Apa hal tergila yang terjadi di hidup Jessica kecuali saat suaminya berselingkuh selama tiga tahun dengan istri Noel, sahabatnya sendiri. Sementara itu di saat dia menyandang status janda cantik berkarir cemerlang, ada beberapa kandidat yang bersedia menggantikan posisi mantan suaminya:
1. Liam, sahabat sekaligus pernah menjadi pacarnya saat kuliah selama dua tahun. Greenflag parah! Jessica belum ngomong aja dia udah paham saking pekanya!
2. Noel, sahabat yang jadi korban sama seperti Jessica. Istrinya diembat suami Jessica loh!! plusnya dia punya anak cantik dan menggemaskan bernama Olivia. Jessica ngefans berat sama nih bocil~♡
3. Ferro, pengusaha kaya raya, tajir melintir, suka sama Jessica dari pandangan pertama. Rela apa aja demi membuat senang Jessica, tentunya dengan uang, uang dan uaaaang ^^
4. Delon, cinta pertama Jessica di saat SMP. Dulu Jessica saat masih aura gerhana diputusin saat lagi bucin-bucinnya. Sekarang tuh cowok balik lagi setelah Jessica punya aura subuh!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Jade Vine
Padahal belum ada sampai sebulan Jessica mabuk kemudian melakukan one night stand dengan Liam. Sekarang apa harus terjadi lagi? Itu tidak benar, kan?
“Fero … aku tanya serius dan kamu jawab jujur. Apa tadi malam kita—” Jessica hanya bisa memberikan kode lewat tatapan matanya saja. Dia yakin Fero paham apa maksudnya.
“Eum … ya. Telah terjadi sesuatu tadi malam,” aku Fero.
“Oh, no!” Jessica terduduk di atas sofa sambil memegang kepalanya. “Mana mungkin? Itu sama sekali nggak mungkin kan, Fero? Kita nggak mungkin tidur bareng tadi malam. Aku terlalu mabuk jadi aku lupa apa yang sudah terjadi!” sesal Jessica.
“Ha?” Fero baru sadar dengan pertanyaan Jessica. Buru-buru dia mengibaskan tangan sambil tertawa pelan. “Tidak, Jess. Bukan tidur bareng. Itu tidak terjadi!” sergahnya cepat.
“Ha? Tidak?” tanya Jessica yang ekspresinya langsung berubah bingung. “Tapi, kamu bilang—”
“Ya, kubilang memang terjadi sesuatu tapi tidak tidur bareng.”
“Oh ya? Lalu apa?” Jessica semakin bingung meskipun dalam hatinya sangat lega.
“Kamu mabuk berat tadi malam. Kamu menari-nari di lobi sambil menyanyi dan itu … lumayan mengganggu beberapa tamu,” cerita Fero.
“Oh, shit!” Jessica semakin malu mendengar cerita itu. Rasanya sekarang dia lebih memilih one night stand dengan Fero daripada mempermalukan dirinya seperti itu.
“Aku mengantarmu ke kamar. Kemudian kamu melanjutkan tarianmu yang aku tidak tahu berasal dari daerah mana tarian itu,” kata Fero terkekeh.
“Oke, stop!” Jessica menutup wajahnya karena terlampau malu.
“Hahahaha. Santai saja. Itu kan memang sering terjadi pada orang yang sedang mabuk. Banyak kan yang ketika mabuk mereka malah membuka baju di tempat umum,” kata Fero.
“Ya, aku tahu.”
“Dan kamu harus bersyukur karena hanya di depanku saja kamu melakukan itu.”
“WHAT!” Jessica membelalak kaget. “Jangan bilang aku buka baju … di depan kamu?”
Fero mengangguk tenang bahkan terlihat memang dia sudah biasa menghadapi tamu absurd yang mabuk.
“ASTAGA!” Jessica menjambak rambutnya. Mengutuk kebodohannya yang terlalu berlebihan mengkonsumsi alkohol.
“Tenang, Jess. Kamu tidak membuka semuanya. Hanya sebagian saja.”
“Maksudmu?”
“Hanya bagian atasnya saja. Aku tidak melihat bagian bawah,” jujur Fero.
“Gosh! Fero!” Mata Jessica membelalak kaget.
“Hahahaha. Tapi, saat kamu ingin menunjukkan itu, aku langsung pamit keluar. Dan setelahnya ….” Fero memerhatikan sekeliling kamar Jessica. “Sepertinya kamu sedang kesurupan,” candanya.
Jessica akhirnya tertawa juga. Ia malu sekarang tapi karena Fero berterus terang dengan ekspresi tenang seperti itu, dia tidak terlalu peduli lagi.
“Oke, Jess. Sudah cukup interogasinya. Kamu harus sarapan dan minum penawar pengar itu sebelum kepalamu semakin sakit,” saran Fero.
“Okay.” Jessica tersenyum hangat. “Makasih banyak ya, Fero.”
“Sama-sama. Nanti kalau butuh guide untuk melihat-lihat pulau, kamu bisa hubungi aku.”
Jessica mengangguk paham. Fero keluar kamar Jessica setelah memberikan senyum terbaiknya.
