Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21.
Jane mencari lokasi toilet.
Kaki Jane mendadak berhenti begitu melihat siapa sebenarnya, yang ingin bertemu dengan dirinya.
Wanita yang tadi hampir kena tinju suaminya, karena mengganggu privasi mereka.
Jane berbalik untuk kembali ke aula boxing, sepertinya ia tidak perlu menemui wanita itu.
Tapi wanita itu ternyata sudah terlanjur melihat dirinya, dan berseru dengan kencang padanya.
"Tunggu!"
Wanita itu dengan langkah cepat mendekati Jane, dan menghadang langkah Jane untuk tidak pergi.
Tampak wanita itu tersenyum tipis memandang Jane, sembari mendengus sinis.
"Huh! ternyata hanya seorang gadis ingusan saja, mencoba bersaing denganku, untuk menjadi wanitanya Hendrik! ck.. jangan kau kira bisa mendapatkan cinta Hendrik, walau kau sudah menikah dengannya!" ujar wanita itu melihat Jane dari atas kepala sampai ujung kaki.
Jane menatap wanita itu dengan tenang, ia tidak merasa tersinggung dengan apa yang di katakan wanita itu.
"Apa sebenarnya mau mu memanggilku untuk datang kemari? cepat katakan!" ujar Jane, dengan nada yang tidak sabaran, karena malas meladeni wanita itu.
"Wah, sombong juga gadis labil ini! huh.. asal kau tahu saja! tipe Hendrik itu wanita dewasa, bukan gadis kecil seperti mu! dan kau jangan berharap akan disukai Hendrik, hanya karena dia menikahimu! ia hanya sekedar melaksanakan wasiat Kakeknya saja untuk menikahimu, sedikit pun dia tidak begitu suka, dengan perjanjian pernikahan yang dibuat oleh Kakeknya!" kata wanita itu tersenyum mengejek, sembari menatap remeh Jane.
Jane tetap berdiri dengan tenang, memperhatikan wanita itu terus berbicara, sembari mencoba mencerna apa yang di katakan wanita tersebut.
"Dari mana kau tahu, kalau suamiku hanya sekedar memenuhi wasiat Kakeknya saja untuk menikahiku, memangnya suamiku ada bicara padamu? atau apakah ada seseorang yang memberitahukannya padamu?" tanya Jane dengan begitu tenang, menatap dingin wanita itu.
"I.. itu.. ka.. kau..!" wanita itu mendadak tidak bisa menjelaskan pertanyaan Jane.
"Aku tadi dengan jelas melihat, bagaimana marahnya suamiku padamu, karena mengganggu privasinya!" sahut Jane sembari menyunggingkan senyuman menyindir.
Wanita itu mengepalkan tangannya dengan erat, ia tidak menyangka gadis yang berdiri di depannya itu, berlidah tajam, dan tidak mudah untuk diprovokasi.
"Huh! asal kau tahu ya! Hendrik tidak akan pernah menyentuhmu, walaupun ia sudah menikah denganmu, ia hanya mau menyentuhku saja, karena ia menyukai caraku memuaskan nya!" kata wanita itu dengan percaya diri, tersenyum senang memanasi Jane.
Jane melipat tangannya ke dadanya, lalu mengangkat sedikit dagunya memandang wanita itu, dengan tatapan dingin.
"Terus... apa lagi yang ingin kau sampaikan padaku! apakah hanya ingin mengatakan ini, kau memanggilku datang kemari?" tanya Jane dengan nada, yang mulai kesal.
Wajah wanita itu memerah, melihat keberanian Jane, dan tidak merasa terprovokasi oleh cerita yang ia sampaikan.
"Ka.. kau... kau pikir aku berbohong, lihat saja nanti! kalau perkataanku semuanya benar! dan kau lebih baik pergi jauh dari Hendrik, jangan kau buang masa mudamu, dengan sia-sia hanya ingin mendapatkan cinta Hendrik, karena kau tidak akan pernah mendapatkan cinta Hendrik!" ujar wanita itu lagi dengan penuh percaya diri.
Jane angkat bahu mendengar, apa yang di sampaikan wanita itu, dan ia terlihat cuek saja, sehingga membuat wanita licik tersebut, menjadi kesal dengan sikap cuek Jane.
"Kau harus meninggalkan Hendrik! ia hanya milikku seorang, aku dan dia sudah lama saling mengenal, sebelum bertemu denganmu!" kata wanita itu dengan nada tinggi.
"Siapa kau memerintahkan aku untuk meninggalkan suamiku! kau hanya wanita asing, yang menginginkan suami ku, kau pikir aku terpengaruh dengan provokasimu, huh! membuang waktu saja menemui orang tidak penting seperti mu!" kata Jane, lalu melewati wanita itu untuk pergi dari sana.
Wajah wanita itu memerah mendengar perkataan Jane, ia dengan cepat melangkah mengejar Jane.
Dengan cepat ia menarik tangan Jane, dan Jane kembali lagi menghadap wanita itu.
"Aku dan Hendrik sudah menjalin hubungan sebelum menikah dengan suamiku, ia marah padaku karena menikah dengan David, jadi kau tidak akan pernah bisa masuk dalam hatinya, jangan pernah bermimpi!!" ujar wanita itu dengan nada yang semakin tinggi.
Plakk!
Dengan cepat tangan Jane menampar wajah wanita itu, ia menjadi jengah mendengar semua perkataan wanita itu.
"Tidak tahu malu! mencoba terus memprovokasi ku, sedari tadi aku cukup sabar mendengar ocehanmu! kau tidak punya harga diri, mau mencoba merebut suamiku, jangan mimpi! dasar ja-lang!" ujar Jane mendelik wanita itu, dengan tatapan tajam penuh amarah.
Setelah itu Jane meninggalkan wanita itu, begitu saja, dengan wajah terkejut wanita itu, karena tamparan Jane pada pipinya.
Sementara Jane mendengus kesal, dengan langkah cepat berlalu dari sana.
Bersambung.....