Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
"Fotonya cuma ini aja?" Pertanyaan itu berasal dari seorang wanita yang kini tengah duduk sembari membiarkan seorang wanita lainnya bekerja merias wajahnya.
"Iya Mba, cuma ini yang jelas. Selebihnya blur semua, makanya cuma ini aja yang saya cetak." Helaan napas yang cukup keras kembali terdengar dari wanita berparas cantik itu.
"Cuma foto aja yang kamu dapat? Apa nggak ada informasi lain?" Terkadang ia cukup kesal dengan asisten keduanya ini karena gadis itu kerap kali tidak totalitas dalam melakukan pekerjaannya.
"Kalo itu saya ju—"
"Ada Mba, tapi mungkin ini informasi yang bakalan bikin Mba Tika kesal." Belum sempat gadis tadi melengkapi kalimatnya, seorang gadis lainnya datang sembari membawa dua kantung plastik ditangannya. Entah apa yang ia bawa dari luar sana.
"Apa?" Kartika, wanita yang kini tengah mematut wajahnya di depan cermin mulai penasaran dengan informasi yang Ririn maksudkan.
"Menurut informasi yang aku dapat dari orang kepercayaan kita di Indonesia sana, sekarang ini Pak Tristan lagi dekat sama perempuan lain." Napas Kartika berhenti selama beberapa detik ketika mendapatkan laporan dari Ririn.
Benar kan yang Ririn duga sebelumnya, Kartika pasti tidak akan menyukai informasi yang barusan saja ia dapatkan. Buktinya terlihat begitu jelas, lihat saja sekarang ini Kartika sedang mengetatkan rahangnya.
"Mereka pacaran?" Sebisa mungkin Kartika menahan nada bicaranya agar ia tidak terdengar marah atau kesal karena ia tidak ingin malu nantinya.
"Sepertinya tidak, atau mungkin belum? Tapi yang jelas mereka cukup sering bertemu, dan juga Joyie kelihatannya suka sama perempuan itu." Kalau tadi Kartika masih bisa menahan dirinya dengan sangat baik, maka kali ini ia gagal melakukannya.
Apalagi setelah mendengar Ririn mengucapkan nama seseorang yang sangat ia rindukan selama ini. Nama dari seorang gadis kecil yang merupakan sebagian dari dirinya.
"Masih adalagi?" Kepala Ririn lantas menggeleng dengan sangat pelan karena memang hanya itu informasi yang berhasil ia dapatkan beberapa hari ke belakang ini.
Tidak ada suara apapun yang keluar dari mulut Kartika setelahnya, dan itu seolah menjadi alarm bagi Ririn untuk segera pergi dari sana.
Kurang dari tiga puluh menit lagi Kartika harus melakukan pemotretan, tapi sialnya informasi yang tadi itu berhasil membuat suasana hatinya hancur lebur.
Dan lebih sialnya lagi adalah, Kartika tidak bisa melakukan kesalahan sedikit pun. Jika hal itu sampai terjadi, maka pihak dari agensinya harus membayar pinalti.
"Make upnya sudah selesai, tolong panggilkan penata busananya." Perintah itu diberikan langsung oleh sang penata rias yang kini tengah memberi penilaian pada hasil kerjanya sendiri.
"Baik, akan saya panggilkan." Bukan Ririn yang menyahut, melainkan Indri yang tidak lain adalah asisten keduanya Kartika.
"Makan buah dulu, Mba. Tadi pagi kan Mba cuma makan sedikit." Tak ada tanggapan yang Kartika berikan, nampaknya wanita itu masih berusaha mencerna semua informasi yang berhasil ia dapatkan tadi.
Ririn kira diamnya Kartika itu bermaksud meminta dirinya untuk menyuapkan potongan buah yang nampak segar, sehingga Ririn pun segera mengambil satu potong semangka dan mengarahkannya ke depan mulut Kartika.
"Aku bisa makan sendiri." Penolakan tentu saja Ririn terima dari sang atasan yang terlihat sangat jengkel saat ini.
Kalau sudah seperti ini, lebih baik Ririn juga memberitahukan pada Indri agar nantinya bersikap lebih hati-hati lagi. Kalau tidak bisa-bisa mereka kena semprot.
"Permisi." Begitu suara lainnya terdengar, Ririn segera menepi dan mengemasi kotak buah yang tadi sempat ia buka. Jangan sampai benda itu menghalangi orang lain nantinya.
"Mari ikut dengan saya." Sebelum akhirnya benar-benar bangkit dan mengikuti kemana si penata busana pergi, Kartika sempat membuang napasnya dengan kasar sebanyak dua kali.
