Gara, cowok dengan semangat ugal-ugalan, jatuh cinta mati pada Anya. Sayangnya, cintanya bertepuk sebelah tangan. Dengan segala cara konyol, mulai dari memanjat atap hingga menabrak tiang lampu, Gara berusaha mendapatkan hati pujaannya.
Tetapi setiap upayanya selalu berakhir dengan kegagalan yang kocak. Ketika saingan cintanya semakin kuat, Gara pun semakin nekat, bahkan terlibat dalam taruhan konyol.
Bagaimana kekocakan Gara dalam mengejar cinta dan menyingkirkan saingan cintanya? Akankah Gara mendapatkan pujaan hatinya? Saksikan kisah cinta ugal-ugalan yang penuh tawa, kejutan, dan kekonyolan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Rencana Ugal-ugalan Melawan Dion
Gara semakin tenggelam dalam kebingungan, mencari-cari jawaban. "A-apa yang gue ceritain? Uh, soal ... soal hobi baru gue?" Gara mencoba menebak.
Dion tertawa. "Iya, iya, soal hobi baru lo. Katanya lo lagi belajar main biola buat ... impress someone?"
Wajah Gara langsung merah padam. "Astaga! Kenapa dia malah buka-bukaan begini?! " batinnya panik.
Anya tersenyum lebar, jelas tertarik. "Oh, Gara main biola sekarang? Romantis banget."
Gara menelan ludah, mencoba mati-matian terlihat tenang. "Ya-ya, gue lagi belajar sedikit sih ... buat ... impress someone, iya ..." Gara tertawa canggung.
Dion tersenyum puas, lalu melambaikan tangan. "Oke deh, gue bener-bener cabut sekarang. Good luck, Gar!" katanya, sambil mengedipkan mata dengan genit sebelum benar-benar pergi.
"Sialan tuh, cowok! Kalau gue tahu dia bakal deketin Anya, kagak bakal gue cerita sama dia. Dasar mulut lemes!" geram Gara dalam hati.
Setelah Dion pergi, Anya menatap Gara dengan tatapan penuh selidik tapi sambil tersenyum. "Jadi, lo belajar biola buat impress siapa, Gar?"
Gara yang masih merah wajahnya, hanya bisa garuk-garuk kepala. "Eh ... yaaa ... nggak penting lah itu. Hehe ...."
Anya tersenyum geli, tapi dalam hati senang. "Gara, lo itu lucu banget, tau nggak?"
Gara, yang sudah terlalu malu untuk merespons, hanya bisa tersenyum canggung, berusaha menutupi rasa lega dan kebingungannya setelah insiden dengan Dion. Tapi, di dalam hati, ia sedikit bersyukur. Setidaknya kali ini, tidak ada momen canggung yang terlalu menghancurkan ... selain obrolan soal biola tadi.
"Setidaknya, dia nggak ngomongin kolor SpongeBob kayak Yoyok kemarin," pikir Gara, akhirnya bisa bernapas lega.
***
Di warung kopi Mas Jon yang sudah jadi tempat langganan curhat, Gara duduk dengan wajah muram sambil menyesap kopi. Yoyok yang duduk di depannya menatap sahabatnya itu dengan penuh rasa ingin tahu.
"Bro, ada cowok baru deketin Anya! Namanya Dion, dia kayaknya punya semua yang Anya suka," ucap Gara saat Yoyok baru saja ingin bertanya.
“Jadi, lo merasa terancam sama Dion?” tanya Yoyok sambil menyandarkan punggung di kursi dengan santai. Akhirnya ia tahu apa penyebab wajah sahabatnya muram.
Gara mengangguk lemas. “Iya, Yok. Gue udah mulai nyaman sama Anya, eh tiba-tiba Dion nongol. Dia pinter, keren, segala-galanya lah. Gue nggak tahu gimana cara ngalahin dia.”
Yoyok yang entah kenapa selalu bersemangat dalam hal-hal seperti ini, langsung menyala. "Itu artinya perang, bro! Lo nggak bisa diam aja. Lo harus tunjukin siapa yang lebih unggul!"
Gara mendesah. "Gue pikir gue bakal pelan-pelan aja, Yok. Tapi kayaknya gue nggak bisa kalah sama si Dion."
Yoyok mengangguk penuh semangat. "Bener! Ini waktunya lo ngelakuin sesuatu yang besar, yang bikin Dion terlihat kerdil. "Yoyok menyeringai lebar, seolah mendapatkan ide brilian. “Tenang, Gar! Gue punya beberapa ide gila yang bisa bikin lo kelihatan lebih unggul dari Dion. Pasti lo langsung jadi pemenang!”
Gara menatap Yoyok dengan mata berbinar, setitik harapan mulai muncul di dalam hatinya. “Ide gila? Beneran, Yok?”
Yoyok mengangguk yakin. "Of course!" jawab Yoyok penuh keyakinan.
Gara mulai merasa adrenalinnya naik lagi. Meski dia berusaha jadi lebih santai, insting ugal-ugalannya bangkit saat merasa tersaingi. "Oke, Yok. Gue dengerin ide lo kali ini. Tapi jangan sampai gue ketangkap basah."
"Okey, denger nih. Pertama, lo bikin surprise dengan sewa tukang tanjidor buat dateng ke depan rumah Anya. Bayangin deh, Anya pasti kaget dan merasa lo effort banget!”
