Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Hari-hari pun berlalu, kini tiba saatnya penarikan KKN. "Ya! Sudah waktunya pulang nih." gumam Ocha lesu.
"Orang bahagia mau ketemu keluarga, dia malah sedih. Udah nikah saja sama orang disini supaya menetap disini Cha." jawab Hasna serius.
"Cha, aku naik pesawat ya! Aku harus segera tiba duluan disana." imbuhnya. Dia menyiapkan barang-barangnya. Dia ingin segera bertemu ayahnya yang katanya sedang liburan di kota P.
"Oh ya udah gak apa-apa, kami akan naik bus lagi." ucap Ocha tidak masalah. Toh masih banyak teman-teman lain dalam bus.
Usai perpisahan, Hasna bersiap mengepak pakaiannya ke dalam tas koper. Begitu juga dengan teman-teman posko lainnya. Kini saatnya Hasna pulang duluan ke bandara karena naik pesawat.
"Ruddin, bisa minta tolong antar aku ke bandara." Pagi hari Hasna sudah sibuk mau berangkat. Sedangkan yang lain masih sibuk saling bercerita sebelum pulang.
"Ini masih pukul 07.00 Hasna, pesawat kamu jam berapa?" Tanyanya heran. Yang naik bus rencana pulang siang jam 11.00.
"Jam sembilan berangkat, tapi aku harus segera berangkat. Nanti kamu juga harus berangkat kan?" Tanya Hasna pada Ruddin.
"Kamu jadi naik pesawat? Aku kira hanya bercanda. Padahal seru loh kalau sama-sama naik mobil bus." Jawab Ruddin sendu.
"Hhmm, aku harus segera sampai karena ada ayahku di kota P. Aku rindu dengan keluargaku." Jawabnya jujur.
"Tunggu, aku ambil kunci motor dan juga pakai topi." Ujar Ruddin, Hasna sudah pamit dengan teman-teman yang lain.
Ocha keluar dari kamar menghampiri Hasna yang menunggu di teras. "Siapa yang mengantarmu ke bandara?" Tanya Ocha duduk disamping Hasna.
"Udin, dia masih di dalam kamar. Maaf ya, aku duluan." Ujar Hasna menatap Ocha yang melihat pemandangan di luar sana.
"Aku sih gak apa-apa! Kamu hati-hati yaa!!!" Ujar Ocha. "Sebelumnya sudah pernah naik pesawat ya?" Tanyanya penuh selidik.
Hasna tersenyum menatap sahabatnya. "Belum sih. He-he." Jawabnya jujur. "Nanti bisa bertanya kalau sesat di jalan." Imbuhnya.
"Ayo." Muncul Udin, dia mengajak Hasna berangkat ke bandara. Hasna bangkit dari duduknya begitu juga dengan Ocha.
"Hati-hati Hasna." Ujar Ocha, teman posko lainnya keluar kamar melihat kepergian Hasna. Mereka saling melambaikan tangan tanda perpisahan.
"Ayo naik." Ucap Udin. Hasna naik di atas motor, dibonceng oleh Udin. Tidak cukup satu jam perjalanan mereka telah tiba di bandara.
"Kamu hati-hati ya, kalau sudah di kota P kabari aku." Ucap Udin. Hasna hanya tersenyum sambil mengangguk tanpa berniat menjawab.
Lambaian tangan Udin masih terlihat, Hasna melangkah masuk hingga melakukan chek in. Tidak lama kemudian pesawat berangkat, Udin kembali ke Posko desa B.
Usai chek in Hasna ditegur oleh Zain, teman kuliah Hana sang kakak. "Kamu mirip Hana, apa kamu adiknya Hana?" tanya Zain hati-hati. Hasna mengangguk pelan, ragu-ragu dia menjawab karena tidak begitu mengenal Zain.
"Iya kak. Maaf, kakak siapa?" tanya Hasna kembali, sepertinya dia tidak begitu kenal dengan Pria yang ada dihadapannya. "Teman kak Hana Putri Ahmad atau Hana lain?" tanyanya dalam hati.
"Kenal kan de, aku Zain. Teman kakak kamu Hana, saat S2 di Institusi di kota P." ucap Zain sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Hasna.
"Iya kak. Aku Hasna, adik dari kakak Hana Putri Ahmad." ucap Hasna ramah menerima uluran tangan Zain. Sampai dalam pesawat pun ternyata mereka duduk bersisian.
