NovelToon NovelToon
WARS OF SYSTEMS

WARS OF SYSTEMS

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Epik Petualangan
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA

Ketika kampus memasang sistem di tubuh setiap mahasiswanya untuk mengontrol fokus mereka dalam berkuliah dan mencegah adanya gagal lulus. Mahasiswa yang berhasil luput dari pemasangan sistem itu, berjuang untuk melawan sistem yang telah memperbudak dan membunuh perasaan para mahasiswa yang kini bagaikan robot akademik. Apakah para mahasiswa itu berhasil mengalahkan kampus dan sistemnya ? Atau justru kampus akan semakin berkuasa untuk mengontrol para mahasiswa nya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

UNIVERSITAS

Setelah menunggu selama seminggu, tibalah hari dimana seluruh calon mahasiswa Universitas Sepuluh April secara resmi memulai perjalanan mereka sebagai mahasiswa Universitas Sepuluh April. 1 Agustus, 3.000 mahasiswa/i baru berkumpul di Lapangan Suryakencana, yang berada persis di depan Gedung Rektorat atau biasa disebut Balai Surya Bakti. Mereka akan mengikuti upacara penyambutan mahasiswa baru Universitas Sepuluh April yang akan dipimpin secara langsung oleh sang rektor, Rakai Rahardja.

Mengingat acara ini begitu penting, pastinya tak ada satupun orang, khususnya mahasiswa baru yang ingin terlambat. Tapi, namanya Ray, dia pasti beda sendiri. Yaps, dia masih tidur nyenyak sementara upacara akan dimulai tiga puluh menit lagi.

“ Ray.. Ray.. bangun, Ray.. “ Jo menggoyang goyangkan badan Ray sebisa mungkin. Ia bertepuk tangan sekeras kerasnya, memutar musik Metallica yang begitu memekakkan telinga, bahkan menyiramkan segayung air ke wajah Ray untuk membangunkannya. Tapi, Ray tak kunjung bangun.

Sudah mati kah dia ? Jo tak habis pikir, dan kemudian ia menemukan sebuah cara. Cara yang melibatkan kekerasan, tapi setidaknya pasti akan membangunkannya. Jadi, mulailah dia mengayunkan tangannya dengan kencang dan sekuat tenaga, mendaratkannya ke pipi Ray sambil berseru, “ Bangun, Ray ! “

PLAK

Tak cukup sekali, tapi sampai tiga kali hingga mata Ray seketika terbelalak. Ia bangkit dan langsung terduduk. Dalam pikirannya, ada sesuatu yang menyerangnya ternyata hanya Jo yang berusaha membangunkannya. “ Jo.. ada apa ? “ tanyanya sambil mengusap-usap pipinya yang terasa sakit. Tampak begitu merah dan ada bekas tangan pula disana.

“ Kau lupa hari ini ? Sekarang kan upacara penerimaan mahasiswa baru ! “ seru Jo, yang membuat Ray melompat dari ranjangnya, berlari menuju kamar mandi. Dengan waktu secepat bebek, ia akhirnya selesai mandi, dan berpakaian. Tak lupa jas almamaternya yang berwarna hijau pandan dipakainya. Mereka tak sempat lagi untuk sarapan, jadi segera sesudah itu mereka langsung mengunci pintu kamar dan berlari untuk ke Lapangan Suryakencana.

Jarak asrama mereka ke Lapangan Suryakencana agak jauh. Meski asrama mereka dekat dengan FEB ( Fakultas Ekonomika dan Bisnis ), yang notabene merupakan fakultas terdekat dengan Lapangan Suryakencana, tapi mereka harus memutar sebab asrama dan FEB dibatasi oleh pagar merah yang terpasang sepanjang area dalam kampus.

Jo sudah akan mengambil rute memutar, namun Ray menariknya dan mengajaknya untuk melakukan tindakan kriminal pertama di kampus. Ia memilih untuk memanjat pagar itu daripada memutar. “ Orang cerdas selalu hidup dengan resiko. Dan hanya orang cerdas yang pantas menjadi mahasiswa Universitas Sepuluh April. “ Begitu kata-kata Ray pada Jo, yang akhirnya mengikuti saja kemana temannya ini bergerak.

Pagar itu sebenarnya tidak tinggi. Cuma satu meter. Sepertinya dibuat hanya untuk penanda saja. Dengan tinggi mereka berdua yang jelas diatas satu meter, pagar itu bisa dilewati dengan mudah. Panjat, naik, lompat, tiga langkah itu berhasil dilewati dengan baik.

“ Mudah, kan ? “ Ray tersenyum, memandang Jo yang juga memberi ekspresi sama. Tapi, tunggu..