Gara mengernyitkan dahi. “Tanjidor? Buat apaan?”
“Tukang tanjidor itu unik, Gar. Nggak ada cowok yang bakal kepikiran sewa tukang tanjidor buat surprise. Lo akan langsung diingat!”
Sebelum Gara bisa menanggapi, Darto yang sedang meracik kopi di balik meja langsung menyela. “Sabar dulu, Yok.” Darto meletakkan cangkir kopi di meja depan mereka. “Lo mau bikin Gara kelihatan romantis apa bikin dia dibilang aneh sama Anya? Sewa tukang tanjidor? Itu sih bikin malu.”
Yoyok mendengus, menatap Darto dengan tidak setuju. “Apa sih, Darto? Ini tuh ide out of the box. Harus beda, biar Anya inget terus.”
Darto menggeleng sambil tertawa kecil. “Kalau ide out of the box yang bikin ngakak seluruh kampung, mungkin iya. Gara, dengerin gue. Jangan percaya sama ide-ide gila Yoyok yang malah bakal bikin lo tambah malu di depan Anya. Fokus aja jadi diri lo sendiri.”
Gara menghela napas, matanya beralih ke Yoyok yang tampak kesal. “Tapi gue butuh sesuatu yang spesial, Dart. Gue nggak mau Dion kelihatan lebih baik dari gue.”
Yoyok menepuk bahu Gara dengan penuh semangat. “Tenang, Gar! Gue punya ide kedua. Lo ajak Anya naik kuda ke bukit. Romantis abis! Bayangin, lo berdua ngelewatin jalanan sepi, diterangi cahaya bulan.”
Darto tertawa lebih keras kali ini. “Naik kuda? Yok, lo serius? Ini bukan sinetron jaman dulu. Lo mau Gara malah jatuh dari kuda?”
Yoyok melotot. “Lo nggak ngerti seni romantis, Dart.”
Gara yang di tengah-tengah mereka, malah makin bingung. Ia berpikir keras, apakah ide Yoyok benar-benar bisa berhasil atau justru akan membuatnya semakin terlihat konyol di mata Anya. Tapi dengan segala kekhawatirannya tentang Dion, ia merasa terjebak di antara dua saran yang sama sekali tidak membantu.
“Jadi gimana, Gar? Mau tanjidor atau naik kuda?” Yoyok mendesak.
Gara hanya bisa menggaruk kepala, merasa berada dalam dilema antara melakukan hal-hal gila atau mengikuti saran Darto yang lebih masuk akal. "Apa nggak ada cara yang lebih ... normal?"
Darto menepuk bahu Gara. “Dengerin aja gue, Gar. Nggak perlu yang aneh-aneh. Kadang yang sederhana itu justru paling ngena.”
Yoyok melipat tangan di dada, tak terima. “Kalau mau biasa aja, ya pasti kalah sama Dion yang serba ‘wow’. Lo mesti bikin gebrakan, Gar! Pilih, tanjidor atau kuda?”
Gara menatap Darto, lalu Yoyok, bingung di antara keduanya. “Duh, jadi gimana, ya?”
Yoyok yang melihat keraguan di wajah Gara tiba-tiba tersenyum penuh ide. “Kalau lo nggak yakin sama ide tanjidor atau kuda tadi, gue punya solusi lain, Gar,” katanya sambil mendekatkan diri seperti agen rahasia. “Gimana kalau kita selidiki dulu si Dion? Kalo kita tau rencana pergerakan dia buat deketin Anya, kita bisa susun strategi yang lebih mantap!”
Gara mengangkat alis, mulai tertarik. “Selidiki Dion? Maksud lo ... kayak nge-spy dia gitu?”
Yoyok mengangguk mantap. “Bener banget! Kita pantau gerak-geriknya, cari tahu langkah-langkah dia. Begitu kita tau, kita bisa nyusun rencana buat ngalahin dia. Ini bakal kayak misi rahasia!”
Gara yang tadi penuh keraguan mulai merasa ide ini masuk akal. Ia tersenyum kecil, kemudian mengangguk setuju. “Hmm, kedengerannya nggak terlalu gila dibanding tanjidor. Oke, Yok. Gue setuju! Kita intai si Dion. Siapa tau dia punya kelemahan yang bisa kita manfaatin.”
Darto yang mendengar dari balik meja hanya bisa menggelengkan kepala. “Serius lo, Gar? Sekarang mau jadi detektif?”
Tapi Gara sudah terlanjur semangat. “Ini cara yang cerdas, Dart! Kalo gue bisa tau langkah Dion, gue bisa selangkah lebih maju dari dia.”
Yoyok tersenyum lebar dan menepuk pundak Gara dengan antusias. “Nah, gitu dong! Nanti kita atur strateginya, pantengin terus Dion, dan siap-siap buat serangan balik!”
Gara menatap Yoyok penuh percaya diri, akhirnya merasa ada jalan keluar. “Oke, Yok. Let’s do this!”
***
Keesokan harinya, Gara mulai melancarkan aksi "ugal-ugalan terencana" untuk menyingkirkan Dion. Bersama Yoyok, mereka merancang serangkaian rencana absurd yang tujuannya adalah membuat Dion terlihat buruk di depan Anya, tentu saja, tanpa sepengetahuan Anya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued