Cyra Alesha wanita berusia 25 tahun wanita yang berhati baik dan tulus selalu di bully dan di hina karena fisiknya yang berbeda dari yang lain.Semua orang selalu memandang remeh Cyra akan karena fisik yang tak terawat.
Bagaimana kisah Cyra Alesha selanjutnya?
simak ya gess..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Pukul 21:00 malam.
Rendi dan Cyra masih diwarung makan. Biasanya warung akan ditutup pukul 10 malam.
Rendi sedang bersiap untuk berangkat ronda malam. Sedangkan Cyra menunggu warung.
"Sayank, kau hati-hati aku berangkat ronda dulu" Seru Rendi sembari memasukan ponsel disaku jaket.
"Iya, Mas Rendi juga hati-hati ya" Cyra mencium punggung tangan suami.
"Kalau warung sepi ditutup saja tidak papa. Aku tidak mau kau kenapa-napa lagi, aku khawatir"
"Iya sayank" Jawab Cyra dari dulu Rendi memang selalu perhatian padanya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" Balas Cyra.
Rendi pun menjalankan motor menuju pos ronda. Ronda kali ini berjumlah lima orang.
Setelah suami tak terlihat dipandangan Cyra masuk dalam warung menuju bagian dapur.
Diwarung masih ada dua orang yang tengah makan. Jadi Cyra tak ingin mengganggu mereka.
Cyra duduk dibangku memainkan ponselnya. Dan ternyata ada pesan dari Ibu mertua yang menanyakan kapan dirinya akan pulang katanya Hasa yang menanyakan.
Cyra pun membalasnya jika dirinya akan pulang sebentar lagi pukul 10 malam nanti.
"Cyra ! Ini menunya masih komplit tidak ya?!" Seru seseorang dari depan.
Cyra segera keluar dari dapur. "Eh Mas Ahmad, kebetulan masih penuh Mas" Jawab Cyra.
"Aku mau makan disini menunya semuanya saja"
"Oke, ditunggu ya Mas" Cyra segera mengambilkan apa yang Mas Ahmad pesan.
Mas Ahmad? mungkin kalian ada yang ingat dia siapa?
Tak butuh waktu lama Cyra selesai mengambilkan dan membawa pada Mas Ahmad.
"Minumnya apa Mas?" Tanya Cyra.
"Es jeruk saja" Jawab Ahmad.
Cyra segera membuat es jeruk dan menaruhnya dimeja, didepan Mas Ahmad.
"Makasih Cyra"
"Sama-sama"
"Mbak kita sudah selesai semuanya jadi berapa?" Tanya orang yang tadi tengah makan.
"Saya hitung dulu" Jawab Cyra dan menghitung menggunakan kalkulatornya.
"Jadi 175 ribu Mbak" Cetus Cyra.
Dan Mbak itu pun membayarnya, lalu pergi meninggalkan warung Cyra.
Hanya tinggal Ahmad yang masih disana sedang asyik makan.
Cyra masuk kedapur lagi kembali memainkan ponsel untuk membuang jenuh menunggu pembeli.
Tak lama Cyra mendengar suara motor berhenti didepan warung.
"Cyra !"
"Iya, sebentar!" Cyra segera keluar dapur karena Mas Ahmad memanggil.
"Aku sudah selesai, jadi berapa?"
"Aku hitung du---emmmppp" Suara Cyra hilang karena ada seseorang yang membekap mulutnya.
"Hahaha ! Akhirnya kita kembali bertemu Cyra"
Cyra melotot, tentu hafal siapa pemilik suara ini.
"Yudi? Untuk apa dia disini?" Cyra hanya bisa membatin. Pandangan matanya beralih pada Mas Ahmad.
Dia hanya menatap dirinya dan Yudi santai, apakah mereka berdua sudah merencanakannya?
"Ya Alloh, tolong hamba lindungi hamba" Cyra membatin.
"Ck, sebenarnya kau mau apakan wanita ini Yudi? Aku malas untuk seperti ini" Celetuk Ahmad tiba-tiba.
Cyra yang sejak tadi berontak dalam dekapan Yudi jadi tahu jika benar keduanya sekongkol.
"Mas Rendi, tolong aku Mas ! Aku takut!" Teriak Cyra dalam hati berharap Mas Rendi datang dan menolongnya.
"Kita bawa ketempat biasa saja" Jawab Yudi menyeret Cyra keluar warung.
"Aku tidak mau!" Tolak Cyra dalam hati, ia hanya bisa berusaha lepas dari dekapan Yudi yang entah akan membawanya kemana.
