NovelToon NovelToon
AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN

AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Angst
Popularitas:266.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Tega kau Mas! Ternyata pengorbanan ku selama ini, kau balas dengan pengkhianatan! Lima tahun penantianku tak berarti apa-apa bagimu!”

Nur Amala meremat potret tunangannya yang sedang mengecup pucuk kepala wanita lain, hatinya hancur bagaikan serpihan kaca.

Sang tunangan tega mendua, padahal hari pernikahan mereka sudah didepan mata.

Dia tak ubahnya seperti 'Habis manis sepah di buang'.

Lima tahun ia setia menemani, dan menanti sang tunangan menyelesaikan studinya sampai menjadi seorang PNS. Begitu berhasil, dia yang dicampakkan.

Bukan hanya itu saja, Nur Amala kembali dihantam kenyataan pahit. Ternyata yang menjadi selingkuhan tunangannya tidak lain ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

“Kenapa diam mantan besan? Kemana perginya sikap arogan mu tadi?” Mak Syam terus mencecar bi Atun.

“Sia_pa yang berminat dengan harta tak seberapa mu itu. Aku hanya membela hak menantu ku!" kilah bi Atun ketus, menyembunyikan rasa gugupnya.

“Nirma kau dengar ‘kan? Ibu mu tak mengakui mu lagi. Jelas-jelas aku sekarang besannya,” bi Atun mencoba memprovokasi Nirma.

Napas Nirma memburu dengan kedua telapak tangan mengepal di sisi tubuhnya. Jelas dia malu sekali.

Lain halnya Mak Syam yang masih terlihat begitu tenang. Amala pun hanya menjadi penonton saja begitu pula dengan Agam yang berdiri beberapa langka dari mereka.

“Ya kau benar Atun. Kalau boleh meminta dan waktu dapat diputar ulang, aku akan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar tidak dikaruniai anak seperti dia. Suka cita kami menyambutnya, penuh kasih dalam mendidik serta merawatnya, begitu dewasa … sampai hati ia mencoreng kening kami dengan arang.” Mak Syam menunjuk wajah Nirma yang berdiri di apit Yasir dan bi Atun.

“Sungguh tak berhati dirimu, Syamsiah!” cemooh bi Atun menyebut nama lengkap besannya.

“Siapa disini yang tak berhati, Atun? Kalian yang gila harta, tahta, memandang orang lewat kasta, tetapi kelakuan kalian layaknya orang tak mengenyam bangku sekolah. Kau juga seorang ibu 'kan? Seandainya saja anak gadismu dicampakkan begitu saja oleh keluarga calon mertuanya, bagaimana perasaanmu?” tatapan mata Mak Syam begitu tegas, ia masih menjaga suaranya tetap rendah.

Sekujur tubuh bi Atun terlihat kaku, lidahnya ikutan kelu. Sekedar menyangkal saja ia tak mampu apalagi membalas. Netranya sibuk melirik ke kanan-kiri guna memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan ini.

“Itu belum seberapa bila dibandingkan dengan pengkhianatan anakmu dengan adik kandungnya Amala. Yang lebih menjijikan lagi, kau dan juga keluarga besar mu mendukung perbuatan tak bermoral itu!” sambung Mak Syam, intonasi suaranya berhasil menarik perhatian beberapa orang yang tidak jauh dari posisi mereka. Kasak kusuk pun langsung terdengar.

“Kenapa kau sekarang diam? Bisu? Baguslah. Jika kau masih bersikeras mengoceh, aku nggak akan segan-segan membuka aib keluarga. Tak mengapa kami juga mendapatkan malu, biar setimpal.” Mak Syam menggenggam jemari Amala yang mengelus punggung tangannya.

“Buk, sudah! Ayo kita pulang! Jangan buat malu. lihatlah banyak orang yang sudah mencibir kita.” Yasir merangkul pundak ibunya, sedikit menyeret.

Nirma menatap benci ibu dan kakaknya, tetapi dia tak berani bersuara. Yang bisa dilakukan hanyalah mengekor di belakang suaminya.

“Orang kaya macam apa itu, rakus iya. Nggak bisa lihat harta orang lain. Segala cara pun ditempuh demi menguasai yang bukan miliknya!”

“Huu! Lagaknya udah seperti Nyonya gedongan, padahal aslinya kere!”

Brak.

Bi Atun membanting keras daun pintu mobil, hatinya memanas layaknya bara api. Betapa malunya ia disoraki para ibu-ibu.

‘Awas kau Syam! Tunggu pembalasanku!’ batinnya mengancam.

“Nak Agam, terima kasih banyak atas bantuannya. Berkat Nak Agam, semuanya menjadi mudah dan cepat selesainya,” Mak Syam menatap segan sosok dihadapannya.

“Sama-sama, Mak Syam. Kalau gitu saya permisi ya.” Agam menaiki Honda GL Pro, lalu berlalu dari sana sambil membunyikan klakson pelan.

