kisah tentang kehidupan Kanaya yang terpaksa menjadi single mom ketika masih belia. Dia menjadi korban ambisi karyawan ibunya yang ingin menjebak ayah tirinya.
Kanaya terpaksa hidup terpisah dari orang tuanya, untuk menyembunyikan ketiga anak kembarnya. Ia berhasil hingga akhirnya menjadi istri seorang pengusaha sukses dan kaya raya.
Cobaan seakan tiada henti menerpanya, ketika ia sudah bahagia, hantaman terberat dalam hidupnya adalah ketika ia harus kehilangan salah satu putra tercintanya.
Bagaiamanakah Kanaya menjalani hidupnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arnesh Yadha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejadian Yang Tak Diharapkan
Tiga bulan sudah pernikahan Tantri dan kenzio. Ternyata kenzio benar-benar membuktikan ucapannya. Dia melimpahkan kasih sayangnya terhadap keluarga barunya. Diapun memperlakukan Kay seperti anaknya sendiri.
" Pagi semua... Wah sarapannya tumben lengkap banget... Ada acara apa nih ma? "
" Pagi sayang... Oh ini selebrasi aja karena nanti malam kan acara hari aniversary perusahaan papa nak.. "
" Oh iya.. Kay lupa ma, mungkin karena banyak tugas disekolah kali ya.. Hehehe.. "
" Nanti appa yang anter Kay ya, sekalian mau anterin uang donasi buat sekolah kamu.. "
" Yes appa, tapi bisa ga appa pake topeng aja? "
" Lha emang kenapa?! " Tanya zio sambil mengernyit heran
" Kadar gantengnya appa itu lho bisa bikin cewek seisi sekolah klepek-klepek... Hahahahha... "
" Hust.. Ngaco kamu Kay, udah mas jangan diladenin, pagi-pagi udah nglantur aja nih anak" Ucapnya sambil tersenyum. Tantri sangat senang karena suasana hangat di rumahnya telah kembali. Zio telah mengembalikan keceriaan putrinya yang lama telah hilang. Kay lebih cenderung jadi pendiam setelah kepergian papanya. Sekarang meskipun ketika disekolah dia tak secerewet dirumah, setidaknya setiap pagi ada saja candaan yang terlontar dari Kay dan appanya. Nampaknya mereka memang sefrekuensi sih, keduanya sama-sama absurd ketika dirumah dan tegas ketika diluar rumah.
Kay berangkat bersama appa nya, sedangkan Tantri diantar pak tomo ke kantornya.
" Marsya... Tolong kamu kumpulkan semua karyawan di aula ya, ada yang ingin saya sampaikan!!"
" Baik bu, sekarang saya akan ke bagian informasi, saya permisi undur diri dulu ! "
Marsya memang masih menjadi sekretaris disana karena wulan diangkat menjadi direktur di cabang yang ada di Bandung. Awalnya wulan menolak karena merasa kurang pantas, namun setelah Tantri menjelaskan kualifikasinya terutama setelah suami wulan membuka klinik dan memboyong keluarganya kesana, maka Tantri memutuskan agar wulan yang memimpin anak cabang yang ada di Bandung , agar dia tidak bolak-balik Jakarta Bandung setiap hari.
Semua karyawan telah berkumpul di Aula. Dan Tantri mengumumkan bahwa nanti malam akan digelar pesta meriah menyambut aniversary ke 20 perusahaan induk Bimantara group. Sorak sorai membahana memenuhi aula, semua bersuka cita karena memang setiap 10 tahun maka akan digelar pesta meriah di hotel bintang lima yang ada di ibukota. Biasanya juga akan diumumkan kenaikan jabatan bagi karyawan berprestasi dan perolingan ke anak cabang perusahaan yang ada di daerah lain seperti Sumatra, kalimantan,bali, surabaya,bandung bahkan Jerman. Banyak yang berharap mendapat giliran bekerja di cabang yang ada di Jerman. Hari ini tidak ada lembur dan para karyawan hanya bekerja hingga jam makan siang dan akan bertemu lagi nanti malam di acara pesta.
