Halwa mencintai Cakar Buana, seorang duda sekaligus prajurit TNI_AD yang ditinggal mati oleh istrinya. Cakar sangat terpukul dan sedih saat kehilangan sang istri.
Halwa berusaha mengejar Cakar Buana, dengan menitip salam lewat ibu maupun adiknya. Cakar muak dengan sikap cari perhatian Halwa, yang dianggapnya mengejar-ngejar dirinya.
Cakar yang masih mencintai almarhumah sang istri yang sama-sama anggota TNI, tidak pernah menganggap Halwa, Halwa tetap dianggapnya perempuan caper dan terlalu percaya diri.
Dua tahun berlalu, rasanya Halwa menyerah. Dia lelah mengejar cinta dan hati sang suami yang dingin. Ketika Halwa tidak lagi memberi perhatian untuknya, Cakar merasa ada yang berbeda.
Apakah yang beda itu?
Yuk kepoin cerita ini hanya di Noveltoon/ Mangatoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Halwa Ketiduran
Tepat jam 22.30 malam, Cakar pulang dengan motornya dalam keadaan sangat lelah. Sehabis pulang dari kantor siang tadi, dia bersama teman-temannya merayakan ulang tahunnya yang ke-28 di kafe miliknya.
Hampir semua teman se-letting maupun adik letting, ikut merayakan ulang tahun Cakar. Tidak lupa beberapa KOWAD adik letting berada dalam keramaian perayaan ulang tahunnya. Sebagain dari mereka ada yang memberi kado ada juga yang tidak.
Biasanya jika ada salah satu anggota yang ulang tahun di kesatuannya, maka mau tidak mau harus mentraktir makan. Kebetulan Cakar memiliki usaha kafe, jadi dia tidak perlu mentraktir teman-teman se-letting maupun adik letting di luar kafenya.
Hari itu semua menu di kafenya khusus disajikan hanya untuk mentraktir teman-temannya. Dan hari itu otomatis kafe miliknya ditutup untuk umum atau libur.
Semua kado pemberian teman-temannya ia bawa ke rumah. Padahal Cakar tidak mengharapkan kado apapun dari mereka. Kalaupun mereka memberi kado, sudah bisa ditebak dalamnya adalah benda-benda tidak asing kebutuhan saat menjadi siswa pendidikan pertama kali. Yakni sabun, odol, celana kolor, handuk kecil. Ada juga kaos kaki.
Semua kado itu walaupun harganya tidak seberapa, tapi mampu mengingatkan pada momen besar dan tidak terlupakan saat pendidikan menjadi siswa bintara.
Cakar masuk rumah dengan kunci serep yang selalu dia bawa. Saat pertama kali membawa Halwa tinggal di rumahnya, Cakar sudah mewanti-wanti, jika dia pulang melebihi jam delapan malam, maka Halwa tidak perlu menunggunya. Selain itu kunci rumah harus dicabut setelah dikunci, agar saat Cakar pulang ia tinggal membuka pintu dengan kunci serep yang dia bawa.
Cakar langsung menuju tangga. Suasana sepi begini sudah dipastikan kalau Halwa sudah terlelap. Namun, anehnya lampu ruang tengah masih menyala. Biasanya kalau lampu tengah masih menyala, itu tandanya Halwa masih menunggu dan terjaga. Padahal Cakar pernah mewanti-wanti tidak perlu menunggunya jika kepulangannya di atas jam delapan malam.
"Buat apa dia menunggu sampai selarut ini? Bukannya sudah aku ingatkan jangan sampai menunggu? Lagipula tidak ada gunanya dia menunggu, toh dia tidak akan memberikan surprise ulang tahunku. Dia sama sekali tidak akan mengingat ulang tahunku," duganya sembari mengayun langkahnya menuju tangga.
Namun, Cakar mengurungkan niatnya menaiki tangga. Wangi kuah bakso dari arah dapur yang menguar di dalam ruangan, memaksanya untuk pergi ke dapur. Jangan-jangan Halwa saat ini sedang di dapur dan menghangatkan kuah bakso yang tadi pagi disiapkan untuk sarapannya.
"Wanginya kuah bakso ini, aku jadi lapar dan ingin makan bakso. Sepertinya si Halwa saat ini sedang di dapur dan sengaja menghangatkan kuah bakso tadi pagi," duganya seraya berjalan ke dapur.
Tiba di dapur, wangi bakso itu semakin menggugah selera. Cakar tidak sabar ingin segera menyantapnya. Lampu dapur masih menyala, pertanda Halwa memang di sana.
"Halwa, kamu di sini?" ujarnya bertanya. Akan tetapi tidak ada jawaban. Cakar masih yakin kalau Halwa ada di dapur, dan dia kini mencarinya ke kamar mandi dapur. Namun, Halwa tidak ada.
"Ke mana dia? Kompor saja masih menyala," bisiknya seraya melihat ke atas kompor yang ternyata teronggok kuah bakso. Sepertinya Halwa sengaja menghangatkan kuah bakso itu untuk makan malam.
Cakar mematikan kompor itu, lalu dia membalikkan badan. Mendapati Halwa tidak ada di dapur, Cakar mengurungkan niatnya. Tadinya dia ingin menyantap bakso, tapi melihat Halwa tidak ada di sana ia tidak berselera lagi.