"Bisa diam tidak sih?!" Kesal Yudi menarik tangan dari bibir Cyra.Berganti menjegal kedua tangannya.
"Yudi, jangan sakiti aku lagi. Kau sebenarnya mau apa dari ku?!" Cyra tetap memberontak. Dia tidak mau disakiti yang kedua kalinya.
"Jika kau bertanya aku ingin apa? Tentu saja aku ingin dirimu" Yudi menyeringai licik.
Melihat Yudi yang senyum seperti itu, Cyra justru semakin takut keringat dingin mulai bermunculan.
"Tidak Yudi, Mas Ahmad tolong aku, jangan sakiti aku lagi. Aku tahu Mas Ahmad orang baik" Cyra memohon semoga saja Mas Ahmad tersentuh hatinya.
Ahmad melengos dengan wajah yang tak bisa Cyra artikan.
"Aku pulang saja Yudi, aku tidak bisa" Ahmad keluar warung.
"Sialan kau Ahmad, jangan pergi woi ! Bantu aku bereskan dia !" Yudi sedikit teriak namun Ahmad tak menghiraukannya. Dia justru pergi begitu saja dengan motornya.
"Ah sialan !" Geram Yudi.
"Arghhhh...!" Pekik Cyra rambutnya ditarik kebelakang hingga wajahnya mendongak.
"Kenapa sih kau itu jelek sekali ? jadi wanita itu harus cantik, sexi dan menarik di pandang lawan jenis. Lalu kau ini apa?! Lihatlah badanmu itu sangat kurus, kerempeng, wajahmu jelek, kusam, tidak terawat, bodymu saja tidak ada yang menarik lawan jenis sama sekali, kau itu terlihat seperti bocah, bukan wanita bersuami !"
Yudi mengeluarkan semua yang ada dihatinya, mengeluarkan semua cacian yang ia simpan untuk Cyra.
Cyra menggeleng, dihina seperti itu oleh lawan jenis, tentu saja membuat harga dirinya hancur, hatinya sakit bagai tertusuk belati.
Memang Cyra akui dirinya tidak semenarik tidak secantik wanita yang lain. Karena dia hanya memikirkan uangnya untuk keperluan yang lebih penting, tentu untuk keluarga kecilnya.
"Yudi, atas dasar apa kau menghina aku seperti itu? Apa masalahmu jika aku jelek dan tidak menarik seperti yang ucapkan?"
Tentu Cyra bertanya-tanya, hanya dengan fisiknya yang tidak sama dengan yang lain Yudi tetangganya sendiri tega menyakitinya.
"Tentu bermasalah untukku, karena kau membuat pemandangan didesa ini jadi buruk !"
"Arghhh !" Cyra menjerit kesakitan karena Yudi semakin menarik rambutnya kebelakang dengan kuat.
"Gimana kalau kau m4t1 saja? Ayo ikut aku"
Yudi membopong Cyra ke atas motor disana dia mengikat kedua tangan Cyra kebelakang dengan tali yang sudah ia siapkan dan melakban bibir Cyra.
Cyra memberontak tentu tidak menyangka jika semuanya telah Yudi siapkan.
"Diam kau ! Cukup menurut pada ku!" Garang Yudi.
Di sisi lain Ahmad merasa tak karuan, antara kasihan dan juga benci ke Cyra.
Cyra memang baik padanya namun Ahmad benci akan fisik Cyra yang jelek kurus dan terlihat mirip bocah, ia juga terheran dengan Rendi. Apa sih yang buat dia memilih Cyra untuk jadi istrinya.
"Mas, kok melamun?" Tegur Sofi istrinya Ahmad.
"Eh, Dek" Ahmad sedikit teralihkan.
Ahmad sekarang sudah ada di depan rumahnya tapi masih nongkrong di atas motor. Tentu saja masih kepikiran dengan nasib Cyra dan Yudi.
"Mas tidak ronda? Ini sudah pukul 9 malam lebih lho?" Sofi mengingatkan siapa tahu suaminya lupa.
"Ya Alloh, aku lupa Dek" Ahmad langsung gelagapan, dirinya benar-benar lupa malam ini adalah jadwalnya meronda.
"Tuh kan? Ya sudah sana berangkat! Untung aku ingatkan" Jengah Sofi kebiasaan suaminya memang seperti itu, pelupa.
Ahmad menyalakan lagi motornya. "Aku berangkat dulu ya Dek. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Sofi menggeleng melihat motor suami dan empunya menjauh dari pandangan.
"36 tahun apa sudah jadi pelupa ya?" Gumamnya sembari masuk rumah.
hihihi