Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tangisan
Hwa, hwa, hwa
" Papi itu Aquira" kata nyonya Atika, menghentikan makanannya menuju ke kamar cucunya.
Aquira terbangun dari tidurnya karena ada yang mengusik ketenangannya yaitu sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya.
" Aduh cucu oma sudah bangun ya sayang" kata nyonya Atika, menggendong cucunya dan membawanya ke bawah.
Setelah tiba di bawah tapi tangisannya tak mau berhenti membuat nyonya Atika khawatir.
" Papi ada apa dengan cucu kita tak mau diam" kata mami Atika. tuan Ammar juga khawatir hingga dia memeriksa cucunya tapi tidak demam.
Dyah sudah kembali ke rumah setelah mengantar adiknya ke sekolah dia langsung kembali, karena tidak mau nyonya marah padanya.
Aquira terus menangis membuat seisi rumah khawatir.
" Assalamualaikum " kata Dyah. " Walaikum salam" jawab mereka, masih berusaha menenangkan Aquira.
Aquira yang melihat Dyah datang dan tersenyum padanya tangisannya berhenti seketika dan dia menjulurkan tangannya ke Dyah.
Nyonya dan tuan besar merasa lega tangisan cucunya sudah berhenti dan memberikannya pada Dyah.
" Nona cantik tidak boleh menangis nanti cantiknya hilang" bujuk Dyah sambil tersenyum dan menatapnya dengan kelembutan membuat tangisan Aquira berhenti dan memeluk lehernya.
" Sepertinya Aquira menyukaimu Dyah. Dyah uruslah Ira dulu nanti temui saya di perpustakaan " kata Nyonya Atika.
Dyah hanya menanggukan kepalanya nyonya Atika kembali ke kamar sedangkan tuan Ammar sudah kembali ke perusahaan, karena dia sudah telat ke kantor.
" Sekarang nona duduk di sini dulu ya kakak Dyah menemui oma disana" kata Dyah, meletakan mainan Aquira yang sudah ada disana di dekatnya.
Ketika Dyah akan pergi bajunya di tarik oleh Aquira, Dyah tersenyum melihat Aquira menggelengkan kepalanya.
" Ada apa nona? " Dyah kembali duduk di samping Aquira. Aquira menunjuk bonekanya, Dyah tersenyum.
" Apa nona ingin kita bermain bersama?" Dyah. Aquira menanggukan kepalanya. Dyah bingung karena nyonya Atika menunggunya.
" Bibi bisa minta tolong jaga nona sebentar, nyonya ingin bertemu Dyah sebentar" kata Dyah, dengan sopan.
" Baiklah Dyah silahkan menemui nyonya, jangan biarkan nyonya menunggu lama soal nona kecilbiar bibi urus" kata Bibi Ina, kebetulan lewat.
Kemudian meminta Aquira menunggunya disini kemudian menemui nyonya Atika di perpustakaan.
Ada perasaan takut yang di rasa oleh Dyah saat nyonya Atika memangggilnya ke perpustakaan, apa dia melakukan kesalahan takut dipecat karena inilah satunya pekerjaannya.
Gaji yang diterimanya cukup besar hingga dia tak perlu mencemaskan biaya sekolah Fathan, walau dia memiliki simpanan dan kiriman uang sewa rumah orangtuanya di kirim oleh bu rt di tempat lamanya.
" Bismillah" kata Dyah menarik nafasnya kemudian mengetuk pintu.
tok, tok, tok.
" Masuk" kata nyonya Atika. Dyah membukakan pintu terlihatlah nyonya Atika membaca majalah. " Nyonya" kata Dyah.
Nyonya Tika tersenyum melepaskan kaca matanya dan menutup majalahnya.
" Silahkan duduk Dyah, aku ada yang ingin dibicarakan denganmu" kata nyonya Atika. Dyah segera duduk di samping nyonya Atika.
" Dyah saya ingin tahu adikmu sekolah dimana? " nyonya Atika. Meski bingung dengan pertanyaannya Dyah menjawabnya.
" Adik saya sekolah di SD Budi Utama nya" kata Dyah. Nyonya Atika menanggukan kepalanya.
" Sekolahnya cukup jauh juga dari sini, Dyah gimana adikmu sekolah milik keluarga saya" kata nyonya Atika.
" Maksud nyonya saya tidak mengerti" kata Dyah. " Jika kamu mengantarkannya setiap hari ke sekolah itu akan membutuhkan waktu kurang lebih sejam dan saya tak ingin kejadian tadi teulang karena cucu saya sudah dekat denganmu" kata nyonya Atika.
Dyah menanggukan kepalanya. " Kamu tenang saja Dyah sekolahnya memiliki kendaraan untuk mengantar dan menjemput para siswa dari rumah, hingga kamu tidak kesulitan pada pagi harinya" kata nyonya Atika.
Melihat Dyah diam nyonya Atika melanjutkannya. " Soal biayanya kamu tenang saja di sana menyediakan beasiswa, dan kamu persiapkan saja surat yang dibutuhkan nanti saya bantu untuk mengurusnya" kata nyonya Atika.
Dyah mengucapkan terimakasih atas bantuan dari nyonya Atika karena yang dikatakannya benar.