"Kenapa kompor ditinggalkan menyala? Kenapa si Halwa?" tanyanya sepanjang menaiki tangga. Tiba di depan pintu kamar, Cakar segera membuka pintu lebar-lebar. Bahkan lampu kamar saja masih menyala. Dugaannya Halwa memang belum tidur dan masih menunggunya.
"Halwa, kamu di mana?" teriaknya menggema seisi ruangan. Namun tidak ada jawaban. Cakar menyisir kamarnya. Rupanya Halwa tidak jauh dari situ, dia justru terbaring di atas sofa dengan sangat lelap.
Cakar menggelengkan kepalanya, kelakuan Halwa benar-benar membuat dia marah. Terlebih mengetahui kompor dalam keadaan menyala, sementara Halwa saat ini sedang terbaring dan tidur nyenyak.
"Halwa, Halwa?" teriaknya sembari menggoyang bahu Halwa kuat, sehingga saat itu juga Halwa langsung menggerakkan tubuhnya. Halwa terbangun dengan matanya yang belum melek sempurna. Sejenak Halwa mengumpulkan nyawanya untuk sadar sepenuhnya. Ketika nyawanya sudah terkumpul sepenuhnya dan matanya terbuka penuh, Halwa terkejut karena sudah didapatinya Cakar berdiri dengan wajah yang marah.
Cakar menaruh kantong yang isinya merupakan kado-kado kecil dari teman-teman di kesatuannya, dengan sedikit kasar. Ia menatap tajam wajah Halwa yang kaget.
"Mas Cakar, sudah pulang, Mas?" tanyanya dengan wajah yang masih kaget juga gugup, lalu Halwa bangkit.
"Jam berapa ini? Kenapa aku bisa ketiduran?" ujarnya terdengar menyesal.
"Ketiduran? Sejak kapan kamu ketiduran, dan sejak kapan kuah bakso kamu hangatkan di atas kompor?" Cakar bertanya dengan kening mengkerut dalam.
Halwa bukan menjawab, dia segera mengayun kakinya menuju pintu kamar sembari berujar, "Kuah bakso." Halwa terperangah seakan baru diingatkan. Langkah kakinya terhenti kala tangan Cakar berhasil menahan lengan Halwa.
"Mau ke mana? Mau matikan kompor yang sejak sore kamu nyalakan?" sengornya dengan tatap tajam. Halwa menunduk, dia merasa kebablasan dan ketiduran lalu lupa mematikan kompor sebelum naik ke kamar.
"Maaf, aku lupa, Mas. Tadi, setelah sholat isya, kuah bakso ini aku panaskan sembari menunggu kamu. Aku lupa dan ketiduran," jawabnya sejujurnya.
Cakar semakin kesal mendengar pengakuan Halwa. Dia marah karena Halwa sampai lupa menyalakan kompor lalu ditinggal ke kamar.
"Ya ampun Halwa, kamu ini bodoh banget sih. Masa iya kamu tinggalkan kompor ke kamar sedangkan kompor dalam keadaan menyala? Kamu tidak khawatir terjadi kebakaran dan menghanguskan seisi rumah ini? Mending jika hanya isi rumah ini saja yang hangus, kalau kamu ikut terbakar, apakah kamu mau?" sentaknya lagi semakin tajam menatap Halwa.
Halwa menunduk takut dengan amarah Cakar. Meskipun Cakar mengatakan akibat kompor lupa dimatikan itu bisa terjadi kebakaran dan menghanguskan rumah atau membakar dirinya, akan tetapi bagi Halwa ucapan Cakar yang menyentak ibarat intimidasi dan membuatnya takut.
"Maafkan aku, Mas. Aku benar-benar lupa. Tadi sangat ngantuk setelah menunggu Mas Cakar belum pulang-pulang," alasannya lagi dengan tubuh masih merunduk.
"Alasan. Lagipula ngapain juga kamu nunggu aku? Sudah kubilang kalau aku tidak pulang lebih dari jam delapan malam, kamu tidur saja. Tidak ada gunanya menunggu, toh aku tidak akan peduli sama kamu," tegasnya menyakiti hati Halwa.
"Aku sengaja menunggu kamu Mas dari sore tadi, hanya untuk sekedar mengucapkan selamat ulang tahun. Namun sayangnya aku kebablasan dan tertidur. Maafkan aku," tuturnya sembari berlalu keluar kamar dengan mata yang mulai berair.
Cakar tersentak, ia benar-benar kaget. Karena tidak dia duga, Halwa ternyata ingat akan hari lahirnya.
"Benarkah dia sengaja menungguku karena ingin mengucapkan selamat ulang tahun padaku?" tanyanya pada diri sendiri seraya matanya bergulir menuju bufet yang di atasnya teronggok sebuah kotak kado yang dibungkus.
"Apakah itu kado dari Halwa?" Cakar menghampiri kado itu dan membukanya. Saat dibuka, ia sangat terkejut. Kira-kira kado apa yang diberikan Halwa untuk Cakar?
Yang mau nebak, ayo komen di bawah ya.