibelakangnya. Mereka bergantian membersihkan diri.
Saat jihan dan zidan tengah di interogasi, maya menyiapkan makanan yang dibuat lian sebelumnya, dan lauk ayam yang diambil dari warungnya.
Lian kembali masuk menghampiri maya yang sudah duduk di meja makan.
"Ini pertama kalinya zidan berkelahi dengan anak lain" ucap wanita itu.
"Maaf ya, jihan membawa pengaruh buruk untuknya" ucap lian terkekeh.
"Tidak apa, begitulah seharusnya anak laki-laki bertindak" sahut Maya
"Benar" jawab lian.
Tak lama kemudian Jihan dan zidan sudah kembali. Mereka berjalan menuju meja makan.
"Sini duduklah" ucap Lian menyuruh dua bocah itu duduk lalu Lian pun ikut duduk.
Dimeja itu ada empat kursi Lian duduk menghadap Maya dan Jihan duduk menghadap zidan.
Ditunggu komentarnya.