Catharine Briana Wilson dan Cathalina Andromeda Wilson adalah saudara kembar identik yang sengaja dipisahkan sejak bayi oleh sang ibu
Catharina yang tinggal bersama orang tuanya harus menghadapi kepahitan hidup setelah sang ibu meninggal dunia dan ayahnya menghadirkan ibu tiri untuknya
Memiliki ibu tiri yang jahat, adik tiri teratai putih dan ayah jenderal bajingan, Cathalina yang mengantikan posisi sang kakak yang dibunuh pada saat pernikahannya berniat membalas dendam
Menginjak-injak mereka dan menjadikan mainan! Mata dibalas dengan mata !
Memiliki suami yang lumpuh dan kejam,Cathalina akan membuatnya bertekuk lutut dan membayar semua penghinaan yang diberikan lelaki tersebut kepada sang kakak.
Putri yang luar biasa dengan berbagai macam keahlian yang akan menggemparkan kekaisaran Lunox.
Bahkan kaisar membutuhkannya untuk bertahan hidup dan mengamankan singhasananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEGADUHAN MALAM HARI
Suasana penuh ketegangan menyelimuti aula samping istana Benedict begitu Marquess Betrand bersuara.
“Meminta penjelasan!”
“Ingin mendisplinkan!”
“Omong kosong!”
Begitu tiga kalimat itu diucapkan, raut wajah Marquess Betrand dan istrinya pucat pasi, udara disekitar pun semakin turun membuat semua orang menggigil ketakutan.
Marchioness Sandra yang melihat jika sang suami terdiam membisu, segera mencubit pahanya sendiri dengan keras, sehingga air mata langsung mengalir dipipinya
“Yang Mulia, hamba meminta keadilan untuk anak hamba yang telah diracuni oleh sang Putri ”, ucapnya sambil berderai air mata.
Diapun segera menceritakan bagaimana lemahnya kondisi Arin dan tersiksanya putrinya itu saat ini.
Sudah banyak dokter dia panggil, bahkan dokter kekaisaran pun sudah datang memeriksa,namun tak ada satupun yang bisa menyembuhkannya sehingga dia segera meminta Raja Dexter agar Catharine memberikan penawarnya .
“Apa buktinya jika sakit yang diderita oleh putrimu adalah ulah istriku?”, tanya Raja Dexter tajam.
Marchioness Sandra sedikit gelagapan karena dia sama sekali tak memiliki bukti apapun, dan semua ini hanyalah praduganya saja.
“Ada bukti? ”, Raja Dexter berkata sambil menatap Marchioness Sandra tajam, membuat wanita itu kesulitan untuk menelan ludah.
“I-itu Yang Mulia...”, ucap Marchioness Sandra gugup.
“Tanpa bukti, aku bisa menuntutmu karena berani berani memfitnah keluarga kerajaan!”, ujarnya dengan nada tinggi.
Semua hal yang Raja Dexter ucapkan membuat tubuh Marchioness Sandra menggigil ketakutan.
Raja Dexter mengabaikan Marchioness Sandra dan kini beralih menatap Marquess Betrand yang sedari tadi diam membisu.
“Lalu kamu, penjelasan apa yang kamu minta?”
“Apa ini berkaitan dengan rumor yang ada, mengenai bagaimana kamu ditampar hingga pingsan oleh sang Putri?”, tanyanya penuh cemohan.
Kedua tangan Marquess Betrand terkepal erat, mencoba menahan rasa malu dan amarah yang menggerogoti hatinya.
Apa yang perlu dia tanya?
Semua orang yang mendengar jika dia, seorang jenderal besar pingsan hanya karena satu tamparan dari anak perempuannya, betapa malunya.
Dan kini, dia meminta penjelasan dari Raja Dexter!
Apa yang bisa diharapkannya!
Semua kata yang sudah disusun oleh pasangan suami istri ini seolah lenyap tanpa bekas dan mereka tak bisa berkutik berhadapan langsung dengan Raja Dexter yang telah mengeluarkan aura intimidasi sejak pertama kali masuk.
“Jika tidak ada hal lain, kalian bisa pergi karena aku ingin segera beristirahat ”, ujar Raja Dexter yang langsung memberi isyarat kepada Derreck untuk mendorong kursi rodanya masuk.
“Yang Mulia...”
Ucapan Marchioness Sandra terhenti begitu satu tangan Raja Dexter terangkat.
“Jika merasa tak puas, kamu bisa membawa masalah putrimu ke pengadilan”, ujarnya dengan nada dingin.
Marchioness Sandra hanya bisa mencengkeram ujung gaunnya dengan erat sambil menatap tajam punggung Derreck yang mendorong kursi roda Raja Dexter menghilang dibalik tembok.
Bukan ini yang dia inginkan?
Bukan hanya tak mendapatkan hasil apapun, keduanya bahkan tak bisa mengungkapkan keluh kesah yang ada dihati mereka.
Aura intimidasi Raja Dexter sangat kuat, hingga semua kata-kata yang telah mereka susun, buyar seketika.
Catharine yang mengamati dan mendengar semua percakapan mereka dalam diam sama sekali tak tergerak hatinya meski Raja Dexter hari ini telah banyak berbuat baik untuknya.
Dia tak minta, jadi bagi Catharine tak ada alasan baginya untuk berterimakasih kepada suami kakak kembarnya itu.
Catharine yang masih belum mengantuk dan merasa bosan, segera berkeliling istana sambil sesekali mengangguk, membalas sapaan para prajurit yang sedang berpatroli hingga kakinya tiba dihalaman paviliun utama.
