seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
Jumat, 21 Juli 2023 — Kini, mereka sudah resmi berstatus sebagai sepasang kekasih.
Masih di tempat yang sama, setelah mereka berdua bercerita, mereka melanjutkan menikmati hidangan yang dipesan.
"Pengen denger kakak nyanyi deh," celetuk Nabillah dengan mata berbinar.
Delvin tersenyum lalu mengusap pipi Nabillah dengan lembut. "Tunggu sini, ya," jawabnya, lalu meninggalkan Nabillah yang kebingungan.
Nabillah terus memperhatikan gerak-gerik Delvin hingga ia melihatnya naik ke panggung, berbisik pada MC dan penyanyi di sana.
"Halo semuanya," sapa Delvin kepada pengunjung yang ada di sana, membuat mereka semua mengalihkan perhatian ke arahnya.
"Jadi malam ini, izinkan gue untuk menyumbangkan satu lagu buat kekasih gue yang ada di sana," lanjutnya sambil menunjuk Nabillah.
Nabillah yang mendengarnya pun langsung salah tingkah karena menjadi pusat perhatian.
Delvin terkekeh sebentar, lalu memberi isyarat agar musik dimulai. Ia memilih lagu berjudul "Cantik." Pengunjung pun ikut menikmati lagu tersebut, dan beberapa di antaranya juga merasa salah tingkah, selain Nabillah.
Saat lirik "cantik" muncul, Delvin menunjuk Nabillah dengan bangga, membuatnya semakin tersipu malu.
Nabillah tak ingin melewatkan momen bahagia ini, akhirnya mengeluarkan ponselnya untuk merekam Delvin yang sedang menyanyi. Delvin yang melihatnya pun merasa sangat senang.
Setelah beberapa menit, Delvin selesai bernyanyi dan mendapat tepuk tangan dari pengunjung, termasuk Nabillah.
Ia turun dari panggung dan menghampiri Nabillah yang masih tersenyum.
"Suaramu bagus sekali, Kak," ucap Nabillah memuji.
Delvin yang mendengarnya langsung mengusap pipi Nabillah. Ia sangat menyukai pipi Nabillah. Mungkin mulai sekarang, ia punya hobi baru, yaitu memegang pipi Nabillah.
"Suka dengan suara aku?" tanya Delvin.
Nabillah mengangguk antusias, membuat Delvin gemas. "Aku suka dengan pria yang suka musik, karena ketika aku lagi kesepian, biasanya aku selalu dengerin lagu yang aku suka."
"Lagu apa yang kamu suka, sayang?" tanya Delvin.
Nabillah tersipu malu. Ia belum terbiasa dipanggil "sayang" oleh Delvin. "Semua lagu aku suka, apalagi kalau kamu yang nyanyi," jawabnya tanpa sadar, membuat Delvin sedikit salah tingkah. (Namanya juga baru pacaran.)
"Kapan-kapan aku cover lagu deh, terus aku kirim ke kamu," ucap Delvin sambil mengusap pipi Nabillah sebentar.
Nabillah tampak berbinar mendengarnya. "Janji?" tanyanya.
"Janji, sayang," jawab Delvin sambil mengangguk.
Akhirnya, mereka pun menghabiskan semua makanan yang mereka pesan. Setelah semuanya selesai, mereka memutuskan untuk pulang, tapi Nabillah minta untuk sedikit berkeliling cari angin dengan motor.
Nabillah suka dengan ketenangan malam hari, apalagi ditemani orang yang ia sayangi mulai sekarang. Delvin tidak menolak permintaan Nabillah, ia menerimanya dengan senang hati.
Delvin menarik tangan Nabillah dan memeluknya. Nabillah tidak menolak. Ia malah mengeratkan pelukannya dan meletakkan dagunya di pundak Delvin.
"Sayang," panggil Delvin, dan mendapat deheman dari Nabillah.
"I love you," ucapnya tiba-tiba sambil mengelus tangan Nabillah yang melingkar di pinggangnya.
Nabillah tersenyum, ia suka mendengar kata itu keluar dari mulut Delvin. "I love you too, Kak," jawabnya dengan malu-malu.
Mereka berdua tersenyum bahagia, menikmati angin malam yang sangat menyejukkan. Tidak terasa dingin karena mereka berdua sudah saling menghangatkan.
Nabillah menatap langit, lalu memejamkan matanya.
"Semoga kebahagiaan ini bisa aku rasakan selamanya, Ya Tuhan," ucapnya dalam hati, tanpa sadar air matanya keluar karena begitu bahagianya.
Delvin tidak mengetahui itu, ia hanya fokus pada jalanan sambil menikmati elusan tangan Nabillah di bagian perutnya.