Setelah para karyawan dibubarkan dari aula, mereka bergegas kembali ke pekerjaan masing-masing sambil menunggu waktu pulang tiba. Tantri pun kembali keruangannya didampingi oleh Marsya. Mereka berpisah didepan ruangan Tantri. Marsya memasuki ruangannya dia duduk dikursinya sambil tersenyum-senyum sendiri. Beragam rencana licik telah berkembang diotaknya. Dari awal kedatangan zio, dia memang terobsesi dengan pria itu, sayangnya zio tak pernah meliriknya, bahkan ketika menggantikan posisi Tantri sementara ketika dia mengalami keguguran dulu pun, zio tak pernah membawanya ketika meeting di luar.
Sementara itu diruangan Tantri ,zio telah menunggunya tak ada pekerjaan untuk hari ini, karena semua pekerjaannya telah ia selesaikan dirumah, hanya beberapa berkas yang butuh ditandatangani oleh Tantri, yang masih menunggu di meja kerja istrinya. Melihat suaminya Tantri pun menghampirinya. Mereka memang akan bermesraan ketika hanya berdua baik dikantor maupun dirumah. Mereka tak mau mengumbar kemesraan di hadapan publik, meskipun telah resmi menjadi suami istri. Apalagi di kantor, mereka tetap menjadi atasan dan asisten jika di hadapan karyawan bahkan zio tetap memanggilnya bu jika bersama para karyawan.
" Bagaimana sayang, kita pulang sekarang atau nanti saja sekalian ke butik? "
" Emmm.. Kita jemput Kay dulu gimana, kita ajak dia makan siang dulu mas,? "
" Coba kamu kirim pesan ke dia, siapa tau ada kegiatan ekstra hari ini.. "
" Baiklah... "
[ Kay...nanti pulang sekolah kami jemput ya,kita makan siang bareng ]
[ agak sorean aja ma, Kay ada kegiatan chers nanti ]
Tantri menunjukkan chat nya dengan sang putri kepada suaminya. Lalu memutuskan untuk ke butik saja dulu membeli beberapa baju untuk dirinya, putrinya , suami serta pak tomo. Rencananya nanti malam mereka akan dibawa serta juga. Keduanya pun keluar dari ruangan dan berjalan beriringan. Marsya mengepalkan tangannya kala tak sengaja melihat kedua orang itu masuk kedalam lift, ketika dia keluar dari toilet.
" Lihat nanti malam kau pasti akan jadi milikku zio.. " Gumamnya sambil tersenyum smirk
*
*
*
Malam pun tiba, Tantri sudah siap dengan gaun muslimnya yang elegan, begitupun suaminya telah memakai setelan tuxedo berwarna hitam senada dengan gaun istrinya. Kay mencegat mereka di depan pintu kamarnya.
" Maaf ma.. Kay ga bisa ikut malam ini, soalnya ada tugas yang mau Kay kerjakan..."
" Wah sayang sekali , padahal appa ingin memperkenalkan kamu dengan putra rekan bisnis kami... "
Mata Kanaya membola mendengar ucapan appanya
" Enggak sayang appamu hanya bercanda.. Gapapa kalo kamu ga bisa ikut nanti biar kamu dirumah sama mbok yem , jangan tidur terlalu larut " Ucap Tantri kemudian mengecup kedua pipi putrinya dan berpamitan berangkat, sementara zio masih sempat menggoda putrinya, karena dulu pernah bilang ga mau pacaran mau ta'arufan aja terus langsung nikah.
" Iiihhh.... Appa.... " Teriakan Kay ketika zio membisikkan sesuatu ditelinganya dan kemudian melenggang meninggalkan nya menyusul sang istri.
Sampai didepan ternyata pak tomo yang menghadang langkah mereka, dia mohon ijin tidak ikut karena mau menginap dirumah anaknya malam ini. Anaknya baru saja melahirkan dan istrinya tengah ada disana makanya dia mau menyusulnya dan juga memohon ijin meminjam mobil majikannya.
" Yaudah bapak bawa aja mobil yang hitam, dan ga usah buru-buru balik kemari ya, nikmati waktu bapak bersama cucu, bapak boleh balik kapanpun bapak mau, seminggu juga gapapa pak" Ucap Tantri sembari tersenyum
" Oh iya Pak ini sedikit buat cucunya ya, maaf ga bisa nitipin oleh-oleh karena bapak baru bilang sekarang " Ucap zio sedikit menyesal sambil menyerahkan beberapa lembar uang kepada pak tomo
" MasyaAllah.... Den terimakasih banyak lho ya, ini lebih dari cukup den. Kalo begitu bapak pamit ya bu, aden... Semoga pestanya lancar dan menyenangkan, "
Mereka pun menuju mobil masing-masing dan meninggalkan kediaman Tantri.
