Alan adalah CEO tampan dan kaya, karena trauma dia membenci wanita. Untuk mendapati penerus, dia memilih nikah kontrak dengan Azalea, dan begitu ia melahirkan, pernikahan mereka berakhir.
Patah hati karena pria dingin itu, Azalea melahirkan anak kembar dan membawa salah satu anak jauh dari Alan tanpa sepengetahuannya.
Lima tahun kemudian, kedua putra Azalea secara tidak sengaja bertemu di rumah sakit. Saat itu, satu anak dalam keadaan sehat dan satu lagi sakit parah. Azalea yang malang diam-diam menukar identitas kedua putranya agar putranya yang sakit dapat diselamatkan.
Akankah rahasia identitas itu terungkap?
Akankah ia terjerat lagi dengan Alan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelahiran si Kembar dan Berakhirnya Kerja Sama
"POKOKNYA! KAMI TIDAK INGIN ADA WARGA ASING YANG MENEMPATI KAMPUNG KAMI!!"
"YA! BENAR!! KAMPUNG KAMI AKAN RUSAK OLEH ORANG KOTA!"
Para tukang proyek, tak dapat menangani para warga. Mereka tengah menunggu kedatangan Alan, untuk memberikan solusi bagi semuanya.
Tak lama, Mobil Bentley berwarna hitam membelah kerumunan. Supir keluar dan membukakan pintu penumpang.
Terlihat, Alan keluar sembari memasangkan kancing pada jas hitamnya. Kaca matanya pun bertengger manis di hidung mancungnya.
Alan mengambil speaker milik petugas proyek, lalu dia berteriak dengan lantang dan membuat ocehan para warga berhenti.
"DIAM SEMUANYA!"
Tiba-tiba suara senyap, mereka terkejut dengan suara berat milik Alan. Sementara Brandon, dia berdiri di samping Alan.
"Apa hak kalian mengusir saya? Saya membeli tanah ini dengan uang saya, bukan uang kalian. Saya akan membatalkan pembangunan ini, dengan syarat. Kembalikan uang saya!" Seru Alan dengan penuh penekanan.
"GAK BISA GITU DONG PAK! INI KAMPUNG KAMI! JANGAN SEENAKNYA DISINI!" seru seorang warga laki-laki yang memegang spanduk.
Alan membuka kaca matanya, dia menunjuk orang itu dengan kaca mata miliknya.
"Siapa namamu?" Tanya Alan.
"Riski." Jawab orang itu.
Alan mengangguk, dia menoleh menatap Asistennya dan berkata, "Catat namanya, kita akan bawa masalah ini ke meja hijau."
"LAH! S3MPRUL!" Pekiknya tak terima.
Alan kembali memakai kaca matanya, orang-orang di sana sungguh menjengkelkan untuknya.
"Saya gak main-main, siapa lagi yang ingin seperti dia? Namanya akan saya catat, dan kita bertemu di meja hijau. Kalau berkenan, silahkan mengantri dan Asisten saya yang akan mencatatnya," ujar Alan.
Alan berbalik, dia kembali memasuki mobilnya. Brandon pun menyusulnya masuk, sementara para warga akhirnya terpaksa bubar.
Di perjalan, Alan menghela nafas pelan. Ini bukan pertama kali untuknya, berurusan dengan para warga.
Beberapa menit perjalanan, mobil terhenti di perusahaan milik Brandon. Brandon keluar dari mobil milik Alan, dan memasuki perusahaannya.
"Maaf tuan, kita langsung ke rumah sakit atau gimana?" Tanya Asisten Alan.
Alan yang tadinya bermain ponsel, seketika menghentikan kegiatannya. Kening nya mengerut, menatap Asistennya dengan pandangan bingung.
"Kendrick, apa maksudmu? Memangnya, ada apa di rumah sakit?" Bingung Alan.
Kendrick, yang merupakan pria berusia 22 tahun. Dia sudah menjadi Asisten Alan sejak satu tahun belakangan.
"Maaf tuan, satu jam yang lalu Bi Sari mengabarkan. Jika istri anda akan melahirkan, dan di bawa ke rumah sakit." Terang Kendrick sembari meringis saat melihat wajah tuannya itu yang tak bersahabat.
"APA?! KENAPA KAMU TIDAK BILANG HAH!! PUTAR BALIK! KITA KE RUMAH SAKIT! GAK BECUS KAMU!"
Kendrick memejamkan matanya, dia mengangguk pelan dan meminta supir untuk memutar balik.
"Perasaan tuan gak suka kerjaannya di ganggu, jadi aku pikir dia akan marah. Makanya aku bilang saat pekerjaannya selesai." Gumam Kendrick.
"Ngomong apa kamu huh?" Sewot Alan.
"Eng-enggak tuan." Pekik Kendrick.
Alan mendengus sebal, dia membuka ponselnya lalu membuka chat di sana. Berkali-kali dirinya mendapat telpon dari Azalea, tetapi dia tak membalasnya.
"Apa kamu baik-baik saja? Hubungi polisi, jangan menanganinya sendiri. Para warga banyak yang membawa kayu."
"Ck, wanita b0doh! Mengapa dia harus berpura-pura menjadi istri yang baik? apa dia tidak lelah selama ini terus berpura-pura." Gumam Alan.
Sedangkan di rumah sakit, Azalea tengah berusaha mengeluarkan bayinya. Dia mengejan sembari tangannya meremas pada kasur.
"Ayo bu, sedikit lagi! kepalanya sudah kelihatan!" Seru dokter.
Azalea kembali mengejan, dia mengeluarkan seluruh tenaganya. Tak lama kemudian, suara tangis bayi memecah keheningan.
"OEEKK!! OEEKK!!"
"Wah, selamat bu. Bayinya laki-laki," ujar dokter.