Setelah beberapa lama, Delvin membelokkan motornya dan berhenti di salah satu supermarket. Nabillah yang merasa tidak nyaman dengan posisi pelukannya pun melepaskan pelukan dan tampak bingung.
"Ayo," ajak Delvin, dan Nabillah pun menuruti untuk masuk ke dalam supermarket.
"Mau apa?" tanya Delvin melihat Nabillah hanya diam saja di depan kulkas.
Nabillah menoleh dan melihat Delvin mengambil salah satu minuman.
"Mau susu, boleh?" tanyanya hati-hati, sambil menunjuk susu yang ia inginkan.
"Boleh dong, sayang. Ambil aja yang kamu mau," jawab Delvin sambil mengusap pipi Nabillah.
Nabillah tersenyum dan mengambil susu kesukaannya.
Setelah memilih makanan dan minuman yang mereka inginkan, mereka menuju kasir untuk membayar. Namun, hanya Delvin yang membayar, meskipun ia melakukannya dengan suka hati. Nabillah menunggu di depan sambil duduk di salah satu bangku yang disediakan.
Delvin pun menghampiri Nabillah setelah membayar belanjaan mereka, meletakkan kantong belanjaannya di meja, lalu menarik bangku untuk mendekat dan mengeluarkan sebatang rokok.
Nabillah melihat itu semua dan langsung bertanya. Jujur, ia tidak menyukai laki-laki yang merokok, tapi ia juga harus mengerti tentang hal itu.
"Kakak merokok?" tanyanya.
Delvin yang hendak menyalakan rokoknya pun membatalkan niatnya.
"Iya. Kamu nggak suka?" tanya Delvin sambil memasukkan rokok ke dalam saku jaketnya.
"Kok dimasukin lagi?" tanya Nabillah bingung.
Delvin menggeleng bingung. "Aku nggak mau ngecewain kamu, sayang. Aku tahu kamu nggak suka kan sama laki-laki perokok. Aku akan coba untuk nggak merokok demi kamu."
"Kak, aku emang nggak suka laki-laki perokok, tapi aku nggak bisa melarang kamu. Kamu boleh merokok, tapi harus tahu batasannya, karena kesehatan kamu itu jauh lebih penting."
"Kalau aku merokok, berarti kamu nggak suka aku dong?" tanya Delvin pura-pura kecewa.
"Ish, bukan begitu!" jawab Nabillah tidak terima sambil mencubit pinggang Delvin. "Apa-apaan sih pertanyaan itu?"
"Aduh, sakit, ayy!" ucap Delvin sambil mengusap area yang kena cubitan.
"Lagi, sih. Kenapa nanya begitu?" tanya Nabillah.
Delvin terkekeh. "Jadi, aku boleh nggak ngerokok?" tanya Delvin dengan wajah memelas.
"Boleh, sayang. Boleh," jawab Nabillah dengan lantang.
Delvin tersenyum lalu mengeluarkan kembali rokoknya dan menyalakannya.
Ia menjauhkan rokoknya dari Nabillah agar asapnya tidak mengenai wajah Nabillah.
Jujur, Nabillah sebenarnya sudah mengantuk, dan Delvin yang tahu itu meletakkan salah satu tangannya di atas sandaran bangku yang diduduki Nabillah. Lalu, ia sedikit menarik kepala Nabillah agar lengan tangannya bisa menjadi bantal supaya Nabillah lebih nyaman tidur.
"Sudah mengantuk? Cepat sekali tidur, sih," ujarnya sambil menatap wajah Nabillah yang tertidur. "Cantik sekali."
Setelah beberapa menit, ia pun selesai dengan rokoknya. Tidak tega juga melihat Nabillah yang tertidur dengan posisi seperti itu.
"Sayang, bangun yuk, kita pulang. Nanti lanjutin lagi tidurmu," ucap Delvin dengan lembut sambil menepuk pipi Nabillah pelan dan mencium kepalanya sebentar.
Nabillah yang terganggu pun terbangun, lalu menatap Delvin. Sebenarnya, Delvin tidak tega membangunkannya yang sedang tidur nyenyak, tapi waktu terus berjalan dan ia khawatir jika pulang terlalu malam.
"Pulang, ya?" ujar Delvin lalu bangun dan membawa kantong belanjaannya ke arah parkiran, diikuti Nabillah.
Delvin pun mengantarkan Nabillah pulang ke rumahnya, dengan Nabillah yang sudah tertidur kembali di atas motor sambil memeluk pinggang Delvin.
TBC...
TOLONG BANTU VOTE TEMEN-TEMEN🙏🙏🙏🥺🥺