Aruni sudah sangat pasrah dengan hidupnya, berpikir dia tak akan memiliki masa depan lagi jadi terus bertahan di kehidupan yang menyakitkan.
"Dasar wanita bodoh, tidak berguna! mati saja kamu!" makian kejam itu bahkan keluar langsung dari mulut suami Aruni, diiringi oleh pukulan yang tak mampu Aruni hindari.
Padahal selama 20 tahun pernikahan mereka Arunilah sang tulang punggung keluarga. Tapi untuk apa bercerai? Aruni merasa dia sudah terlalu tua, usianya 45 tahun. Jadi daripada pergi lebih baik dia jalani saja hidup ini.
Sampai suatu ketika pertemuannya dengan seseorang dari masa lalu seperti menawarkan angin surga.
"Aku akan membantu mu untuk terlepas dari suamimu. Tapi setelah itu menikahlah denganku." Gionino.
"Maaf Gio, aku tidak bisa. Daripada menikah lagi, bukankah kematian lebih baik?" jawab Runi yang sudah begitu trauma.
"Kamu juga butuh seseorang untuk menguburkan mu Runi, ku pastikan kamu akan meninggal dalam keadaan yang baik."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LFTL Bab 20 - Enak Sekali
Hari ini adalah hari pertama Aruni akan bekerja di rumah Gionino. Dia pergi meninggalkan rumah lebih dulu dibandingkan sang anak. Tapi meski begitu Adrian tetap mengantar kepergian ibunya sampai ke ujung gang.
Setelah sang ibu mendapatkan ojek barulah dia kembali ke rumah. Jam setengah 5 pagi Aruni telah dalam perjalanan untuk bekerja.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi tidak membuat Aruni jadi bermalas-malasan, dia juga masih memiliki cita-cita, yaitu melihat anaknya berhasil. Adrian lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Tiba di tempat kerja Aruni langsung bertemu rekan sesama pelayan di bagian dapur. Berkutat memasak beberapa menu untuk sarapan sang Tuan.
Hari ini Aruni terlihat cukup berbeda, menggunakan seragam yang rapi, rambut di sanggul dan sedikit riasan di wajahnya.
Sudah lama tidak menggunakan make-up Aruni merasa canggung, jadi dia hanya memakai lipstik tipis dan juga bedak padat. Tapi seperti itu saja sudah membuatnya terlihat seperti orang lain.
Bukan Aruni yang selama ini hidup lusuh.
Selesai memasak mereka menyajikan semua makanan itu di meja makan, setelahnya mereka diwajibkan untuk meninggalkan dapur. Hanya bibi Jema lah yang akan mendampingi sang majikan untuk sarapan.
Aruni kini duduk di taman belakang, menikmati teh hangat miliknya dan menatap rumah megah tersebut. Dari tiap sudut dia memandangi rumah ini, semuanya terasa begitu mewah.
Mulai bermimpi jika suatu saat nanti dia dan Adrian bisa tinggal di rumah senyaman ini.
"Mbak Aruni, ayo dimakan gorengannya. Mumpung masih hangat," ucap salah satu rekan kerja. Selesai tugas mereka memang memiliki waktunya sendiri untuk beristirahat.
Tadi setelah memasak untuk sarapan sang majikan, Aruni dan yang lainnya juga sudah memasak untuk para pekerja di rumah ini. Mulai dari para pelayan di dalam rumah, penjaga keamanan dan juga tukang kebun.
"Iya Mbak, ini saya makan," jawab Aruni.
"Kenapa mbak tidak tinggal di paviliun saja? Enak daripada pulang pergi," tanya yang lain.
"Iya Mbak, tapi anak saya masih belum mau," jawab Aruni bohong dan hanya Adrian yang mampu dia jadikan sebagai alasan.
"Setelah ini kamu mau pulang?"
"Tidak Mbak, langsung siang nanti saja. Sekalian menjemput anak sekolah."
"Sudah besar kok dijemput-jemput," ledek yang lain, lalu sebagiannya tertawa dan Aruni pun ikut tersenyum menikmati pembicaraan tersebut.
Dulu saat Adrian masih kecil Aruni tidak memiliki waktu untuk mengantar ataupun menjemput Adrian sekolah. Aruni terlalu sibuk menjadi buruh di rumah-rumah warga. Terkadang justru Yanti yang lebih banyak mengantarkan anaknya ke sekolah.
Sekarang Adrian memang sudah dewasa, tapi Aruni merasa baru memiliki waktu untuk menjemput Adrian pulang sekolah.
Tidak apa-apa semuanya serba terlambat seperti ini, tapi sebisa mungkin Aruni akan terus memberikan yang terbaik untuk sang anak.
Sampai Adrian benar-benar bangga padanya, tak akan meninggalkannya apapun yang terjadi nanti.
Di meja makan Gionino menikmati semua hidangan yang tersaji dengan hati yang bahagia.
"Jadi ini masakan Aruni?" tanya Gio pada bibi Jema.
"Iya Tuan, khusus satu menu itu spesial masakan Aruni sendiri. Tidak ada campur tangan pelayan yang lain."
"Enak sekali."
"Tuan menyukainya?"
"Tentu saja."
"Haruskah saya memberi tahu Aruni?"
"Tidak perlu, dia akan tahu jika aku menyukai makanan ini setelah aku menghabiskannya," jawab Gio.
do'akan saja pak mereka bisa bersatu dan bahagia.. entah lah org tua Gio masih ada atau ga ya??? sebab sekarang kan sdh 45 tahu.. waktu temen2nya masih baru2 nikah kek nya masih ada sih ya kak???
menjadi pembeda dari sekian banyaknya cerita yang ada
suka sekali dengan lika liku alur ceritanya
very nice to read 👍
wes pokoke Iki Jan kisah nyata jaman aku cilik, bedanya bapak sayang anak, gak bejat kek Bapake Adrian.
Lunoxs 💋💋💋💋💋
aku nek pas lagi jalan trus beli makanan selalu tak bungkus, sebab nek wes nyampe di rumah iso tak tambahin nasi lagi biar bisa wareg di makan bersama anak² 🤣🤣
Semangat ya Gio untuk mendapatkan hati Aruni lagi😊