NovelToon NovelToon
Akselia Ananta

Akselia Ananta

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:949
Nilai: 5
Nama Author: syizha

Wanita kuat dengan segala deritanya tapi dibalik itu semua ada pria yang selalu menemani dan mendukung di balik nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syizha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

awal baru

Pagi berikutnya, setelah percakapan panjang di perpustakaan, Akselia terbangun dengan pikiran yang sedikit lebih ringan. Namun, dia tahu bahwa membuka diri kepada Mikael adalah langkah besar yang membawa risiko. Dia terbiasa menutupi kelemahan dan menyembunyikan masa lalunya. Tapi, untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa membiarkan seseorang tahu lebih banyak tentang dirinya tidaklah menakutkan.

Saat matahari mulai memanjat langit, dia berjalan ke luar markas untuk menghirup udara pagi. Mikael sudah ada di sana, duduk di atas batu besar di dekat danau kecil yang mengelilingi tempat itu.

“Bangun lebih pagi hari ini?” tanya Mikael sambil menoleh ke arahnya.

Akselia mengangguk. “Kurasa aku butuh udara segar.”

Mikael menepuk batu di sebelahnya, mengisyaratkan agar Akselia bergabung. “Kadang, melihat dunia dari sini membuatku berpikir. Dengan semua kekacauan yang terjadi, dunia tetap saja indah.”

Akselia tersenyum tipis. “Indah, tapi rapuh.”

Mereka terdiam sejenak, menikmati pemandangan air yang berkilauan terkena sinar matahari. Hening di antara mereka bukanlah sesuatu yang canggung. Sebaliknya, itu terasa seperti ruang yang nyaman, seolah kata-kata tidak selalu diperlukan.

“Aku punya ide,” kata Mikael tiba-tiba, memecah keheningan.

Akselia menatapnya. “Tentang apa?”

“Kita sudah berbicara tentang membangun jaringan antar desa. Tapi aku berpikir, bagaimana jika kita menciptakan ruang yang lebih besar, tempat orang-orang dari berbagai wilayah bisa bertemu, berbagi ide, bahkan berdagang?”

Akselia menaikkan alisnya. “Seperti pasar?”

“Lebih dari itu,” Mikael melanjutkan dengan semangat. “Sebuah pusat komunitas. Tempat di mana mereka bisa belajar dari satu sama lain, membangun kepercayaan, dan pada saat yang sama menjadi mandiri. Tidak hanya untuk barang-barang, tetapi juga untuk gagasan.”

Akselia memikirkannya. Ide itu terdengar masuk akal, tetapi juga penuh tantangan. “Itu ide yang bagus, Mikael. Tapi akan sulit untuk membujuk semua orang agar mau datang. Banyak dari mereka masih takut melangkah keluar dari zona nyaman mereka.”

“Itulah kenapa kau ada di sini,” jawab Mikael sambil tersenyum. “Kau pandai meyakinkan orang. Mereka percaya padamu.”

Akselia mendengus pelan, tetapi dalam hatinya, dia merasa tersanjung. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Kita bisa mencoba. Tapi pertama-tama, kita butuh lokasi yang aman dan mudah dijangkau.”

Mikael mengangguk. “Aku sudah memikirkan itu. Ada sebuah daerah netral di antara beberapa desa. Dulu itu adalah pusat kota kecil sebelum sistem Elysium mengambil alih. Sekarang tempat itu kosong, tapi infrastrukturnya masih ada.”

Akselia mulai melihat potensi dalam ide ini. Jika mereka bisa menghidupkan kembali tempat itu, itu bukan hanya akan menjadi pusat komunitas, tetapi juga simbol harapan bagi dunia baru yang mereka bangun.

---

Beberapa minggu kemudian, Akselia dan timnya mulai bekerja untuk mewujudkan ide tersebut. Mereka mengunjungi desa-desa terdekat untuk menyampaikan rencana mereka dan meminta dukungan.

Di salah satu pertemuan, seorang pria tua bernama Dario berdiri di tengah kerumunan. Wajahnya penuh keriput, tetapi matanya masih bersinar dengan semangat.

“Kalian benar-benar yakin ini akan berhasil?” tanya Dario dengan nada skeptis. “Orang-orang di sini sudah terbiasa hidup sendiri-sendiri. Apa yang membuat kalian berpikir mereka akan mau bekerja sama?”

Akselia maju, menatap pria itu dengan tatapan penuh keyakinan. “Karena kami percaya pada mereka, Pak Dario. Dunia yang ingin kami bangun adalah dunia di mana semua orang saling mendukung, bukan saling bergantung. Kami tidak memaksa mereka untuk berubah, tetapi kami menawarkan harapan bahwa hidup bisa lebih baik jika kita bersama.”

Kerumunan menjadi hening. Kata-kata Akselia memiliki kekuatan yang tidak bisa diabaikan. Beberapa orang mulai mengangguk, termasuk Dario.

“Baiklah,” katanya akhirnya. “Aku akan membantu kalian. Tapi jika ini gagal, jangan salahkan kami.”

Akselia tersenyum. “Kami tidak akan menyalahkan siapa pun, Pak. Kami hanya akan terus mencoba.”

---

Hari-hari berikutnya dihabiskan dengan kerja keras. Mikael memimpin tim untuk membersihkan pusat kota yang sudah lama terbengkalai. Akselia sibuk dengan pertemuan-pertemuan, mencoba meyakinkan lebih banyak desa untuk bergabung.

Namun, di tengah semua kesibukan itu, ada momen-momen kecil yang membuat hidup terasa lebih ringan. Seperti saat Mikael secara tidak sengaja menjatuhkan ember cat dan membuat dirinya penuh dengan warna biru, yang langsung memicu tawa semua orang, termasuk Akselia.

“Kau tahu,” kata Mikael sambil mencoba membersihkan wajahnya. “Ini semua demi seni.”

Akselia menggeleng sambil tertawa. “Seni abstrak, mungkin.”

Mikael menatapnya dengan ekspresi pura-pura tersinggung. “Setidaknya aku membuatmu tertawa.”

Tawa Akselia perlahan mereda, tetapi senyumnya tetap bertahan. “Ya, kau berhasil. Terima kasih, Mikael.”

Mikael hanya tersenyum, tetapi di balik senyumnya, dia tahu bahwa dia ingin melihat senyum itu lebih sering.

---

Akhirnya, setelah berminggu-minggu bekerja, pusat komunitas pertama mereka mulai terbentuk. Penduduk dari berbagai desa mulai berdatangan, membawa barang-barang untuk diperdagangkan, ide-ide untuk dibagikan, dan harapan untuk masa depan.

Akselia berdiri di tengah keramaian, melihat apa yang telah mereka capai. Untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa mereka benar-benar membuat perbedaan.

Mikael mendekat, membawa dua cangkir minuman hangat. “Lihat apa yang telah kau mulai,” katanya sambil menyerahkan satu cangkir pada Akselia.

“Ini bukan hanya aku,” jawab Akselia sambil menatap orang-orang yang tersenyum dan berbincang satu sama lain. “Ini adalah kita semua.”

Mikael tersenyum lembut. “Dan ini baru permulaan.”

Malam itu, Akselia berdiri di bawah bintang-bintang, merasa bahwa untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia tidak hanya melarikan diri dari masa lalu, tetapi juga melangkah menuju masa depan.

1
Dậu nè Phèo ơi
What a ride! cerita yang sempurna buat menghibur diri di akhir pekan👏.
acc_.xm
Masih nunggu update chapter selanjutnya dengan harap-harap cemas. Update secepatnya ya thor!
zucarita salada 💖
Gemesin banget! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!