Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Sayang, kamu sudah selesai? " tanya Galang saat mencari sang istri ke dalam kamar mereka.
"Sudah mas." sahut Sahira dengan suara lembut, dia sudah berpenampilan rapi dan anggun, karena hari ini Galang akan mengajaknya untuk fitting baju pengantin.
"Istri mas semakin hari semakin cantik saja." kagum Galang menatap sang istri
"Iya dong, istri siapa dulu." bangga Sahira mendekat ke arah sang suami.
Galang tersenyum mendengar ucapan istrinya itu.
"Tentu saja istri mas." ujar Galang merangkul pinggang sang istri.
Cup...
Satu kecupan Galang layangkan ke bibir ranum sang istri, bibir itu dari tadi sangat menggodanya.
"Ihh... Mas, nanti berantakan lagi." rengek Sahira manja, mendorong sedikit tubuh suaminya itu.
"Gampang, nanti di rapihkan lagi." enteng Galang.
"Ck." decak Sahira yang tidak habis pikir dengan suaminya itu, semenjak mereka melakukan penyatuan, suaminya kadang tidak kenal tempat dan waktu selalu curi curi start, katanya biar Galang atau Sahira Junior cepat datangnya.
"Nanti sehabis fitting, kamu ke salon ya, buat perawatan, biar makin segar istri mas ini." ucap Galang.
"Ke salon terus, apa mas ngak takut uangnya aku habiskan? " kekeh Sahira.
"Silahkan di habiskan, sayang. Mas ngak keberatan, justru mas senang kamu mau menghabiskan uang mas, biar mas makin giat lagi bekerjanya." ujar Galang memeluk pinggang ramping sang istri.
"Makasih mas." ucap Sahira terharu, semenjak menikah dengan Galang, dirinya tidak pernah kesulitan lagi dalam keuangan, bahkan pakaian, tas atau apalah yang dulu sangat dia inginkan, hanya bisa dia tatap, tampa bisa di miliki, kini dengan sangat mudahnya dia miliki, bahkan tanpa dia minta sekali pun, Galang sang suami sudah membelikannya untuk Sahira.
"Sama sama Sayang." sahut Galang mengecup sayang dahi Sahira.
"Ayo kita berangkat." ajak Galang.
"Bi, kami berangkat ya, jaga rumah." ujar Galang dengan sopan.
"Siap Den, hati hati di jalan." ucap Bi Siti mengikuti ke dua majikannya dari belakang.
"Oh ya bibi ada yang mau di titip pas kami pulang? " tanya Sahira yang sudah menganggap para pekerja di rumah itu sebagai saudara mereka.
"Ngak ada Non." ucap Bi Siti, tanpa di minta pun ke dua majikan nya itu tetap saja saat pulang ke rumah membawa sesuatu untuk mereka.
"Baiklah, klau gitu kami jalan ya bi." ucap Sahira sopan.
Hari ini Galang sengaja membawa membawa mobil Rubicon keluaran terbarunya.
Galang dengan penuh perhatian mempersilahkan sang istri masuk ke dalam mobil.
"Makasih mas." ucap Sahira lembut.
"Sama sama, sayang." sahut Galang tak kalah lembutnya dan memandang sang istri penuh cinta.
Galang membawa mobil itu dengan kecepatan standar, berhubung hari ini hari libur, jadi jalanan ibu kota tidak terlalu macet.
Beberapa menit sampailah mereka di butik tempat Galang membeli baju pesta mereka.
Mata Sahira menatap kagum butik tersebut, dia yakin pakaian yang di jual di butik ini pastilah sangat mahal.
"Ayo sayang, kenapa malah bengong? " tanya Galang.
"Ehhh... Iya mas, mas pakaian di sini pasti sangat mahal, kita cari butik lain aja yuk." ajak Sahira yang sedikit tidak enak hati harus membeli baju yang bakal merogoh dalam kocek sang suami.
Galang tersenyum bangga kepada sang istri, walau Sahira sudah tau siapa suaminya sebenarnya, berapa banyak kekayaan suaminya itu, namun Sahira tetap lah Sahira dengan segala kesederhanaannya.
"Tidak apa apa, sayang. Ini adalah pakaian yang akan kita pakai sekali seumur hidup, dan akan kita jadi kenang kengan untuk anak cucu kita nanti, dan kamu harus ingat, sekarang kamu itu istri siapa, karena bertepatan di hari pesta pernikahan kita ini, mas akan go public sebagai CEO dan kamu adalah istri CEO tentu saja kamu harus terlihat cantik dan elegan." ucap Galang.
Sahira mengangguk tanda mengerti, apa yang di bilang oleh suaminya itu memang ada benarnya, kini dia harus bisa menempatkan diri, suaminya kini bukan lah Galang yang anak jalanan lagi, tapi Galang yang sekarang adalah CEO Dirgantara Group, pasti banyak mata ulet bulu yang bakal mendekati sang suami.
"Yang mas bilang memang benar, suamiku sekarang bukan lah laki-laki yang di pandang sebelah mata lagi, mungkin setelah ini bakal banyak ulet bulu, wewe gombel yang ingin mendekatinya." sungut Sahira.