*
*
Tiba di hotel semua tamu undangan sudah berkumpul di salah satu ballroom yang telah disewa sebelumnya. Semua karyawan berbaur baik itu para petinggi perusahaan maupun kolega bisnis. Semua menikmati acara pesta kali ini. Semua mendapat bagian yang sama tak ada yang diistimewakan.
Marsya pun mulai menjalankan aksinya, dia memasukkan sesuatu kedalam minuman yang hendak disuguhkan kepada zio. Dia sengaja membawakan minuman manis kepada zio dan Tantri yang nampak tengah mengobrol dengan beberapa orang manager perusahaan. Dia menyerah kan satu gelas kepada zio lalu kepada yang lainnya, diapun ikut bergabung dan menikmati minumannya. Seringaian kembali tercetak dibibirnya kala melihat zio menyesap minuman ditangannya sambil meneruskan obrolan tentang rencana kedepannya. Marsya keluar dari ruangan itu dan menemui resepsionis guna memesan sebuah kamar untuk malam ini.
Beberapa menit setelah minuman ditangannya habis, zio pun merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Dia menghampiri sang istri dan pamit pulang duluan.
" Ma.. Kepalaku agak pusing aku mau pulang duluan gapapa kan? "
" Oh... Apa tidak istirahat aja disini pesan satu kamar gitu? "
" Engga.. Aku.. Mau pulang aja. "
" Perlu diantar..? "
" Enggak InsyaAllah aku masih sanggup kok pulang sendiri, kamu lanjutin aja pestanya, nanti semisal kemalaman nginap disini aja gapapa "
" Ya udah kalo gitu hati-hati ya mas, mungkin aku nginep disini aja nanti, kan pak tomo lagi ga ada dirumah jadi ga ada yang jemput aku juga kan. "
Zio mengangguk lalu berlalu keluar dari ruangan itu. Rasa aneh ditubuhnya semakin terasa , diapun bergegas meninggalkan ballroom itu . Ketika di lobby dia berpapasan dengan Rio,manager bagian keuangan sekaligus teman kuliahnya dulu.
" Lho zi mau lo mau kemana? "
" Gue kurang enak badan ,mau pulang.. Em.. Nikmatin aja pestanya, gue duluan ya.. "
Tiba di parkiran, dia segera masuk kedalam mobilnya dan meneguk air mineral yang selalu tersedia disana. Rasa panas ditubuhnya membuatnya haus dan meneguk hampir dua botol air. Segera dia melajukan mobilnya. Semakin lama tubuhnya terasa semakin panas dan sesuatu dibawah sana tiba-tiba terasa sesak dan menegang. Zio berusaha mempertahankan kewarasannya meskipun kabut nafsu mulai menguasai pikirannya.
" Astaghfirullah... Siapa yang melakukan ini!!, ough sial!!!! " Umpatnya sambil menambah laju mobilnya, dia berperang dengan nafsunya sendiri. Tak mungkinkan, kalo dia menuntaskan hasratnya sendiri didalam mobil, seenggaknya nanti walaupun main solo itu dia lakukan dirumah.
Tiba dirumah dia masih berusaha melawan hawa nafsunya dengan mendesis berulang kali. Keluar dari mobil dia mengguyur kepalanya dengan beberapa botol air mineral berharap hasratnya sedikit mereda. Tapi ternyata usahanya tak membuahkan hasil justru rasanya makin menjadi-jadi. Di matanya kali ini hanya ada istrinya yang tengah menantinya diatas ranjang dengan gaun haram, padahal tidak pernah sekalipun Tantri akan berpakaian seperti itu, mungkin alam bawah sadar zio sendirilah yang mengharapkan Tantri memakai gaun semacam itu. Berjalan terhuyung dia membuka pintu rumahnya sambil berulang kali mengumpat. Dia sudah seperti cacing kepanasan bahkan pakaiannya pun sudah berantakan.