Mari Ibu-ibu, kami pulang dulu ya,” Mak Syam dan Amala pun pamit, para warga tersenyum ramah dan beberapa orang memberikan kata-kata penyemangat. Mereka mengenal baik Mak Syam dan juga Amala.

.

.

Malam hari selepas sholat isya.

Amala memijat kedua kaki ibunya, mereka sedang bercengkrama di ruang tamu. Duduk di atas tilam dari ranjang Mak Syam. Sejak semalam Amala tidur di sini, kamarnya sudah tidak ditempati dan dijadikan gudang.

“Mak, bukan maksud hati mau menggurui. Namun, tidak seharusnya mamak berkata begitu kejam kepada Nirma. Kendatipun dia salah, tetap saja ia bagian dari keluarga kita,” lirih Amala, dia sedikit merasa kasihan melihat adiknya tidak diakui.

Mak Syam menghembuskan napas panjang, netranya menatap pigura almarhum suaminya.

“Bila kelembutan tidak lagi mampu menyentuh dasar hatinya, sudah sepantasnya kata-kata menusuk menghujam jantungnya. Mudah-mudahan saja adikmu itu merenungi makna dari ucapan Mamak.”

“Salah kita juga yang terlalu memanjakannya, tidak pernah menunjukkan betapa susahnya mencari uang. Setiap keinginannya segera diwujudkan, bahkan kita sering menahan lapar demi perutnya kenyang. Rela hutang sana-sini supaya dia tak terlambat bayar uang sekolah,” lirih Mak Syam, setitik air mata jatuh membasahi telapak tangan Amala yang ia genggam.

“Mak ….” Amala merengkuh bahu ibunya. Benar adanya kalau mereka begitu memanjakan Nirma, bukan hanya mengutamakan kebutuhannya tetapi juga setiap keinginannya.

Mak Syam menepuk lembut lengan yang melingkar tubuhnya. “Sudahlah Nak. Semoga setelah ini segala sesuatunya menjadi lebih baik lagi … ayo tidur! Bukannya besok pagi kau mau pergi ke ladang?”

Amala mengangguk, lalu mereka berbaring saling memeluk menguatkan di atas tilam yang kapuknya tidak lagi mengembang.

.

.

Malam pun berlalu digantikan oleh pagi hari. Langit sudah terlihat terang, kicauan burung terdengar merdu menyambut hari yang baru.

Sepanjang jalan menuju ladangnya, Amala terus bersholawat. Tak berselang lama ia sampai.

Mata yang tadi penuh binar hangat, seketika berkaca-kaca. Wajah Amala pucat pasi, sekujur tubuhnya bergetar lalu luruh di atas tanah.

“Astaghfirullah! Bagaimana bisa …?!” Amala memekik tertahan.

Hamparan berwarna hijau tanaman cabai berbuah lebat yang sebelumnya selalu memanjakan mata, kini terlihat tak berbentuk lagi. Dari ribuan pohon tak satupun yang berdiri kokoh, semuanya tumbang.

“Ya Allah, cobaan apa lagi ini?” Amala menunduk, memungut cabang cabai yang buahnya pada patah.

Lenyap sudah hasil panen yang begitu ia nantikan untuk biaya hidup kedepannya setelah tak lagi bekerja sebagai penyadap karet. Jelas ia gagal panen.

Terseok-seok kakinya mengumpulkan batang yang tercabut sampai akar maupun patah dahan.

Tak dihiraukan teriknya matahari, Amala duduk di tanah tanpa alas, sambil menangis ia memetik serta memilah buah cabai lalu memasukkan ke dalam karung yang selalu ada dalam tas nya.

“Astaghfirullah! Amala kenapa ladang cabai mu bagaikan diterjang angin topan?” Dhien melangkah cepat mendekati Amala.

“Gak tahu, Dhien. Sepertinya semalam kawanan Babi hutan masuk ke sini dan memporak-porandakan kebun ku,” jawab Amala pasrah, tadi ia melihat banyak jejak kaki Babi hutan.

“Bagaimana bisa Celeng masuk sini?” kening Dhien mengernyit dalam. Kemudian dia berdiri mulai mencari jejak lain.

“Iya, ya. Rasanya tak mungkin bila Babi tiba-tiba masuk begitu saja?” Amala bergumam lirih.

Di ladangnya tak ada tanaman singkong maupun umbian yang begitu disukai oleh Babi.

Amala juga banyak memasang penangkal seperti; kain di lumuri kapur wewangian, lonceng, dan orang-orangan sawah. Semua itu berguna untuk menakuti Babi hutan.

“Amala lihatlah apa yang ku bawa ini!” Dhien menjatuhkan beberapa biji singkong dan ubi rambat yang tidak habis dimakan Babi.

“Ada yang sengaja melemparnya, kain dan wewangian yang kau pasang pun banyak yang hilang. Dapat dipastikan ini ulah seseorang, dia sengaja memancing binatang liar itu masuk dan merusak ladang mu,” sambung Dhien.

