Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Bertemu Mantan
Bab 19
Andhira melihat seorang wanita cantik berdiri menatap ke arah Argani. Dia penasaran siapa wanita itu karena belum pernah bertemu dengannya.
Argani merasa mendengar suara yang tidak asing pun menoleh. Dia terkejut ketika melihat Liana berdiri di belakang Andhira. Wanita itu masih cantik seperti dulu.
"Arga." Lagi-lagi wanita itu memanggil Argani. Kali ini dia tersenyum lebar.
"Liana?"
Meski suara Argani pelan, Andhira masih mampu mendengar suaranya. Dia tahu nama itu adalah nama wanita yang pernah menjadi istri pertama dari Argani. Tiba-tiba muncul perasaan cemas dalam hati mamanya Arya. Bayangan wanita lain dalam kehidupan rumah tangganya menjadi sesuatu yang menakutkan baginya.
Dahulu ketika Andhira menjadi istri Andhika, ada Selena yang menjadi kekasih mendiang suaminya. Kini, setelah menjadi istri dari Argani, muncul mantan istrinya.
Andhira menoleh secara bergantian kepada Argani dan Liana. Mereka sama-sama saling menatap.
"Papa ... lali!" teriak Arya dengan cadel. Dia ingin Argani menendang bola yang ada di kakinya.
Argani menoleh ke arah Arya. Bocah berwajah polos itu tersenyum sambil menunjuk bola.
Mata Liana terbelalak ketika mendengar seorang bocah kecil memanggil Argani dengan sebutan papa. Dia juga bisa melihat kalau anak laki-laki itu memiliki wajah yang mirip dengan mantan suaminya.
"D-dia a-anakmu?" tanya Liana dengan tergagap.
"Ya. Dia anakku. Dan ini istriku," jawab Argani sambil merangkul pundak Andhira.
"Ka-mu bisa punya a-nak?" Liana masih dalam mode shock.
Andhira mengerutkan kening. Dia tidak paham dengan ucapan Liana. Sejak tadi dia memerhatikan mantan istri suaminya seperti terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Argani tersenyum mengejek Liana yang seakan tidak percaya dengan apa yang sedang dilihat olehnya. Rasa sakit hati akan ucapan mantan istrinya itu masih bisa dia ingat dengan jelas.
"Papa ... Mama!" Arya menangis karena merasa diabaikan. Dia tidak suka itu.
Andhira menggendong Arya, lalu diciumi pipi gembilnya dengan gemas. Putranya paling suka diperlakukan seperti ini.
"Bagaimana bisa ...." Liana masih tidak percaya mantan suaminya bisa memiliki seorang anak.
"Kamu pikir aku tidak akan pernah sembuh. Bukannya dulu dokter sudah bilang kalau aku bisa sembuh dengan melakukan pengobatan dan terapi," balas Argani mendesis pelan agar tidak terdengar oleh Andhira.
Liana dahulu tidak percaya akan hal itu. Dokter tidak bisa memastikan Argani akan sembuh 100% dan bisa memiliki anak. Dia masih ingin memiliki anak dalam pernikahannya. Terlebih lagi, dia adalah anak tunggal dari keluarganya yang berharap kelak bisa memiliki keturunan lebih banyak.
"Bukannya dokter bilang kemungkinan sembuh 50% dan bisa saja kwalitas benih kamu menjadi buruk," ucap wanita pemilik rambut berwarna cokelat kemerahan.
"Siapa bilang? Jangan mengada-ada kamu!" Argani menunjuk muka Liana.
"Mas ...." panggil Andhira agar suaminya menjauh dari sang mantan.
Argani membawa Andhira dan Arya pergi dari sana. Dia tidak ingin hal ini bisa memicu pertengkaran mereka nantinya. Laki-laki itu mengambil alih Arya dan melingkarkan sebelah tangan di pinggang istrinya.
Liana baru pulang dari luar negeri, selama ini dia tinggal di Paris. Pekerjaannya sebagai seorang model dan desainer cukup menguras waktu miliknya. Dia dan suami barunya menjadi tidak harmonis karena kesibukan masing-masing. Akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai setelah suaminya ketahuan selingkuh.
Di dalam hatinya, Liana masih mencintai Argani. Mereka dahulu berpacaran lama. Laki-laki itu begitu sabar menunggu habis masa kontrak Liana yang bekerjasama dengan sebuah brand terkenal di dunia.
"Jika saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi, pasti aku masih menjadi istri Arga," batin Liana.
Dalam perjalanan pulang Andhira ingin bertanya kepada Argani tentang Liana. Dia penasaran apa mereka berdua masih menjalin hubungan atau berkomunikasi dengan baik satu sama lainnya.
***
Andhira menatap Argani dalam diam. Saat ini keduanya sedang duduk di atas ranjang. Dia menunggu laki-laki itu untuk memulai membicarakan tentang mantan istrinya. Namun, sampai malam dan mereka hendak tidur, tidak ada pembahasan tentang kejadian tadi sore.
"Mas," panggil Andhira.
"Hn."
"Wanita yang bertemu dengan kita di taman tadi sore itu adalah mantan istri kamu, 'kan?" tanya Andhira akhirnya mengeluarkan unek-unek yang ada di dalam hatinya sejak pulang dari taman.
"Ya. Dia hanya orang dari masa lalu," jawab Argani menutup laptopnya.
"Mas Gani sepertinya menyimpan rasa marah kepada mantan istrinya," batin Andhira.
"Walau begitu, dia pernah menjadi bagian dari hidup kamu, Mas," ujar Andhira yang saling beradu pandang dengan suaminya.
"Benar. Tidak bisa dipungkiri itu. Tapi, aku buka orang yang suka menoleh ke masa lalu. Aku lebih suka memikirkan masa depan."
"Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan kalian bercerai dahulu? Apa Mbak Liana tidak terima kalian mengalami kecelakaan ketika pergi bulan madu?" tanya Andhira.
***
Aku ucapkan terima kasih untuk kalian yang selalu langsung baca bab terbaru dan tidak menimbun bab. Jangan lupa baca bab 20 yang ceritanya greget.