Setelah mengunci pintu dia berjalan menuju kekamarnya sambil membuka tuxedo nya dan mengendurkan kemejanya. Dia sudah tak mampu membedakan mana kamarnya dan mana kamar putrinya. Kebetulan kamar Kay tidak terkunci, mungkin tadi dia terlalu lelah sehingga dia lupa menguncinya dan langsung tidur. Jam menunjukkan pukul 23.05,wajarlah kalau gadis itu telah terlelap dalam tidurnya.
Zio masuk ke kamar Kay dan langsung menguncinya, dalam pikirannya yang telah dikendalikan oleh nafsunya itu adalah kamarnya. Kay memang terbiasa tidur dengan lampu yang dimatikan secara total sehingga hanya sorot lampu teraslah yang menerangi ruangan itu. Zio sudah tak tahan lagi, diapun segera melucuti pakaian nya dan membebaskan area selatannya yang sudah menegang sempurna mencari sarangnya. Sambil mengocok batang nya zio menghampiri tempat tidur Kay, bagi zio yang sedang terbaring dibawah selimut itu adalah istrinya. Sungguh hasratnya telah menghilangkan kewarasannya. Dia masuk kedalam selimut dan langsung menerkam wanita dihadapannya dari belakang, dia menenggelamkan wajah nya diceruk leher wanita yang tertidur pulas itu. Dia menyesap aroma wangi tubuh dihadapannya lalu memberikan jilatan pada leher nya. Lenguhan terdengar ditelinganya diapun semakin bersemangat saat itu pula Kay terbangun dari mimpinya. Dia kaget merasakan sapuan lidah hangat ditelinganya dan pelukan erat tangan kekar ditubuhnya, dia bertambah kaget ketka merasakan sesuatu yang keras yang tengah menggesek bagian bokongnya.
" Hah... A.. Appa... Iishhh... Apa yang appa lakukan? " Dia berbalik dan berusaha mendorong tubuh appa nya. Tenaganya kalah karena tenaga pria itu sangat kuat ditambah nafsu birahi yang telah menutup matanya dan menghilangkan akal sehatnya. Posisi mereka yang berhadapan justru dimanfaatkan zio dengan langsung menyambar bibir mungil putrinya. Kay berusaha memberontak namun aksinya sia-sia, dia kalah.
Tapi Kay tak mau menyerah dia terus berusaha memberontak bahkan menendang-nendangkan kakinya dibawah. Zio yang sudah dibutakan hasratnya itupun memegang kedua tangan Kay dan menindih kedua kakinya. Kay menjerit dan menangis histeris namun zio tidak peduli, dia tetap mencumbui tubuh Kay bahkan kini kedua tangan dan kakinya telah diikat menggunakan sobekan baju yang tadi dikenakan oleh kay.
Kini Kay hanya bisa pasrah dia tak tau kenapa orang yang selama ini melindunginya malah malam ini dia yang merenggut segalanya. Kay menjerit dan menangis dibawah kungkungan pria yang telah menjadi budak nafsu itu. Desahan zio beradu dengan tangisan pilu Kanaya.
Obat yang dicampurkan Marsya memang dosisnya sangat tinggi sehingga zio pun yang sudah terpengaruh obat itu tak kuasa lagi mengendalikan dirinya, dia merancau seolah sedang menggauli istrinya. Bahkan saking dahsyatnya pengaruh obat itu hingga sudah berapa kali dia menumpahkan lahar panasnya dalam rahim wanita dibawah lingkungannya itu. Peluh bercampur air mata membasahi wajah sembab Kanaya. Tubuhnya terasa lemas dan remuk akibat kebuasan nafsu ayah tirinya. Zio sudah sedari tadi melepaskan tali yang mengikat tangan dan kaki Kanaya, namun Kay tidak kuat melakukan pergerakan apapun.
Dalam mata zio hanya Tantri yang ada didepannya. Setelah merasa puas dia malah mengecup dahi Kay dan berbisik ditelinganya.
" Kau nampak lelah sayang.. Tidurlah Tantri, istirahatlah.. "
Kemudian dia membenarkan posisi nya dan memeluk erat tubuh Kay lalu menyelimuti tubuh naked mereka kemudian terlelap.
Kay masih terisak, sekujur tubuhnya terasa sakit dan remuk, rasa lelah akhirnya membawanya ke alam mimpi bersama mimpi buruk yang nyata dialaminya.