Galang terbahak mendengar istilah yang di ucapkan istrinya itu, mengatai wanita wanita ganjen dan mata duitan di luaran sana.
"Ya sudah ayo kita masuk." ajak Galang menarik lembut tangan sang istri, dan membawanya ke dalam butik tersebut.
"Selamat datang, Lang." ucap seorang wanita cantik yang seumuran sang suami.
"Mm..." Deham Galang tanpa berniat untuk menyahut ucapan wanita cantik itu.
"Ck, selalu saja seperti itu, apa kamu tidak capek bersikap dingin seperti itu, kasian istrimu Lang, bisa membeku dia." kekeh wanita cantik itu.
Galang hanya menatap jengah ke arah wanita cantik itu.
"Jangan banyak bicara, kerjakan saja tugas mu, atau mau gue pecat! " sembur Galang.
Ya Butik itu adalah peninggalan mendiang mamanya Galang, dan kini di kelola oleh sahabat mamanya dan juga putri sahabat mamanya Galang, yang memang sudah dekat dengan Galang dari dulu.
"Ck, dasar kulkas." cibir wanita cantik itu.
"Mana tante? " tanya Galang.
"Mama ada di dalam ruangannya, dia sudah menunggu kalian." ucap wanita cantik itu.
Sahira hanya diam saja, melihat interaksi suaminya dengan wanita cantik itu, sepertinya Galang dan wanita itu sudah saling kenal sebelumnya.
"Ayo, sayang kita masuk." ajak Galang menatap Sahira penuh cinta dan suara yang sangat lembut.
Wanita cantik itu melongo melihat tingkah Galang yang baru kali ini dia tau sisi lain dari Galang itu.
"Ngapain kamu diam di situ, makan gaji buta." ketus Galang.
"Astaga, laki laki ini." gerutu wanita cantik itu mengikuti Galang dan Sahira di belakangnya.
"Mas." tegur Sahira lembut dan menggelengkan kepalanya, agar suaminya tidak berkata ketus kepada wanita itu.
Galang hanya tersenyum lembut kepada sang istri dia tau istrinya tidak suka melihat tingkahnya itu.
"Hallo.... Tante." ucap Galang saat masuk ke dalam ruangan.
"Haiii... lang, kamu sudah sampai." ucap wanita paruh baya itu dengan hangat.
"Sudah tan, tante apa kabar? " tanya Galang.
"Seperti yang kamu lihat, tante sangat baik, sayang. Berkat mama mu, tante bisa menghidupi Tasya." ujar wanita paruh baya itu dengan sendu.
Tante Mila memang seorang ibu tunggal, dari saat Tasya gadis cantik yang menegur Galang tadi baru berusia tiga tahun, tante Mila di cerai oleh suaminya dan memilih menikahi selingkuhannya, dan mengabaikan anak kandungnya itu.
"Tante jangan bicara seperti itu, nanti mama sedih loh, melihat tante seperti ini." ucap Galang mengusap bahu tante Mila dengan penuh kasih.
"Haa... Maaf, tante terbawa suasana." kekeh tante Mila mengusap sudut matanya.
"Haiii... Sayang, kamu pasti istrinya beruang kutub ini ya." kekeh tante Mila.
Galang hanya menatap jengah kepada tante Mila, ternyata ibu dan anak sama saja, suka sekali mengatainya.
Tasya hanya terkekeh melihat wajah kesal Galang itu.
"Hallo.... Tante, kenalkan, aku Sahira." ucap Sahira sopan, memperkenalkan dirinya.
"Kamu cantik sekali, sayang." puji tante Mila.
Sahira jadi tersipu karena mendapatkan pujian dari tante Mila itu.
"Tapi sayang, dapatnya laki seperti dia, bisa beku kamu lama lama." sindir Tasya.
Galang menatap tajam ke arah Tasya.
"Sudah sudah, kalian ini, klau ketemu pasti ribut mulu." lerai tante Mila.
"Ambilkan baju rancangan kamu untuk Sahira, Sa." perintah tante Mila.
"Ok, ma." semangat Tasya.
"Kok kamu yang bikin, bukan tante? " heran Galang.
"Aku dari dulu sudah berniat akan membuatkan pakaian pengantin untuk kamu dan istrimu, sebagai balas budi ku, kepada kamu." ucap Tasya tersenyum lembut.
"Kau ini berlebihan sekali." cibir Galang, dia sudah menganggap Tasya sebagai saudaranya, karena Tasya adalah teman dari mereka kecil, dan mereka sekolah di tempat yang sama, saat kuliah barulah mereka berpisah, Galang kuliah di luar negeri, agar nanti bisa mengambil alih perusahaannya, sementara Tasya kuliah di dalam negeri, dan mengikuti jejak sang mama, dan ingin membantu memajukan butik peninggalan mama Galang itu.
Bersambung...
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
ya bgitu cm ngrengek minta maaf dah luluh sebegitu mudahnya jd wanita.
aku lbih salut ma wanita yg dah pisah ma mantan trus pantang balikan pa lagi salah si laki bnyak lo.
biar kdpnx gk gampang percaya sm org lain.