“Hhh … yaaa, setidaknya dia tidak melihatku melakukan tari perut saat tanpa pakaian. Takutnya dia tidak bisa menjaga nafsunya,” gumam Jessica yang mulai mencicipi sarapan sepsial dari Fero.
***
“Katanya di sini ada rumah kaca?” tanya Jessica pada Fero.
Ia memutuskan untuk meminta Fero memandunya melihat-lihat pulau yang terkenal dengan keindahannya itu. Sementara kamarnya yang seperti kapal baru saja ditembak meriam itu sedang dibersihkan oleh bagian housekeeping.
“Ya. Kita punya rumah kaca dengan beberapa taman botani di dalamnya,” jawab Fero.
Mereka berdua berjalan mengikuti petunjuk menuju rumah kaca. Jaraknya lumayan jauh dari resort sehingga perlu beberapa menit untuk mereka berjalan kaki.
Mereka berdua semakin dekat dengan tempat tujuan. Sudah mulai terlihat banyak dedaunan hijau dan bunga-bunga dengan warna cerah.
“Wah … benar-benar seperti surga,” kata Jessica senang.
Ia melihat sebagian bunga dan tanaman diberi label yang menjelaskan nama dan jenis tanaman. Wangi bunga mawar yang memabukkan mulai tercium di udara. Seolah membawa Jessica ke tempat yang penuh keajaiban. Dia tidak pernah berada di tempat seperti ini.
“Ini dia tempat terbaik di Seasort. Welcome,” ucap Fero ketika mereka sudah berada di akhir jalan setapak.
Area yang lebih sempit dan rapat, dengan sebuah gazebo dan rumah kaca yang penuh dengan bunga-bunga indah.
“Speechless. Tempat ini benar-benar menakjubkan!” seru Jessica dengan senang. Ia merasa seolah tengah ditarik sebuah gravitasi untuk masuk ke dalam rumah kaca.
Ketika berjalan di dalamnya, mereka berdua dikelilingi oleh udara yang lembap dan bunga-bunga yang harum.
Tanpa ada orang lain yang berada di sana, suasananya sunyi dan damai, luar biasa menenangkan. Sebenarnya Jessica bukan tipe perempuan yang terlalu suka dengan bunga, tapi kali ini dia tidak bisa berhenti mencium satu persatu wangi bunga-bunga eksotis yang mekar.
“Ini seperti hidden gem,” ucap Jessica tersenyum sendiri.
“Kamu senang berada di sini, Jess?” tanya Fero yang ikut tersenyum.
“Sangat senang. Rasanya aku ingin memperpanjang cutiku menjadi satu bulan agar bisa berada di tempat ini. Tapi, itu tidak mungkin,” ujarnya seraya tertawa kesal.
“Kapan-kapan kamu bisa kesini lagi. Resort ini pasti merindukanmu,” jawab Fero dengan suara lembut.
Jessica yang tadinya tertawa langsung berubah menjadi senyum salah tingkah. Fero sepertinya memang ahli membuat dirinya berdebar. Mungkin bukan karena perasaan suka, hanya sebatas mengagumi kepribadian lelaki itu.
“Eum … apa ada bunga yang paling spesial di sini?” tanya Jessica berusaha mengalihkan perhatian mereka dari suasana yang mendadak canggung.
“Ada satu yang spesial.” Fero membimbing langkah Jessica untuk masuk ke bagian tengah rumah kaca. “Ini dia. Namanya Jade Vine. Biasanya sering tumbuh di hutan hujan tropis Filipina.”
“Wow!” Jessica terpana melihat bunga yang baru pertama kali dia lihat. Tanaman ini memiliki bunga berwarna hijau kebiruan yang unik dan langka. “Ini benar-benar bunga paling eksotis menurutku!”
Fero tersenyum puas karena ternyata Jessica menyukai bunga andalan resortnya. Ia membiarkan Jessica mengambil foto selfie dengan bunga tersebut.
“Terima kasih karena sudah mengajakku ke tempat ini,” ucap Jessica sungguh-sungguh.
“Sama-sama. Semoga kamu menyukainya dan ingin kembali kesini,” jawab Fero.
“Pasti. Aku pasti akan kembali,” katanya dengan tulus.
Fero hanya mengangguk. Ia menatap dalam Jessica begitu juga dengan perempuan itu. Entah ada magnet apa, tiba-tiba saja mereka berdua merasa saling tertarik satu sama lain. Jantung Jessica kembali berdegup kencang setiap matanya bersirobok dengan netra Fero.
Tiba-tiba saja tanpa bicara sepatah katapun Fero menyelipkan jarinya ke belakang kepala Jessica dengan pelan, hati-hati dan tanpa keraguan sama sekali. Ia menarik wajah Jessica lalu bibir mereka bersentuhan.
Jessica tidak memberikan penolakan sama sekali. Ia merasa seakan di sekeliling mereka banyak kupu-kupu beterbangan menyatu dengan gairahnya pada pria yang telah berhasil menggoda hasratnya. Berciuman dengan Fero seketika membuat tubuhnya seolah-olah meleleh ke dalam kolam yang indah dipenuhi kelopak bunga. Akal sehat Jessica mulai hilang. Ia tak peduli apapun kecuali menikmati ciuman yang lembut dan tenang itu.
***