\*\*\*

“Ha ha ha … Mampus! Itu akibatnya bila berani mempermalukan aku didepan umum! Rasakan kau Syamsiah!” bi Atun tertawa kencang.

“Bener, Mbak. Puas sekali saat melihat Amala menangis sambil memetik buah cabai nya yang sudah tak berbentuk lagi … ha ha ha,” sang adik ikut tertawa.

Mereka lah dalang utama dalam perusakan ladang Mak Syam sampai gagal panen. Sore hari saat para warga sudah pulang dari kebun mereka, adiknya bi Atun datang dan melempar berkilo-kilo singkong serta ubi rambat. Mencabut kain dan lonceng lalu membuangnya. Aksi itu tentu saja atas perintah sang kakak yang dendam kepada Mak Syam.

“Buk … Ibuk!” Yasir memasuki rumah sambil berteriak.

Bi Atun sampai terlonjak. “Ada apa sih, Nak?”

“Ladang kita kebakaran, Buk! Akibat keteledoran Bapak, kebun yang bersebelahan dengan ladang kita ikutan ludes!” Yasir berseru nyaring, keringat dingin membasahi pelipisnya.

Bruk.

Mbak ...?!”

“Ibuk …?!”

.

.

Bersambung.

1
Nisa Ramadani
wkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk
bu bidan mati kutu
charis@ŕŕa
jangan bergantung dong lanjut gemes q
Ciebungsu Bungadesa Ygtrsendiri
lanjuuuuuuut othor lanjuuuuuuut 😆😆😆😅
Cublik: Tak mencari wangsit dulu, Kak😆
total 1 replies
Ciebungsu Bungadesa Ygtrsendiri
dengan amal gitu dek tia biar bidan rani langsung kejang kejang 😆😆
Cublik: Macam orang kesurupan 😆😆
total 1 replies
Dewi Eka
Aduh thor bikin penasaran sih
Cublik: Biar kangen selalu dengan Amala dan Bang Agam Kak ✌️😁🥰
total 1 replies
Irma
hhmmm di gantung
Cublik: Biar kangen terus Kakak nya 🙏✌️❤️
total 1 replies
Watini Salma
haduh kok ngegantung sih, penasaran kan jadi nya
Cublik: Biar kangen Kak dengan Amala dan lainnya 😁✌️🥰
total 1 replies
Jeng Ining
dn perlu bu bidan ketahui pawang mreka cm bang Agam sbg abang kesayangan 4 sekawan, bu bidan ga akan mampu menjinakkan mreka😂😂😂
Cublik: Ini yang paling bener👏😂
Sebandel-bandelnya Meutia, Wahyuni, Dhien, Amala ... akan takut dengan suara tegas Agam. Selain itu los doll mereka 😂
total 1 replies
kaylla salsabella
dengan bidan Rani
Cublik: Habislah Rani😁
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
mampus tuh si suster ngesod bakalan kebongkar nih kebohongan dia selama ini.... 😂😂😂😂😂
Cublik: Hahahaha 😆😆😆
total 1 replies
Triana Mustafa
nonton pasar malam dengan....Nini nagarunting
Cublik: Serial kesayangannya Ayek itu😁
total 1 replies
AmndaCans
lanjuttttt👍🏻👍🏻👍🏻
Cublik: Siapp 🔥🥰
total 1 replies
Yuliana Tunru
siap2 rani sembunyikan lah wajah kau di dlm tempayan biar malu mu bisa hilang krn dusta ..mutia mng the best..
Cublik: Belum tentu Kak, orang macam itu biasanya udah putus urat malunya 😁
total 1 replies
Satri Eka Yandri
hhhhmmmm di gantung..😏
Cublik: Sabar ya Kakak 💜
Biar kangen selalu dengan Amala dan Bang Agam 🙏😊❤️
total 1 replies
Arieee
bidan Rani 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 siap menanggung malu ya
Cublik: Kehilangan muka Dia 😁
total 1 replies
Sunaryati
Meutia dan Dein, benar- benar mengerjai Bidan Rani. Masa Bidan di wilayahnya sendiri tak dihormati karena tabiatnya sendiri
Cublik: Jelek betul tabiat mereka 😁
total 1 replies
Ani
ceritanya bagus sekali... sukses ya kak
karya ini luar biasa
Ani: sama sama
Cublik: Terima kasih banyak Kak 🙏❤️
Terima kasih atas dukungan luar biasanya 🙏❤️❤️🥰
total 2 replies
Dedeh
klop meutia sama Dhien kombinasi sempurna buat jadi partner jatuhin mental 🤭
Dedeh: visual Agam kok aku kebayang nya mirip Oka Antara 🤭
Cublik: Gak ada lawan mereka berdua 😁😆
total 2 replies
Lala Kusumah
cepat sembuh Amala... lanjuuuuuuuuuuutttt
Cublik: Aamiin ... ucap Amala 🥰
total 1 replies
jekey
mana nextny thor
Cublik: Kembali kasih Kak ❤️🥰
jekey: makasih othor/Determined//Determined/
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!