Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindahan
Setelah menyetujui tawaran dari Tuan Besar, Bella pun bergegas untuk pulang ke kostnya. Ia akan mengemasi barang barangnya yang ada di kos sempit itu.
"Makasih ya Bu sudah mau menjaga Lauren."
"Sama-sama Mbak Bella, kalau begitu saya pamit dulu ya. Lauren, mbah uti pamit dulu ya."
Lauren yang tengah asyik bermain itu pun mengangguk. Anak usia hampir tiga tahun itu memeluk tetangga yang dijulukinya sebagai 'mbah uti' kalau dalam bahasa Jawa artinya nenek.
"Peyuk duyu mbah uti."
"Iya sini peluk yang erat," ucap Mbah Uti yang bernama Bu Asih usia 59 tahun itu. Bella tersenyum melihat Lauren yang sangat akrab dengan Bu Asih itu.
"Udah ya, Lauren. Mbah Uti mau istirahat dulu. Kasihan kamu aja main terus dari tadi," ucap Bella pada putri semata wayangnya itu.
"Iya Bu."
Akhirnya Bu Asih pulang, Bella mengantar sampai halaman depan kost nya. "Makasih ya Bu, dan ini ada sedikit makanan tadi saya beli di warung." Bella memberikan sebungkus makanan yang dibungkus daun pisang.
Bu Asih tersenyum lebar, "Repot-repot aja kamu tuh, Bella. Makasih banyak ya." Bella mengembangkan senyumnya. Wanita 27 tahun itu tergolong orang yang loyal dan ramah.
"Iya Bu, saya juga banyak berterimakasih paa Ibu. Oh iya saya mau pamit sekalian. Saya mau pindah."
Bu Asih yang awalnya tersenyum, kini kian mengerutkan dahinya. Ia penasaran apa yang membuat seorang Bella Anjasari memutuskan untuk pindah.
"Kamu baru beberapa minggu disini, Bella. Mau pindah kemana lagi? Bukannya suami kamu sudah meninggal?" tanya Bu Asih.
"Iya justru itu, Bu. Saya juga mau hidup tenang. Sekalian juga saya mau kerja disana," ucap Bella tidak menjabarkan detail pekerjaan yang ia ambil.
"Oh ya sudah kalau itu yang terbaik, Ibu hanya bisa dukung kamu. Semoga kamu betah ya di kerjaan kamu nanti."
"Iya Bu, makasih banyak atas do'anya."
**********
Setelah masuk di kost itu kembali, Bella langsung prepare untuk menuju pindahan ke daerah pesisir sesuai dengan arah Tuan Besar, mertuanya.
Lauren, putrinya yang asyik bermain pun mendekat ke sang Ibu. "Ibu kita mau kemana cih? Kok Ibu bawa bayang bayang masuk ke tas?" tanya Luaren.
Bella menatap putrinya dengan lekat. "Sayang, kita mau pindahan ya, Nak. Kita akan hidup lebih baik disana. Ibu akan belikan mainan yang lebih banyak buat Lauren."
"Acikkkk!! Ayo kita pindahan cekayang, Bu."
"Iya Sayang, bantu Ibu ya."
*********
Setelah berkemas kurang lebih 35 menit, mereka langsung meninggalkan kost itu yang sudah mereka tempati kurang lebih tiga minggu lamanya. Sakiya tidak bisa disitu terus dengan hanya mengandalkan uang hasil jual tanah.
Untuk menuju ke daerah pesisir, ternyata Tuan Besar sudah menyiapkan transportasi untuk Bella dan Luaren. "Selamat siang, Nona Bella." Beberapa bodyguard itu turun di depan kost Bella saat ia akan pergi.
Lauren yang melihat lelaki tinggi tegap dan berjas, ia sangat trauma. Lauren takut akan disakiti oleh orang model seperti itu karena sebelumnya. Karena satu minggu yang lalu, ada orang penagih hutang seorang rentenir yang membuat Bella dan Lolen trauma.
"Mau apa kalian?" tanya Bella langsung melindungi anaknya itu.
"Ibu, Lolen atut.. "
"Kami akan menjemput Nona atas perintah dari Tuan Besar untuk menuju ke daerah pesisir tempat Tuan Muda berada." Mendengar hal itu, hati Bella agak sedikit lega.
"Oh gitu, iya." Ketika Bella akan masuk ke dalam mobil, Lauren menolak. "Lolen atut Bu...." rengek Lauren.
