QUEENA NARANA, terlahir kembali setelah kematian tragis yang terjadi padanya.
dia meninggal di tangan adik kesayangannya sendiri, adik yang selalu dia manjakan, rawat dan jaga dengan hati-hati seperti berlian langka.
adiknya diam-diam membencinya dan selalu ingin membuatnya di benci oleh banyak orang, adiknya ternyata cemburu pada kehidupannya, dia iri pada kecantikan, prestasi, dan orang-orang yang mengidolakannya.
setelah terlahir kembali, Nara bersumpah untuk membalaskan dendam kepada adiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hz. ceria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06. kekesalan Lana
Ketika Lana sampai rumah itu sudah pukul 16.00 sore, Lana benar-benar sangat kesal dia tidak menyangka kalau kakaknya akan meninggalkannya begitu saja di sekolah.
apa lagi , tadi Lana kesulitan untuk mencari ojek bahkan memesan taksi beberapa kali dia di cancel, Lana juga sudah menghubungi Nara beberapa kali, tapi Nara sama sekali tidak mengangkat telepon darinya membuatnya semakin kesal dan marah.
saat Lana akan menghubungi sopir yang ada di rumah, tiba-tiba saja hp-nya lowbat dan Lana langsung membantingnya dengan penuh emosi ke jalan.
Saat Lana dengan susah payah pulang, sampainya dia di rumah pemandangan yang ada di dalamnya benar-benar hampir saja membuatnya muntah, bagaimana tidak saat ini dia melihat kakaknya Nara bertingkah manja dengan ayah mereka, Lana ingat betul kalau Dia pernah mengatakan kepada kakaknya kalau kedua orang tuanya tidak suka melihatnya bertingkah manja dan kekanak-kanakan.
Lana bahkan saat itu menegaskan kalau kedua orang tuanya kecewa pada sikap kakaknya yang kekanak-kanakan, dan sama sekali tidak dewasa, mulai saat itu Nara berubah bersikap dewasa dan tidak lagi bermanja-manja dengan kedua orang tua mereka, Lana sangat senang ketika melihat perubahan kakaknya, karena itu artinya hanya dialah yang akan menjadi putri kecil kedua orang tua mereka.
tapi kenapa hari ini kakak itu justru bersikap manja dengan ayah mereka? mereka tertawa bahagia yang membuat Lana semakin kesal dan marah.
Lana berusaha untuk mengontrol emosinya agar tidak meledak, dan masuk ke dalam rumah dengan senyuman yang benar-benar sangat kaku," aku pulang ...," Lana.
"Lana Kamu udah pulang, sini duduk di samping kakak, kamu pasti capek kan," Nara berkata dengan nada lembut dan perhatian.
Lana dengan senyuman kaku berjalan menuju sofa dan duduk di samping Nara, Nara tentu saja tahu kalau saat ini Lana sedang kesal bahkan hampir saja meledak karena emosi, Nara yang melihat itu tentu saja sangat senang karena pembalasan kecilnya ternyata sangat berpengaruh pada emosi Lana.
"ini belum seberapa Lana, " batin Nara.
Lana yang melihat ada ayah mereka di depannya langsung memasang ekspresi sedih dan terluka, setelah itu Lana berkata dengan lembut tapi mengandung keluhan dan ke tak berdayaan, " kakak kenapa kamu meninggalkan Lana sendirian di sekolah? Kakak apa selama ini Lana mengganggumu? maaf tapi lana benar-benar tidak bermaksud mengganggu hari-hari kakak. Tapi kakak sendiri tahu kalau Lana tidak bisa naik motor, Lana terlalu lemah dan tidak berguna, lana hanya bisa mengandalkan kakak untuk menjaga Lana." Lana bahkan menggigit bibir bawahnya untuk menunjukkan keluhan yang ada di hatinya, seolah-olah keluhan itu sudah ditahan selama berabad-abad lamanya.