"Dari mana de?" tanya Zain penasaran sambil memasang sabuk pengamannya. Hasna juga sibuk dengan sabuk pengamannya.
"Dari KKN kak di kota MU." jawab Hasna singkat. Dia tidak mudah akrab sama laki-laki bahkan tidak pernah pacaran.
"Kamu tidak tinggal bersama Hana ya?" tanyanya lagi sambil menyandarkan kepalanya di kursi. "Di bagian mana di kota MU de?" imbuhnya.
"Di desa B kak. Iya saya kos kak sama teman sekelas." jawabnya singkat. Usai berbincang, Hasna memejamkan matanya untuk istirahat. Zain menatap Hasna dalam, entah apa yang dalam pikiran pria itu.
Sekitar empat puluh lima menit akhirnya pesawat mendarat di bandara kota P. Hasna dan Zain, mereka turun beriringan, tapi Hasna cuek saja. Zain hanya menatap heran pada adik temannya.
"Itu kak Hana sudah jemput." batin Hasna. Dia mendekat pada Hana yang melambaikan tangan bersama iparnya ~ kak Hasyim.
"Gimana KKN nya disana? Seru!" tanya Hana menyambut sang adik. Hasna mengangguk dengan semangat.
"Pulang dulu, nanti cerita di rumah saja. Ayah dan adik menunggu di rumah." potong Hasyim, suami Hana. Mereka menuju parkiran, lalu masuk ke dalam mobil. Dengan kecepatan sedang, mereka sampai di rumah dengan waktu tiga puluh menit.
"Kakak." panggil Husna semangat. Hasna dan Husna dekat, karena memang jarak usianya pun dekat. Hasna memeluk Husna baru menuju ke ayah Ahmad.
"Kamu sehat de? Ayah gimana?" cecarnya lalu duduk santai. Mereka berada di ruang tamu, waktu menunjukkan siang hari pukul 10.40 menit.
"Aku sehat kak." jawab Husna bersamaan dengan ayah Ahmad menjawab.
"Sehat Alhamdulillah." jawab Ayah Ahmad. Mereka berbincang tentang kegiatan Hasna di KKN. Keseruan bersama teman posko, kegiatan sehari-hari, dan perpisahan.
"Seru ya kak! Aku juga pengen." jawab Husna antusias. Dia sekarang kelas sepuluh (X) Madrasah Aliyah di kota P.
"Kamu jadi sekolah disini de sama kak Hana?" tanya Hasna. Husna mengangguk semangat, dia sangat antusias ketika diajak tinggal di kota.
"Jadi ayah gimana? Sendiri di rumah?" tanya Hasna mendadak khawatir dengan sang ayah. Ayah tersenyum bahagia, anaknya masih memikirkan keadaannya.
"Ayah gak apa-apa." jawabnya dengan tersenyum menenangkan. "Sana makanlah lalu istirahat." ucap ayah mengalihkan pembicaraan.
Hasna pun masuk ke dalam kamar Husna yang ada di rumah Hana. Dia merasa heran dengan sang kakak, kenapa membiarkan ayah di kampung sendiri? Pikirnya.
"Ayo makan siang dulu." ajak Hana usai menyiapkan makan siang buat keluarganya. Semua makan dengan nikmat, mensyukuri nikmat Tuhan.
Usai makan, mereka istirahat di kamar masing-masing. "Nanti sore saja kalau mau bilang ke Hasna ayah." ucap Hana, ayah jadi teringat akan hal itu sehingga tidak bisa tidur siang.
Sorenya semua sudah mandi, mereka duduk-duduk di teras rumah. "Nak, ayah ingin berbicara dengan kalian bertiga." ujar sang ayah hati-hati. Ketiga anaknya menatap ayah serius, Hana tidak akan kaget karena memang sebelumnya sudah diberi tahu.
Mereka berempat di rumah, karena Hasyim harus ke rumah orang tuanya. Mereka membutuhkan bantuan Hasyim. Suasana rumah jadi tegang, semua diam siap mendengarkan ucapan ayah Ahmad.
...----------------...
Happy reading!
Assalamu'alaikum readers! Terima kasih sudah mampir ya, jangan bosan baca karya Thor, kalau ada yang keliru silahkan dikomen, berikan likenya dan juga hadiahnya yang banyak. Jika suka, tekan tombol subscribe supaya Thor semangat berkarya ★☆★☆★
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/