"Mba Rin, itu Mba Tika moodnya lagi jelek ya?" Kepala Ririn hanya mengangguk dengan pelan, namun kedua netranya tak lepas sama sekali dari sosok Kartika yang mulai menjauh.
"Iya, jadi nanti kamu tolong lebih hati-hati lagi ya. Tau sendiri kan gimana kalau Mba Tika lagi marah." Wah jangan tanya lagi, waktu itu saja Indri sempat tidak berani untuk masuk kerja setelah dimarahi habis-habisan oleh Kartika.
"Karena informasi yang Mba kasih tadi bukan sih?" Memang iya karena yang itu, ya meskipun Ririn belum mengkonfirmasinya sendiri pada Kartika.
Namun gadis yang sudah bekerja sebagai asistennya Kartika selama nyaris satu dekade itu tentu saja mudah sekali mengetahui segala hal yang menyangkut Kartika.
"Udah sana kamu makan dulu, selagi Mba Tika ganti pakaian." Lebih baik Ririn mengalihkan pembicaraan kali ini dan meminta rekannya ini untuk menyantap makan siangnya saja.
Sementara itu Kartika yang sedang berada di dalam bilik khusus itu memang sedang mencoba pakaian yang akan ia gunakan untuk pemotretan hari ini, tidak ada yang wanita itu lakukan selain diam dan pasrah.
Lebih tepatnya karena pikirannya masih saja tertuju pada Tristan dan juga Joyie yang berasa sangat jauh dari dirinya saat ini.
Tidak, saat ini Kartika sedang tidak berada di Indonesia. Ia sedang berada di Korea Selatan karena ada salah satu brand skincare yang mengajukan kerjasama dengannya.
Sejatinya Kartika adalah seorang model sejak usianya masih sangat belia dulu, sampai saat ini pun ia masih menggeluti pekerjaan yang berhasil membuat dirinya mendapatkan jutaan pengikut di laman instagramnya.
"Sempurna! Padahal gaunnya sederhana sekali, tetapi karena kamu yang pakai jadi sangat cantik." Untungnya Kartika bisa kembali memanggil kesadarannya, sehingga ia bisa memberikan tanggapan berupa senyuman pada pujian yang telah diterimanya.
"Kalau begitu mari kita langsung ke setnya saja." Masih sama seperti yang sebelumnya, Kartika kembali mengekori kemana perginya si penata busana.
"Rin." Tetapi sebelum benar-benar keluar dari area yang memang sengaja dipersiapkan untuk dirinya, Kartika memanggil Ririn dan segera meminta gadis itu agar mendekat.
"Ini jadwal terakhir aku, kan? Setelah ini aku bisa libur, kan?" Ririn yang datang bersama dengan segelas kopi dingin itu hanya mengangguk untuk memberikan informasi.
"Kalo gitu langsung pesan tiket untuk pulang." Ririn memang tak bertanya sama sekali, namun wajahnya terlihat sangat kebingungan.
Pasalnya Kartika memiliki kebiasaan akan menetap di negara itu selama dua hari sebelum akhirnya kembali untuk liburan yang lebih panjang lagi. Namun anehnya kali ini berbeda.
"Pulang? Nggak mau jalan-jalan keliling Seoul dulu, Mba?" Tanpa berpikir panjang, Kartika langsung menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan.
"Kita pulang ke Indonesia." Ririn sangat tidak menyangka kalau apa yang Kartika ucapkan selanjutnya malah lebih mengejutkan lagi.
Pulang ke Indonesia? Untuk apa mereka kembali ke negara yang sudah tak ingin lagi Kartika tinggali? Apa yang membuat atasannya itu sampai ingin kembali ke sana?
"Mba serius? Tapi bukannya Mba u—"
"Kartika, ayo masuk ke set sekarang. Fotografer dan sutradara sudah menunggu." Bolehkan Ririn mengumpat dengan keras sekarang ini?
Hey! Dirinya belum selesai berbicara dengan Kartika, namun atasannya sudah dibawa begitu saja oleh pihak brand. Padahal kan Ririn masih butuh penjelasan yang lebih panjang lagi!
Hanya ada satu kemungkinan yang membuat Kartika ingin kembali ke tanah kelahirannya itu, namun Ririn tidak yakin sama sekali karena ia tahu betul sebenci apa Kartika pada negara itu.
"Masa iya sih? Tapi nggak mungkin ah." Lihat lah, Ririn saja sampai kebingungan sendiri menentukan jawaban mana yang benar.
"Tapi bisa jadi juga nggak sih Mba Tika balik ke Indo karena kangen sama itu orang?" Ah sudahlah, nanti akan Ririn tanyakan alasan yang lebih pasti.
Sudah cukup berpikirnya, Ririn tidak mau membuat kepalanya jadi lebih pusing setelah ini.
semangat berkarya kak🥰
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih