Andara Mayra terpaksa menerima perjodohan dengan seorang pria yang sudah dipilihkan oleh ayahnya.
Namun dibalik perjodohan yang ia terima itu ternyata ia sudah memiliki kesepakatan sebelumnya dengan sang calon suami. kesepakatan jika setelah satu tahun pernikahan, mereka akan bercerai.
akankah mereka benar-benar teguh pada kesepakatan mereka? atau malah saling jatuh cinta dan melupakan kesepakatan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwit rthnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
honeymoon?
Setelah meninjau lokasi proyek. Aku dan mas Bara langsung pergi menuju salah satu resort mewah yang ada di bali. Kamar yang terpisah-pisah membuat kami leluasa untuk melakukan apapun. Benar-benar cocok untuk pasangan pengantin baru.
Aku membersihkan tubuhku terlebih dahulu, setelah aku selesai baru dilanjutkan oleh mas Bara. Sebelum ia keluar, aku segera membuka koperku dan mengeluarkan baju haram yang mas Bara inginkan. Oh tuhan, aku malu sendiri melihatnya. Dengan ragu aku memakainya. Baju macam apa ini. Sangat transparan dan Sangat memalukan. Tak apa lah sekali-sekali belajar tak tahu malu.
Ceklek
Mas bara keluar dari dalam kamar mandi. Matanya langsung fokus pada diriku yang berdiri didekat ranjang.
Ia tersenyum tipis dengan membuang muka. Namun sedetik kemudian ia langsung menerkamku bak singa kelaparan.
Brett
Dia menyobek bajuku.
"Ya ampun bajuku. Kalau niatnya mau di robek kenapa menyuruhku memakainya?" Aku menatapnya kesal.
"Sengaja. Sudah lama aku membayangkan ini. Merobek bajumu dan memperk*samu seperti ini."
"Aghhh." Ia langsung membenamkan wajahnya mencumbui setiap inci kulit leherku.
Tangannya sudah bergrilya kemana-mana dan aku selalu pasrah dengan apapun yang ia lakukan terhadapku.
Kali ini ia sudah seperti bayi yang kehausan dengan menyesap salah satu bukit miliku, sementara tangannya memijat pelan bukit yang lain. Oh tuhan, aku mendesis nikmat dibuatnya.
Malam ini ia sepertinya sedang balas dendam padaku karena aku menolaknya kemarin. Entah berapa kali kami melakukannya, sampai-sampai jam empat pagi aku baru bisa terlelap karena lelah.
"Selamat siang sayang." Mataku terbuka, kulihat mas Bara berdiri membawa nampan makanan didepanku.
"Jam berapa ini mas?"
"Jam sebelas sayang. Bangun yuk. Makan dulu. Perutmu pasti sudah keroncongan." Aku segera bangkit saat mas Bara mengatakan jika ini sudah hampir tengah hari.
"Ini sudah siang banget mas." Aku bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
Dengan menggunakan bathrobe aku keluar. Mas Bara masih setia menungguku.
"Makan yuk." Aku duduk disamping mas Bara. Dan kamipun sarapan bersama di kamar.
"Maaf yah bikin kamu lelah." Ia memelukku dari samping.
"Habisnya kamu candu sih." Ia berbisik pelan dan mencium telingaku. Sontak aku kembali meremang. Aku segera menggeser tubuhku menjauhinya karena tak ingin kembali berakhir di ranjang.
Kuambil ponselku. Mataku membola saat kulihat duapuluh panggilan dari bang erik. Ponsel yang ku silent membuat panggilan masuk dari bang erik tak dapat ku dengar.
Aku segera menghubungi balik.
"Hallo bang, tumben telpon, ada apa?"
"Emang gak boleh abang nelpon adiknya?"
"Ya boleh sih. Tumben aja."
"Kata mama kamu lagi di bali sama Bara. Iya?" Aku memang sempat menelpon mama untuk mengatakan kepergianku ke bali dengan mas Bara. Takutnya mama main ke rumah saataku pergi.
"Iya. Aku nemenin mas Bara ninjau lokasi untuk proyek barunya."
"Ketemuan yuk. Kebetulan abang juga ada di bali."
"Boleh. Dimana?"
"Kita ketemu di pantai kuta gimana?"
"Okey. Nanti aku ajak mas Bara kesana ya."
"Okey. Abang tunggu ya."
"Siip."
Aku mengakhiri panggilan teleponku.
"Apa?" Mas Bara seolah ingin tahu dengan apa yang aku bicarakan dengan bang erik.
"Bang erik nelpon aku. Dia mau kita ketemuan sama dia di pantai kuta. Mas bisa?"
"Bisa. Ayo siap-siap."
"Okey. Makasih ya." Aku tersenyum lalu mengecuo pipinya sekilas.
"Jangan mancing-mancing deh."
"Hehe. Maaf." Akupun langsung bangkit dan mengganti pakaianku di kamar mandi. Bisa saja aku menggantinya didepan mas Bara, tapi aku takut jika bukannya pergi ketemu bang erik, mas Bara malah akan kembali memperkosaku seperti semalam. Dan pastinya kalau sudah disentuh olehnya aku takkan mampu menolaknya. Ups.
Aku berjalan dengan mas Bara yang merengkuh pinggangku. Pemandangan pantai dan banyak turis disana mencuri perhatianku. Dari jauh bang erik melambaikan tangannya. Kulihat ia tak sendiri, disampingnya juga berdiri seorang wanita cantik khas bali memegang lengannya mesra. Aku dan mas Bara berjalan menghampirinya.
"Hai bro." Kulihat bang erik dan mas Bara beradu kepalan tangan sebagai tanda sapaan mereka.
"Abang dia siapa?" To the point aku langsung menanyakan siapa wanita itu.
"Kenalkan. Ini sekar calon kakak ipar kamu."
"Sekar." Dengan tersenyum Wanita itu mengulurkan tangannya padaku.
"Mayra." Aku membalas uluran tangannya. Kulihat sepertinya ia gadis baik-baik, tak seperti wanita-wanita sebelumnya yang pernah dekat dengan abangku yang agak brengsek itu.
"Dia wanita baik-baik kok may. Jadi jangan berpikiran buruk tentang dia okey."
"Ya ya ya. Aku tahu kok. Aku bisa membedakannya. Hanya saja aku sedikit kasihan padanya. Kenapa dia mau ya dengan abangku yang brensek ini." Aku mencubit pinggangnya gemas. Baru kali ini bang erik mengenalkan seorang wanita dengan menyebutnya sebagai calon istri.
"Ngomong-ngomong kalian hanya berdua?" Bang erik menatapku dan mas Bara bergantian. Ia memperhatikanku seperti sedang mencari sesuatu didalam diriku.
"Iya. Kenapa emang?" Ada ekspresi yang tak ku mengerti terlihat pada abangku itu.
"Tidak. Ayo kita lanjut di rumah sekar ." Bang erik dan mbak sekar mengajak kami untuk ke rumah mbak sekar.
Rumahnya tak begitu jauh dari pantai. Sangat indah. Rumah khas bali dengan posisi dekat dengan pantai itu membuat rumah ini begitu nyaman.
Aku berbincang-bincang dengan mbak sekar. Sementara bang erik sedang mengobrol dengan mas Bara di serambi depan.
"Mbak sekar sudah lama pacaran dengan bang erik?"
"Baru tujuh bulan."
"Masih baru ternyata. Mbak sekar tahu gak kalau bang erik itu sedikit berengsek?" Kulihat ia tersenyum
"Tahu. Erik sudah mengatakannya. Dan dia berjanji akan berubah. Tidak ada salahnya kan memberi kesempatan seseorang untuk memperbaiki diri." Aku manggut-manggut mendengar ucapan mbak sekar.
"Mbak sekar disini tinggal sendiri?"
"Iya. Sebenarnya ada ibu. Tapi ibu bekerja di puri dan pulang seminggu sekali."
"Jadi sering sendirian dong? Kalau aku kapan-kapan main kesini boleh?"
"Tentu boleh. Kapanpun kamu mau main. Datang saja. Dengan senang hati rumah ini menyambutmu."
"Terimakasih mbak." Aku memeluk mbak sekar. Entah kenapa aku langsung merasa dekat dengannya.
"Gue janji gue bakalan bahagiain Mayra. Gue janji gak bakalan sakitin dia apalagi sampe nyia-nyiain dia. Kalau sampe itu terjadi, gue siap loe penggal." Aku menutup mulut saat tak sengaja mendengar perbincangan kaka dan adik ipar itu.
"Gue pegang janji loe bar. Tapi untuk menggal loe gue gak berani. Gue takut sama kakek loe. Bisa-bisa cita cita gue buat hidup bahagia dengan punya banyak anak bakalan gagal. Tapi Awas aja. Kalau sampe loe nyakitin adik gue, apalagi sampe nyia-nyiain dia. Gue bakalan bawa dia pergi jauh dari loe. Dan gue akan pastiin jika dia gak akan pernah liat wajah loe lagi, jangankan wajah loe, jejak sandal loe aja gue gak bakalan biarin dia lihat."