"Omnya kali ini baik kok. Ini om suruhan Kakek kamu," ucap Bella menenangkan anaknya. Alhasil Lauren pun mengangguk. Mereka langsung menuju ke daerah tersebut sekarang juga.
*********
Butuh waktu sekitar 10 jam untuk sampai ke lokasi membuat Lauren jadi rewel. Namanya juga anak kecil, pasti ada aja masalah.
"Huaaaa... Lolen capek."
"Iya Sayang, sini minum susu dulu ya." Bella masih terlihat sangat rempong dengan Lauren yang rewel terus.
"Huaaaa Lolen gak ahan, Bu."
"Iya, Sayang. Sabar ya sebentar lagi sampai kok." Setelah Bella menidurkan putrinya itu, keadaan kembali kondusif.
*********
Sampai akhirnya mereka sampai di rumah yang super besar mewah walaupun itu di tepi pantai dengan ombak yang begitu tenang. Suasananya indah dan dipenuhi orang yang bekerja sebagai buruh yang membantu membersihkan dan mengolah hasil panen seperti membersihkan cumi, sotong, dan lainnya. Ada juga petani tambak, dan lainnya.
Bella turun disambut oleh beberapa maid yang berjaga di depan rumah itu. Dengan menggendong putrinya itu, Bella disambut oleh kepala maid.
"Non Bella ya yang menjadi pengasuh Tuan Muda?" tanya maid agak tidak percaya. Karena dilansir Bella ini masih kerabat dekat bahkan adik iparnya Tuan Muda.
"Iya Saya, Bik."
"Baik kami antar," ucap kepala maid itu menuju kamar yang harus Bella tempati. Bella menatap rumah yang begitu megah itu walaupun bangunan itu begitu kontras dengan bangunan sekitarnya yang notabene hanya sederhana saja.
"Ini kamar Nona Bella. Dan saya mau mengingatkan kalau bertemu dengan Tuan Muda usahakan jangan buka tirainya ya, Nona."
Mendengar wejangan dari Bik Sarah, Bella pun mengerutkan dahinya. "Kenapa Bik emangnya?" tanya Bella keheranan.
"Uan Muda galak banget dan arogan, Nona. Dia sekarang temperamen banget, apa apa kalau gak benar langsung dibanting. Ini aja sudah ganti lebih dari 10 kali pengasuh. Tidak ada yang betah. Paling lama aja cuma dua hari habis itu tidak ada yang bisa mengatasi termasuk kami, Nona."
Bella pun mengangguk, "Baik, semoga saya bisa mengatasi Kak Sei ya, oh iya saya mau tidurin anak saya dulu."
"Baik Nona, saya permisi." Setelah itu maid itu pergi dan Bella langsung menidurkan Lauren yang masih terlelap.
"Kamar ini sangat layak, semoga aku betah disini." Bella lantas pergi ke dapur menemui Bik Sarah.
"Maaf Bik Sarah, tempatnya Kak Sei dimana ya?" tanya Bella bingung. Rumah dengan bangunan megah nan luas itu membutuhkan banyak waktu untuk menghafal.
"Oh iya saya antar, Nona." Mereka sembari mengobrol santai sampai ke lantai atas. "Disini maid messnya dimana, Bik?"
"Oh tidak Nona, hanya saya yang tidur disini. Maid lain pada pulang, kan banyak yang sudah berkeluarga dan rumahnya dekat. Oh iya ini sudah sampai."
"Baik Bik, terimakasih banyak."
"Kalau begitu saya permisi, Nona. Kalau ada apa apa, silakan langsung bicarakan dengan saya."
"Baik Bik." Bella mulai memasuki ruang kamar yang begitu gelap serta pengap. Bahkan kehadiraj Tuan Muda tidak diketahui tempatnya sehingga Bella harus memanggilnya.
"Kak Sei, dimana?" tanya Bella. Sampai akhirnya ia justru menabrak kursi roda yang ditempati oleh Tuan Besar.
"Siapa yang mengizinkan kamu masuk!!" seru Tuan Muda membuat Bella kaget bukan main.
"Astagfirullah Kak Sei, aku Bella, istri dari Alm.... "
"Keluar!!" seru Tuan Muda.
"Kak... "
"Saya bukan kakak kamu! Dan satu lagi saya tidak ingin kamu berada disini! Panggil saya Tuan Muda!"
"Tapi Tuan Muda... "
"Keluar, kamu, Bella! Dasar manusia pembawa sial" seru Tuan Muda dengan amarah yang memuncak.