kisah seorang siswi perempuan yang tidak tertarik dengan apapun akhirnya menyukai seorang lelaki yaitu kakak kelasnya,hari demi hari ia lewati tana menyapa ataupun yang lain.hanya sebatas melihat dari jauh orang yang di kaguminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myz Yzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKHIR YANG MENYEDIHKAN
Hari-hari terus berlalu, dan hubungan Nabil dengan Fresya semakin erat. Mereka saling memahami dengan cara yang tenang dan alami. Fresya adalah sosok yang mendukung Nabil dalam berbagai aspek kehidupannya. Ia tidak hanya menjadi pasangan yang setia, tetapi juga sahabat yang selalu ada untuk mendengarkan cerita-cerita Nabil, baik tentang pekerjaan, keluarga, maupun masa lalu.
Di sisi lain, Yana mulai merasakan bahwa perubahan dalam persahabatannya dengan Nabil benar-benar memengaruhinya. Meski ia mencoba tetap kuat dan menjalani kehidupannya sendiri, ada momen-momen di mana rasa sakit di hatinya tak bisa ia abaikan. Kehilangan keintiman emosional dengan Nabil membuat Yana merasa seperti ada ruang kosong dalam hidupnya—ruang yang tidak mudah diisi oleh siapa pun.
Suatu malam, saat Nabil dan Fresya tengah menikmati makan malam bersama di sebuah kafe, Yana duduk sendiri di kamar kostnya. Ia mencoba untuk sibuk dengan pekerjaannya, namun pikirannya terus melayang ke arah kenangan bersama Nabil. Ponselnya yang biasanya penuh dengan pesan dari Nabil kini hanya sesekali berbunyi, dan itu pun bukan lagi tentang percakapan hangat mereka, melainkan hal-hal formal yang terasa jauh.
Yana menghela napas panjang. Ia berusaha menerima kenyataan bahwa Nabil kini memiliki kehidupan baru bersama Fresya. Namun, di lubuk hatinya, ia merasa sangat sakit hati. Bukan karena ia iri pada Fresya, tetapi karena ia merasa telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Hubungan yang ia kira akan abadi kini terasa seperti serpihan yang tak lagi utuh.
Sementara itu, Nabil mulai merasakan kenyamanan yang semakin besar dalam hubungannya dengan Fresya. Ia merasa bahwa Fresya adalah pilihan yang tepat, meskipun di awal ia sempat ragu. Fresya adalah orang yang sabar, bijaksana, dan memiliki pandangan hidup yang sejalan dengannya. Orang tua mereka pun semakin senang melihat kedekatan mereka, dan mulai berbicara tentang masa depan yang lebih serius.
Suatu hari, ketika Nabil sedang mengunjungi rumah Fresya untuk makan malam keluarga, Yana menerima sebuah undangan dari grup alumni sekolah mereka. Undangan itu adalah untuk sebuah reuni kecil, dan Nabil termasuk salah satu yang diundang. Yana merasa bimbang—ia ingin menghadiri reuni itu untuk bertemu teman-temannya, tetapi ia juga tahu bahwa kemungkinan besar Nabil akan datang bersama Fresya. Bayangan itu membuat hatinya terasa berat.
Namun, Yana akhirnya memutuskan untuk datang. Ia merasa bahwa ini adalah salah satu cara untuk menghadapi perasaannya sendiri dan belajar menerima kenyataan. Ketika hari reuni tiba, Yana datang dengan mengenakan pakaian terbaiknya, berusaha terlihat percaya diri meskipun hatinya rapuh.
Ketika ia memasuki ruangan, matanya langsung menangkap sosok Nabil yang tengah tertawa bersama Fresya. Mereka terlihat begitu serasi, dan itu membuat Yana merasa seperti ditikam. Namun, ia memaksakan senyum dan menyapa mereka.
“Hai, Yana!” sapa Nabil dengan hangat. Ia terlihat bahagia, namun Yana dapat melihat bahwa senyum itu sekarang dibagi dengan orang lain.
“Hai, Nabil. Hai, Fresya,” jawab Yana dengan nada ramah yang hampir terdengar palsu. Ia menahan segala rasa sakit yang menyeruak di dadanya.
Malam itu terasa seperti ujian berat bagi Yana. Ia melihat bagaimana Nabil memperlakukan Fresya dengan penuh perhatian, sesuatu yang selama ini hanya ia saksikan dari sisi sahabat. Rasa sakit itu semakin dalam ketika Nabil dan Fresya mulai bercerita tentang rencana-rencana masa depan mereka, termasuk kemungkinan pernikahan. Yana hanya bisa tersenyum, meskipun di dalam dirinya ia merasa seperti runtuh.
Setelah acara selesai, Yana pulang dengan langkah berat. Sesampainya di kamar, ia menangis untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Ia menangis bukan hanya karena kehilangan Nabil sebagai sahabat, tetapi juga karena menyadari bahwa ia memiliki perasaan yang lebih dari sekadar persahabatan terhadapnya. Namun, kini semuanya terasa terlambat.
Hari-hari berikutnya, Yana mencoba bangkit kembali. Ia menyibukkan dirinya dengan pekerjaan dan kegiatan lain, berharap rasa sakit di hatinya perlahan akan memudar. Ia tahu bahwa hidup harus terus berjalan, meskipun jalan yang ia tempuh kini terasa lebih sunyi.
Sementara itu, Nabil dan Fresya semakin serius dalam hubungan mereka. Nabil merasa bahwa Fresya adalah sosok yang mampu memberinya ketenangan dan kebahagiaan. Namun, ada momen-momen di mana ia teringat pada Yana dan hubungan mereka yang dulu begitu dekat. Meskipun ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat, kenangan bersama Yana tetap memiliki tempat khusus di hatinya.
Pada akhirnya, Yana, Nabil, dan Fresya masing-masing menjalani hidup mereka dengan cara yang berbeda. Yana belajar bahwa meskipun cinta dan persahabatan bisa terasa begitu kuat, ada kalanya kita harus melepaskan untuk menemukan kedamaian dalam diri sendiri.
"ternyata dia yang ku kagumi,benar benar hanya menjadi orang yang ku kagumi bukan orang yang menemaniku"kata yana lalu pergi