“Bukankah ini halaman kediaman wanita ular itu”, gumannya lirih.
Catharine yang merasa bosan dan penasaran akan apa yang dilakukan Selir Daysi malam –malam begini segera menyelinap tanpa suara, mencari letak dimana wanita ular tersebut tinggal.
Didalam kamarnya, Selir Daysi yang masih terjaga segera mengambil boneka kain kecil dengan nama Catharine tertulis diperutnya.
Dengan jarum yang ada ditangannya, Selir Daysi pun mulai menusuk-nusuk semua bagian tubuh boneka tersebut mulai dari kedua mata, mulut, hidung, tangan dan kedua kaki dengan kekuatan penuh.
“Matilah kau!”
“Terkutuk kamu Catharine!”
“Aku akan membuatmu buta!”
“Membuatmu Tuli!”
“Membuatmu lumpuh!”
“Hingga kamu benar-benar menjadi sampah yang sesungguhnya!”
Selir Daysi seperti orang gila, terus menusuk boneka kain tersebut dengan jarum, seolah yang ada dihadapannya itu adalah Catharine.
Ini semacam ilmu sihir yang sangat efektif dimana seseorang bisa membunuh lawan yang tidak mereka sukai secara diam-diam tanpa mengotori tangan.
Semua yang Selir Daysi lakukan dan gumankan tak lepas dari tatapan Catharine yang sedari tadi mengintip, mengawasi pergerakannya.
“Wanita itu sudah gila hingga bermain boneka voodoo didalam istana”, batinnya syok.
Semua orang tahu, penggunaan ilmu sihir jahat seperti ini sangat dilarang di kekaisaran Lunox dan jika terungkap tak ada yang bisa menolongnya dari hukuman penggal.
Dan sekarang Catharine menemukan Selir Daysi melakukan hal terlarang itu dan senyum licik terbit diwajahnya.
"Bodoh! Apa yang dia lakukan tak berefek apapun padaku. Namun, hal itu akan kujadikan senjata nanti", batinnya bermonolog.
Catharine yang merasa menghukum Selir Daysi dengan cepat tak begitu menarik pun segera meninggalkan paviliun utama dan keluar dari istana Benedict.
Tujuan utamanya malam ini adalah kediaman Wilson. Dia ingin menyaksikan drama menarik disana sehingga diapun melompat dengan cepat seperti angin.
Dikediaman Wilson,
Arin yang kondisinya lemas pun beberapa kali pingsan hingga membuat dokter keluarga mereka standby ditempat untuk memastikan jika kondisi nona muda kedua Wilson tersebut terselamatkan.
Sementara Adelia, yang saat berjaga di depan kamar sang kakak tiba-tiba saja merasa tubuhnya sangat gatal hingga dia terus menggaruk-garuk seperti monyet.
Dokter keluarga yang kebetulan melihat pun segera memeriksanya dan mengatakan jika nona ketiga keluarga Wilson tersebut salah makan hingga alerginya kambuh.
Marchioness Sandra yang baru tiba dikediaman dengan hati buruk, begitu mendapatkan laporan dari pelayan pribadinya jika putri bungsunya mengalami ruam diseluruh badan bahkan wajah cantiknya penuh dengan bintik-bintik merah membuatnya murka.
“Bodoh! Apa yang sebenarnya kalian kerjakan hingga semua makanan yang anakku makan bermasalah!”, teriaknya penuh amarah.
Marchioness Sandra menduga jika pelayannya lengah hingga racun yang seharusnya dimasukkan kedalam makanan Catharine malah salah dan berakhir dimakanan Arin.
Dan sekarang, Adelia yang alergi udang, mengalami gatal-gatal yang parah. Untungnya dokter keluarga ada dirumah sehingga ketika alerginya kambuh langsung bisa ditangani sebelum hal serius terjadi.
Untuk melampiaskan semua kekesalan hatinya, semua pelayan yang bertugas didapur dia hukum cambuk, terutama sang koki yang dianggap lalai.
Catharine yang menyaksikkan kekacauan tersebut tersenyum senang, seolah apa yang terjadi merupakan tontonan menarik malam ini.
Melihat lampu didalam kamar Adelia mulai redup, Catharine yang masih belum puasa mengerjai adik bungsunya itu menyelinap masuk.
Sambil mengendap-endap, Catharine menaburkan bubuk gatal diselimut, sprei dan pakaian yang digunakan oleh Adelia secara hati-hati agar tak membuat adiknya itu bangun.
“Aku tak rela kamu tidur nyenyak malam ini setelah meminum obat”, batinnya menyeringai kejam
Adelia yang merasa lengannya gatal mulai menggaruknya, hal itu membuat badannya bergerak dan semakin dia bergerak maka rasa gatal itu semakin menjadi-jadi karena bubuk gatal yang Catharine taburkan semakin merata diseluruh tubuhnya.
“Apa ini? Aaargh! Gatal!”, teriak Adelia sambil menggeliat seperti cacing kepanasan ditempat tidur dan tak lupa kedua tangannya sibuk menggaruk badannya yang gatal disemua sisi.
Pera pelayan yang berjaga pun segera memanggil dokter dan sebagian yang tinggal berusaha untuk menghentikan tindakan Adelia agar tak menggaruk badannya, terutama wajahnya agar nanti tak meninggalkan bekas luka disana.
Dokter keluarga yang kembali dipanggil menyarankan agar Adelia mandi dan berendam didalam air hangat yang sudah dicampuri obat tanpa semua orang tahu jika dalam bak mandi tersebut juga telah Catharine beri obat yang nanti justru akan membuat kulit Adelia terasa sangat gatal dan panas hingga melepuh.