Azalea tersenyum, tetapi senyum itu hanya sebentar. Karena dia kembali merasakan mules di perutnya.
"Awsshh!!"
Dokter terlihat bingung, dia menekan perut Azalea dan merasakan ada yang aneh.
"Dokter! ada satu bayi lagi!" Pekik Suster yang melihat rambut bayi dari jalan lahir.
Dokter bergegas meminta Azalea untuk kembali mengejan.
"Bu, sekali lagi yah. Ternyata masih ada satu, ayo terus bu?"
Azalea kembali mengejan, walau hatinya bertanya-tanya mengapa masih ada satu bayi di dalam rahimnya. Wajar saja Azalea bingung, terakhir kali dia USG saat kandungannya menginjak usia 2 bulan. Alan melarangnya keluar dari mansion dan tampak di depan publik. Sehingga, ia tidak pernah tau kondisi bayinya.
"OEEEKK!! OEEKK!!"
Nafas Alea tersengal-sengal, dia meminta kedua bayinya untuk di dekatkan padanya.
"Di dada kanan kakaknya, di dada kiri adiknya. Selamat yah bu," ujar dokter dengan bahagia.
Azalea terdiam, dia tak menyahut perkataan sang dokter. Dia hanya menatap kedua bayi yang berada di d4danya.
"Dokter, bisa saya minta tolong?" Tanya Azalea degan tatapan yang sulit di artikan.
.
.
.
Alan berlari di koridor rumah sakit, sampai langkahnya terhenti ketika melihat Bi sari yang berdiri di depan ruangan.
"Tuan!" Pekik Bi Sari saat melihat Alan.
"Anakku bagaimana?" Tanya Alan.
Raut wajah Bi sari yang tadinya terlihat bahagia seketika berubah sendu. Apakah di pikirannya Alan hanya bayi saja? tidak bisakah pria itu menanyakan kondisi istrinya?
"Tu-tuan, kondisi nyonya Azalea ...,"
"Ck! Aku bertanya tentang anakku, bukan dia!" Sentak Alan dengan nada kesal.
Bi Sari menutup mulutnya rapat-rapat, dia merasa kasihan dengan Azalea.
"Bayi sudah lahir, mungkin dokter masih membersihkannya." Lirih Bi Sari.
Alan tak bisa menunggu lagi, dia bergegas membuka pintu ruang bersalin itu. Pertama kali yang dirinya lihat, dia menangkap Azalea yang sedang bersandar pada brankar dengan tatapan datar.
Dengan langkah pelan, Alan menghampiri Azalea. "Bagaimana dengan anakku? Dia laki-laki kan?" Tanya Alan menatap dingin pada Azalea.
Azalea beralih menatap Alan, apakah gender seorang anak penting bagi pria itu? Laki-laki dan perempuan, bukankah sama-sama anak kandungnya kan?
"Kalau anak kita perempuan, memangnya kenapa?" Tanya Azalea dengan tatapan datar. Namun, jika di lihat lebih jelas lagi. Mata Azalea kini berkaca-kaca.
"Kamu sudah tahu, kalau sedari awal perjanjian kita adalah memberikan ku seorang penerus. Perempuan, tidak akan bisa menjadi penerus. Jika dia perempuan, kontrak kerja sama kita akan terus berjalan hingga kamu memberikan anak laki-laki untukku." Jawab Alan dengan penuh penekanan.
Azalea menahan sesak di dadanya, mengapa suaminya itu sampai segitunya?
"Sampai kapan kamu akan terus membenci wanita? Apakah tidak ada cinta di hatimu? apakah selama ini kita tinggal bersama, tidak ada perasaan yang tumbuh dalam hatimu untukku? Tidakkah kamu memikirkan perasaanku sedikit saja?"
Bukannya merenung, Alan malah terkekeh sejenak. Dia menatap lekat Azalea dan mengapit dagu wanita itu dengan kasar.
"Dengar! aku sudah membebaskanmu dari jerat pamanmu. Jika tidak, kamu sudah menjadi istri ke sekian si tua bangka itu. Aku sudah hafal niatmu, wanita lebih menghargai harta dari pada hati. Dari awal juga, aku hanya memintamu untuk melahirkan anakku. Bukan pemilik hatiku, paham!"
Alan menghempaskan dagu Azalea begitu saja, membuat wanita itu mengepalkan. tangannya dengan tatapan tajam penuh amarah.
"Jangan coba-coba mengambil anakku, jika kamu tidak mau berakhir di balik jeruji besi." Tekan Alan, membuat Azalea semakin mengeratkan kepalan tangannya.
Cklek!
Seorang Dokter datang membawa seorang bayi yang telah di bedong, dia membawanya mendekat pada orang tuanya.
"Selamat, tuan. Anda mendapat kan seorang bayi laki-laki." Dokter itu memberikan bayi tersebut pada Alan. Setelah mendengar nama laki-laki, Alan pun menerima bayi itu dari tangan sang Dokter.
Azalea menatap, bagaimana Alan memperhatikan bayinya. Dia hanya diam, menahan rasa sesak di dadanya. Jiwa memberontak, dia ingin merebut bayinya itu dari tangan pria seperti Alan.
Alan mengambil sebuah amplop di balik jas nya, dia memberikannya pada Azalea. Saat Azalea membukanya, dia menatap kertas itu dengan senyuman sumbang.
"Tanda tangani surat perceraian kita, dengan begitu. Kerja sama kita sudah selesai, aku akan memberikanmu uang dan pergilah dari kota ini. Kalau perlu, dari negara ini. Pergilah sejauh mungkin,"
___
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTE DAN HADIAHNYA🥳🥳🥳😍😍😍
Terima kasih, semoga sehat selalu😊