Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
❤️ Happy Reading ❤️
Meyva yang melihat Dave terlihat serius dengan ponselnya, membuatnya jenuh sehingga dirinya memutuskan untuk mengeluarkan ponselnya juga. Bukan bekerja seperti Dave, melainkan hanya sekedar berselancar di dunia maya. Tapi siapa sangka hal itu justru membuat matanya semakin berat hingga tak terasa dirinya pun akhirnya tertidur.
Hampir satu setengah jam Dave berkutat dengan pekerjaannya. Sebagai pewaris perusahan besar dengan berbagai macam sektor dan cabang yang ada di mana-mana membuat Dave seolah tiada hari tanpa pekerjaan.
Menengok sebentar ke arah ranjang di mana gadis yang di akuinya sebagai kekasih berada di sana membuat dirinya teringat sesuatu. Di raihnya kembali ponsel yang baru beberapa detik di letakkannya di meja untuk menghubungi seseorang.
"Cari tau semua tentang seorang gadis bernama Meyva Maharani Nareswari, anak dari Surya Nareswari." ketik Dave pada seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah asistennya sendiri. Asisten yang selalu bisa dia andalkan.
Tentu saja dengan secepat kilat Nikolas langsung mengirimkan balasan dengan kata "Siap tuan muda."
Di letakkannya kembali ponsel miliknya dan melanjutkan niatnya semula untuk berjalan ke arah Meyva.
"Ck, ni anak ... " decak Dave saat melihat ternyata Meyva sudah terlelap.
Meyva tidur di ranjang dengan kaki menggantung ke bawah.
Dave pun langsung memindahkan Meyva, membenarkan posisinya agar nanti kalau bangun badan gadis itu tak sakit-sakit karena posisi tidurnya yang salah.
"Cantik." gumam Dave.
Entah kenapa dengannya, Dave pun sendiri bingung. Sejak pertama kali bertemu dengan Meyva kata "Cantik" berhasil keluar dari mulutnya yang memang tak pernah mengucapkan kata itu untuk wanita lain selain sang ibu. Bahkan Dave yang biasanya anti dengan sosok wanita, malah dengan mudahnya menyentuh Meyva. Kalau ada wanita yang menyentuhnya walau hanya sedikit menyenggol biasanya pemuda itu sudah marah-marah dan seperti orang yang alergi saja. Langsung ke alamat mandi untuk membasuh anggota tubuhnya, atau yang lebih parah pernah ada yang pura-pura jatuh sehingga menabrak padanya dengan harapan di peluk oleh Dave, namun naas pemuda itu hanya mengacuhkannya dan membuang pakaian yang dia kenakan itu. Baginya wanita-wanita yang mendekat padanya bahkan dengan suka rela melemparkan tubuhnya, dia anggap sebagai sampah atau kuman.
Dave yang terus menatap wajah ayu Meyva seolah tak pernah bosan dan menariknya untuk menatap lagi dan lagi tiba-tiba fokusnya tertuju pada satu titik, bibir yang berwarna baby pink milik gadis itu.
Mendekat, lebih mendekat dan terus menunduk hingga tinggal satu jengkal lagi. Namun niatnya itu dia urungkan. Dia tak ingin di cap sebagai lelaki kurang ajar.
Dari pada di sana terus dan semakin membuat Dave tergoda, dia memutuskan untuk kembali ke sofa dan berbaring di sana hingga tanpa sadar dirinya pun jadi ikut terlelap.
❤️
"Hoam ... jam berapa ini." lirih Meyva setalah menguap.
Meraba sisi ranjang untuk mencari ponselnya dengan mata yang masih belum terbuka sepenuhnya.
Barulah setelah mendapat yang dia dapat, mata cantik itu benar-benar terbuka.
"Jam setengah lima." gumamnya. "Eh tunggu dulu, bukannya aku tadi ... "gumamnya lagi yang langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling dan sontak saja dirinya langsung duduk begitu melihat jika ini bukanlah kamarnya.