Nara yang mendengar perkataan Lana sama sekali tidak panik, selain itu ayah mereka juga sudah mendengar penjelasan dari ibu mereka, tapi di permukaan Nara tetap saja menunjukkan rasa bersalahnya.
"Lana maafkan kakak, kakak benar-benar tidak bermaksud untuk meninggalkan mu, tadi kakak sudah menghubungi nomormu berkali-kali tapi kamu tidak mengangkat telepon dari kakak. kakak bertemu dengan salah satu teman kelasmu, dan dia mengatakan kalau kamu ada kegiatan, kakak pikir terlalu lama menunggumu jadi kakak pulang dulu, kakak juga sudah memberitahu supir untuk langsung menjemputmu ketika kamu menelponnya," Nara dengan nada lembut dan halus seperti biasanya, tidak akan ada orang yang bisa menemukan celah dari nada dan juga perkataannya, semuanya terlihat murni dan penuh dengan rasa kasih sayang.
Lana yang mendengar perkataan Nara terkejut dia langsung menundukkan kepalanya, agar ayahnya tidak melihat keterkejutan yang ada di wajahnya, Lana benar-benar tidak menyangka kalau kakaknya justru akan mengungkit-ungkit dirinya yang tidak mengangkat telepon darinya.
lagian dia memang sengaja tidak mengangkat telepon dari kakaknya, Lana ingin membiarkan kakaknya Nara berjemur di bawah sinar matahari yang terik, yang akan membuat kulit kakaknya gosong atau minimal kakaknya akan pingsan karena kepanasan, tapi suatu hari Lana tidak akan pernah menyangka kalau kakaknya akan mengatakan tindakannya tersebut di depan ayah mereka.
"a-aku ...., aku, aku tidak bermaksud untuk tidak mengangkat telepon dari kakak, hanya saja teleponku dalam mode senyap, jadi aku tidak tahu kalau kakak menelponku beberapa kali tadi. Kakak tolong maafkan Lana, lana benar-benar sangat ceroboh dan mengabaikan telepon dari kakak, Lana sumpah kalau Lana melakukannya secara tidak sengaja," Lana dengan ekspresi wajahnya yang terlihat tertekan, dan bersalah.
"Sialan lo Nara berani-beraninya lo ngadu di depan ayah, tunggu aja balesan gue nanti, gue akan buat lo nyesel Nara!" batin Lana dengan penuh kemarahan dan kebencian.
Lana sudah sangat membenci kakaknya Nara, dan dia sudah muak hidup di bayang-bayang kakaknya sendiri, Lana merasa dirinya tidak kalah cantik atau berprestasi dari kakaknya, tapi kenapa semua orang selalu saja suka memuji kakaknya, itulah mengapa sejak kelas 3 SMP Lana mulai memikirkan cara untuk menyingkirkan kakaknya tersebut, meskipun awalnya Lana juga menyayangi Nara, tapi rasa sayangnya itu hilang dan digantikan dengan kecemburuan yang amat sangat besar.
Lana sudah benar-benar sangat muak ketika orang-orang yang ada di sampingnya mengatakan Lana sangat beruntung karena memiliki kakak yang sangat sempurna, kakaknya cantik, berprestasi, bisa di andalkan, hebat dalam segala bidang, bahkan memiliki paras yang sangat membuat banyak wanita iri.
Lana sudah benar-benar sangat muak, dan dia ingin membungkam semua orang yang selalu memuji kakaknya. Dia cemburu karena semua orang hanya melihat kakaknya saja, semua orang bersikap baik padanya karena mereka tahu dia lemah, dan kakaknya selalu melindunginya kapanpun dan di manapun dia berada.
"tidak apa, kakak tahu kalau kamu sibuk, tapi jangan marah ya lain kali kakak pasti akan menunggumu sampai urusan kamu selesai," Nara tersenyum dengan sangat manis, dan matanya penuh dengan sikap memanjakan.