“ Kok.. “ Mereka kemudian menyadari bahwa pagar itu baru saja dicat, dan belum kering. Sungguh sial, karena warna cat itu menempel di celana, tangan, sepatu, dan juga almamater mereka. Mereka berusaha mencari air, atau tanah, atau apapun untuk menghilangkan cat itu. Sayangnya hal itu hanya menambah kebodohan pada diri mereka saja. Cat itu belum juga hilang.

“ Hadeuh, kalau ketahuan gimana ini ? “ Jo mulai panik. Ia sampai menjilat-jilat tangannya sendiri, berharap cat itu hilang. Sementara Ray masih mondar-mandir berusaha mencari sesuatu yang bisa menghilangkan cat itu. Mereka terus bergerak, menjauh dari Lapangan Suryakencana yang mulai dipadati oleh barisan mahasiswa baru yang sudah siap untuk mengikuti upacara. Hingga akhirnya, mereka melihat sebuah kantin. Kantin yang ada di Fakultas Psikologi, Bond-Band namanya.

“ Kita bisa beli air disana. Atau siapa tahu mereka punya sesuatu yang bisa menghilangkan cat ini, “ ucap Ray yang kemudian bergerak ke sana bersama dengan Jo. Di kantin itu, masih sepi sekali. Tak ada mahasiswa, hanya ada seorang gadis muda yang sedang membersihkan meja. Mereka pun menghampiri gadis itu dengan tangan mereka yang penuh cat.

“ Permisi.. apakah ada toilet atau wastafel disini ? Atau air ? “ tanya Ray dengan sesopan mungkin pada gadis itu, yang ketika melihat tangan mereka langsung menjerit, “ Darah ! Darah ! Ada pembunuh disini ! “

Cepat-cepat, Ray dan Jo berusaha menenangkan gadis itu dan menjelaskan bahwa ini adalah cat merah. Mereka menggosok-gosokkan tangan, dan menyuruh gadis itu mencium tangan mereka, termasuk tangan Jo. “ Ini bau busuk, bau sampah menyengat, “ kata gadis itu saat mencium tangan Jo. Jo sendiri reflek mencium tangannya dan memang benar itu adalah bau yang sesuai dengan deskripsi gadis tersebut.

“ Oh, kalau kamar mandi, ada dibelakang. Saya juga punya tinner kalau kalian mau. “ Ray dan Jo saling menganggukkan kepala, menerima tawaran dari gadis tersebut. Gadis itu memberikan sekaleng tinner dan dua kain kepada mereka, ia juga berkata, “ Sedikit aja tinner, takutnya iritasi. “

Keduanya hanya mengangguk-angguk saja. Mereka sudah kadung dipacu waktu antara membersihkan cat dan upacara yang sebentar lagi akan dimulai. Untungnya, tinner tersebut benar-benar membantu, cat nya memang tidak hilang seluruhnya, tapi setidaknya sudah tidak begitu kelihatan.

“ Terimakasih atas bantuannya. “ Mereka mengembalikan tinner itu pada gadis tersebut. Gadis itu menyeringai, “ Kalian habis memanjat pagar, ya ? “

Jo tertegun, sementara Ray tercekat. Mereka hanya diam, tak bisa menjawab ketika ditodong pertanyaan seperti itu. Tapi kemudian gadis itu tertawa, “ Aman. Rahasia kalian aman padaku. “ Ia tersenyum manis. “ Sudah.. kalian cepat pergi. Nanti telat lagi. “ Mereka menunduk lagi sebagai bentuk terimakasih, kemudian bergegas ke Lapangan Suryakencana.

~~

Beruntung bagi mereka karena upacara belum dimulai. Oleh panitia, mereka kemudian diarahkan untuk mengisi tempat di barisan yang masih kosong. Tak berselang lama, upacara pun dimulai. Lagu kebangsaan dinyanyikan sebagai pembuka, dilanjutkan Mars Kampus yang mana, sepengamatan Ray, hampir seluruh mahasiswa bernyanyi “ a.i..u..e..o.. “ saja. Kelihatan sekali tak tahu lirik dan melodinya.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan dari rektor. Sudah pasti lama ini, batin Ray. Ia tahu betul betapa lamanya setiap sambutan, meski diawal embel-embelnya “ sepatah dua kata “ kenyataannya terasa seperti “ seabad-dua abad “ lama sekali. Tapi, untungnya mereka tak harus dipaksa berdiri saat sambutan itu, mereka dipersilahkan duduk.