"Ah ya ampun, aku ketiduran." lirih Meyva. "Tapi kayaknya tadi aku di sana deh, tau jangan-jangan ... " kata Meyva yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya namun matanya menangkap satu sosok yang berbaring di sofa.
Ada perasaan tidak enak, karena yang punya kamar justru harus mengalah dan memberikan tempat tidurnya untuk dirinya.
Melihat hari sudah sore, Meyva memutuskan untuk mencuci wajahnya terlebih dahulu sebelum menghampiri Dave.
Niat ingin membangunkan, namun ketika Meyva keluar dari kamar mandi justru Dave sudah bangun dan duduk.
"Em Dav." panggil Meyva yang membuat sosok itu langsung menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. "Maaf." lirih Meyva.
Mendengar kata Meyva justru membuat Dave mengernyitkan dahi tanda kau dirinya tak mengerti.
"Maaf karena membuatmu harus tidur di sofa, tak seharusnya aku tertidur tadi." kata Meyva lagi.
"Tidak apa-apa." sahut Dave.
"Apa aku boleh turun ke bawah?" tanyanya Meyva.
"Hem, nanti aku nyusul ... mau cuci muka dulu." kata Dave.
Tidak mengiyakan, namun dari kata-kata Dave barusan Meyva sudah dapat menyimpulkan jika Dave mengijinkan dirinya untuk turun.
Keluar dari kamar meninggalkan Dave dan mulai berjalan di lorong lantai dua lalu satu per satu menuruni anak tangga.
❤️
"Kak Meyva." panggil seseorang saat Meyva hampir sampai di anak tangga nomor dua dari bawah.
Meyva pun langsung menghentikan langkahnya dan menoleh melihat seseorang menuruni anak tangga dengan cepat, sangking cepatnya sampai membuat Meyva yang melihat ngeri sendiri.
"Kak Meyva baru turun?" tanyanya saat sudah dekat dengan Meyva.
"He'em." jawab Meyva sambil menganggukkan kepalanya. "Ya udah kita bareng aja." sambungnya dengan menggandeng tangan Meyva dan berjalan bersama.
"Wah anak-anak cantik mama." kata mama Lira saat melihat menantu dan calon menantunya.
"Dave mana Mey? Dan kamu Ta, dimana Daniel?" tanya mama Lira yang tak melihat kedua putranya.
"Ada di kamar mam."
"Ada di kamar tan."
Jawab Meyva dan Reta berbarengan bak di komando.
"Ya udah kalian duduk aja dulu, mama mau ke dapur buat minta bibi nyiapin makan malam." kata mama Lira.
Meyva di ajak oleh Reta duduk di teras belakang setelah mama Lira jalan ke dapur.
Meyva dan Reta lumayan nyambung jadi Meyva tak terlalu bosen atau gugup di sana.
"Seneng deh ada kak Meyva, jadi ada temen ngobrol selain mama." ujar Reta.
"Aku juga seneng, jadi tambah temen." sahut Meyva.
"Pada ngobrol apa sih, seru banget." kata mama Lira yang baru saja datang dengan membawa nampan yang berisi tiga gelas minuman dingin juga satu toples keripik kentang.
"Tante, kok jadi ngerepotin sih." kata Meyva yang mengulurkan tangannya untuk mengambil nampan yang ada di tangan mama Lira.
"Gak repot kok Mey, kebetulan tante pengen minum dingin jadi ya sekalian." sahutnya.
"Eh Mey, kamu bisa masak gak?" tanya mama Lira.
"Maaf tante, aku ... " jawab Meyva dengan kepala yang sedikit menunduk.
"Ah gak apa-apa kalau gak bisa, tante sama Reta juga gak bisa." potong mama Lira. "Iyakan Ta." katanya pada menantunya.
"Hehehe iya kak, benar kata mama." kata Reta. "Aku bisanya cuma masak mie instan dan masak telur ceplok doang." sambungnya.
"Keluarga kami tak mengharuskan para wanitanya bisa memasak, toh sudah ada art dan koki keluarga yang bisa nyiapin makanan, jadi tak masalah kalau gak bisa masak." kata mama Lira lagi.