"ba --," terpotong.
"tidak, ayah tidak setuju ....," potong ayah dari kedua orang tersebut.
DIMAS BASKARA, seorang pria yang berusia 42 tahun, pengusaha perhotelan, batu bara, dan rumah sakit khusus yang dibuat untuk istrinya. seorang pria yang hangat dan penyayang, begitu mencintai istrinya dan menyayangi kedua putrinya secara adil.
Tuan Dimas selalu menganggap kedua putrinya sebagai anak kecil, dan tidak pernah menganggap mereka sudah tumbuh dewasa, di mata seorang ayah kedua putrinya tersebut tetaplah anak kecil yang membutuhkan perawatannya.
meskipun beberapa tahun terakhir sikap Nara berubah, Nara terlihat lebih dewasa dan tenang, bahkan tidak lagi mengandalkan mereka untuk menyelesaikan beberapa masalahnya. tuan Dimas akan tetap mengirim seseorang untuk mengawasinya, dan melaporkan beberapa kegiatan yang Nara atau Lana lakukan di luar.
bahkan tuan Dimas tahu pekerjaan yang biasanya Nara ambil saat membutuhkan uang, seperti balapan, montir atau pengantar makanan, tuan Dimas mengetahui semuanya.
Sementara untuk Lana, tuan Dimas tahu kalau Putri keduanya tersebut terlihat patuh dan lemah, jadi dia mengirimkan orang untuk menjaganya dan orang itu adalah Aruna.
Kebetulan tuan Dimas mengenal ayah Keira dan Aruna, dan ketika mengetahui Aruna yang cukup dekat dengan Putri keduanya, tuan dimas meminta kepada Aruna untuk mengawasi putri keduanya tersebut.
hanya saja kali ini orang yang dipilih oleh tuan Dimas adalah orang yang salah, kedua orang yang memiliki otak licik justru disatukan, dan mereka bersama-sama ingin menghancurkan dan melenyapkan orang yang menghalangi mereka.
Aruna selalu melaporkan hal-hal baik tentang Lana, sehingga tuan Dimas tidak pernah tahu bagaimana sikap asli putri keduanya.
"maaf Lana ayah tidak bermaksud untuk melarang kamu pulang bersama kakak kamu , hanya saja jika kamu ada kegiatan lebih baik kabari kakak kamu lebih dulu, agar kakak kamu tidak menunggu kamu di parkiran sendirian. Ayah tahu kamu pasti ingin selalu bersama kakak kamu, hanya saja ayah tidak setuju jika kakak kamu harus menunggu kamu setiap hari, lebih baik biarkan kakak kamu pulang lebih dulu dan setelah urusan kamu selesai kakak kamu akan menjemputmu lagi," tuan Dimas berkata dengan lembut.
Lana tersenyum, meskipun senyumannya terlihat kaku tapi Lana saat ini benar-benar berusaha untuk menampilkan senyuman manis seperti biasanya," aku tahu ayah, aku berjanji ketika aku memiliki kegiatan di sekolah, aku akan menyampaikannya kepada kakak lebih dahulu." Lana.
"anak baik,"
Nara hanya tersenyum lembut dan diam-diam mencemooh Lana di dalam hatinya, dia tahu saat ini Lana pasti sangat kesal, tapi kekesalan Lana adalah kebahagiaan bagi Nara," sungguh adik ku yang malang," batin Nara.
"sialan, semua ini gara-gara Nara awas aja lo!" batin Lana dengan kesal dan marah, " ayah, kakak aku naik ke lantai atas dulu ya mau mandi."
"iya ..," jawab tuan Dimas dan Nara secara bersamaan.
Lana pergi meninggalkan ruang tamu dengan tangan yang terkepal kuat, dia sangat marah saat ini, tapi dia tidak bisa melampiaskan amarahnya karena takut membuat orang-orang curiga.