Sang rektor, Rakai Rahardja, memulai sambutan dengan ucapan salam yang begitu formal dan basi sekali. Dilanjutkan dengan sapaan pada orang-orang penting di jajaran kampus, dan tamu kehormatan, Menteri Kebudayaan dan Pendidikan yang kebetulan juga alumni kampus.

Lalu, saat masuk ke dalam isi sambutan, Ray mulai tertarik untuk mendengarkan. Dalam sambutannya, Rakai berulang kali menegaskan tentang visi misi kampus yang berorientasi dalam akademik. USA, menurut Rakai, memiliki cita-cita untuk mencetak generasi terbaik setiap tahunnya. Generasi yang akan memimpin kemajuan negara.

Rakai pun menyinggung tentang fasilitas kampus. Ternyata benar kata Jo, selain fasilitas asrama, fasilitas kantin itu tersedia gratis. Para mahasiswa diizinkan untuk makan di kantin gratis, dan pembayarannya dengan scan KTM ( Kartu Tanda Mahasiswa ), yang nantinya akan dibagikan ketika pengenalan fakultas.

Tak hanya itu, ada beberapa fasilitas olahraga, hiburan, dan yang paling penting adalah selama di kampus, mahasiswa diminta untuk mengikuti sistem akademik kampus dan ada sebuah tes kesehatan di akhir masa pengenalan kampus. Tes kesehatan ini untuk membantu konsentrasi dan fokus mahasiswa selama di kampus.

Jo menjadi salah satu yang cemas dengan tes kesehatan ini. Ia berkacamata, minusnya sudah cukup tinggi. Minus tiga. Kalau sampai terdiagnosis buta warna, tamatlah kuliahnya di teknik.

“ Ray.. “ panggilnya dengan suara lirih. “ Kau buta warna ? “

Ray menggeleng. “ Nggak. Memangnya ada apa ? “ tanyanya, dengan nada penasaran. Terakhir kali ia tes buta warna, ia lulus dan dinyatakan baik-baik saja. Bahkan ia bisa melihat warna Venus saat senja hari membuktikan betapa sehat matanya.

“ Aku mau kau mengetes ku tentang warna-warna.. “ Ray terkejut mendengar permintaan Jo itu. Terdengar lucu, tapi bisa dimaklumi. Justru akan lebih konyol kalau terdepak hanya karena buta warna.

“ Oke. “ Ray mengangguk. “ Jas ini warna apa ? “ tanyanya sambil memegang jasnya.

“ Hijau, “ jawab Jo dan langsung mendapat senyuman dari Ray tanda bahwa jawabannya benar.

“ Kalau ini.. “ Telunjuk Ray menunjuk pada lapangan yang sedang mereka diduduki, yang dipenuhi pavling blok berwarna abu-abu.

“ Abu-abu.. kan.. ? “ Jo sedikit ragu. “ Abu-abu sedang. Bukan cerah seperti warna silver atau gelap. “

Ray mengacungkan dua jempolnya. “ Benar. Pertanyaan terakhir, untukmu. Ini pertanyaan yang sangat penting. “ Jo menarik nafasnya, bersiap untuk pertanyaan penentuan.

“ Ini.. warna apa Jo ? “ Kali ini tangan Ray sendiri yang menjadi objek. Jo mengerutkan kening, lalu berkata, “ Aku berpikir ini hitam. Ya, hitam. “

“ Sialan kau, Jo ! “ Ray mengacungkan jari tengah kepadanya, sementara Jo tertawa-tawa karena mengerjai temannya itu. Mereka tertawa dan saling bercanda sampai upacara itu selesai.

~~

1
wiz khalifa
lanjut thor, nungguin nih
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz: semangat juga kak
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
Weh jangan 😫
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz
tapi dia pun tak bisa keluar begitu saja karena situasinya
Acelinz
Memang pada dasarnya itu adalah sifat aslinya
Acelinz
Seperti itulah manusia, mudah tergiur akan sesuatu yang menarik tapi sebenarnya tidak jelas.
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
hah tak guna egois 😒
piyo lika pelicia
sebenar nya guru ini manfaatin mereka gak sih kok di fikir fikir gitu 🤔
Acelinz: benar, meski sebenarnya ada simpati dan harapan dari dosen tersebut kepada para mahasiswa nya
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
ya gak usah kuliah kalau mau bebas diam aja di hutan
piyo lika pelicia
murit yang nakal
piyo lika pelicia
semangat adik ☺️
piyo lika pelicia
bukan kekanakan marah lah di tinggal gitu aja bahkan apa yang dia bilang enggak di dengerin.😒
Acelinz: lebih kepada kecewa, hanya saja dia juga butuh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!