Felicia, seorang mahasiswi yang terjebak dalam hutang keluarganya, dipaksa bekerja untuk Pak Rangga, seorang pengusaha kaya dan kejam, sebagai jaminan pembayaran utang. Seiring waktu, Felicia mulai melihat sisi manusiawi Pak Rangga, dan perasaan antara kebencian dan kasih sayang mulai tumbuh di dalam dirinya.
Terjebak dalam dilema moral, Felicia akhirnya memilih untuk menikah dengan Pak Rangga demi melindungi keluarganya. Pernikahan ini bukan hanya tentang menyelesaikan masalah utang, tetapi juga pengorbanan besar untuk kebebasan. Meskipun kehidupannya berubah, Felicia bertekad untuk mengungkapkan kejahatan Pak Rangga dan mencari kebebasan sejati, sambil membangun hubungan yang lebih baik dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi'rhmta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
- Bulan Madu di Pulau Dewata
Hari-hari menjelang pernikahan Rangga dan Lusi dipenuhi kesibukan. Undangan sudah terkirim, lokasi sudah didekorasi, dan vendor-vendor sudah siap. Hanya satu hal yang belum mereka putuskan: kue pernikahan.
Rangga dan Lusi berada di sebuah toko kue terkenal. Berbagai macam kue pernikahan dengan desain yang unik dan menarik terpampang di etalase.
"Sayang, aku suka yang ini!" seru Rangga, menunjuk ke sebuah kue dengan desain kastil yang megah. "Mewah dan sesuai dengan tema garden rustic kita!"
Lusi tertawa. "Rangga, itu bukan garden rustic! Itu kastil! Lagipula, kita tidak perlu kue yang sebesar itu. Nanti tidak habis!"
Rangga cemberut. "Tapi kan sayang, kue pernikahan itu ikonik! Harus yang besar dan megah!"
Lusi menunjuk ke kue lain yang lebih kecil, dengan desain sederhana namun elegan. "Yang ini lebih cantik, Rangga. Dan lebih sesuai dengan budget kita."
Rangga masih ragu. "Tapi kastilnya... aku suka kastilnya!"
Lusi mencubit pipi Rangga dengan gemas. "Baiklah, kita buat kompromi. Kita pilih kue yang bentuknya seperti rumah pohon, ya? Garden rustic, tapi tetap unik!"
Rangga tertawa. "Rumah pohon? Ide bagus! Lebih romantis daripada kastil!"
Mereka akhirnya memilih kue pernikahan dengan desain rumah pohon yang unik dan cantik. Proses pemilihan kue pernikahan memang penuh tantangan, namun juga menyenangkan dan penuh dengan tawa. Mereka belajar untuk saling berkompromi dan menghargai pendapat satu sama lain.
Persiapan pernikahan mereka memang penuh dengan tantangan kecil, namun mereka tetap menikmati setiap momennya, karena mereka tahu bahwa ini adalah langkah awal menuju kehidupan baru mereka bersama. Mereka berdua saling mendukung dan saling menguatkan, membuat ikatan mereka semakin kuat dan tak tergoyahkan. Dan yang terpenting, mereka selalu bisa tertawa bersama di tengah kesibukan persiapan pernikahan.
Hari pernikahan Rangga dan Lusi akhirnya tiba. Suasana di pagi hari dipenuhi dengan kesibukan dan kegembiraan. Rangga terlihat tampan dalam balutan jasnya, sementara Lusi tampak cantik jelita dalam gaun pengantinnya.
Namun, di tengah kesibukan, terjadi beberapa kejadian lucu yang tak terduga. Saat Rangga hendak memasang dasi kupu-kupunya, ia kesulitan dan meminta bantuan kepada sahabatnya, Bayu.
"Bayu, tolong dong! Aku tidak bisa memasang dasi kupu-kupu ini!" kata Rangga, dengan wajah panik.
Bayu tertawa. "Tenang, Bro! Aku ahli dalam hal ini." Namun, Bayu juga kesulitan dan akhirnya mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Akhirnya, mereka meminta bantuan kepada salah satu petugas tata rias.
Kemudian, saat Lusi hendak memakai gaun pengantinnya, resleting gaunnya macet. Ia mencoba sendiri, namun tetap tidak berhasil. Ia pun meminta bantuan kepada ibunya.
"Ibu, tolong dong! Resletingnya macet!" kata Lusi, dengan nada sedikit panik.
Ibunya tertawa. "Sabar, Sayang. Ibu akan membantumu." Namun, ibu Lusi juga kesulitan dan akhirnya mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Akhirnya, salah satu penata rias berhasil membuka resleting gaun tersebut.
Di tengah upacara pernikahan, saat Rangga dan Lusi hendak bertukar cincin, cincin Rangga tiba-tiba jatuh ke lantai. Semua tamu undangan tertawa, sementara Rangga dan Lusi hanya bisa saling memandang dan tersenyum. Mereka berdua mengambil cincin tersebut dan melanjutkan upacara pernikahan.
Meskipun ada beberapa kejadian lucu yang tak terduga, hari pernikahan Rangga dan Lusi tetap berlangsung dengan khidmat dan penuh haru. Mereka berdua merasa sangat bahagia dan bersyukur.
Kejadian-kejadian lucu tersebut justru menambah kenangan indah di hari pernikahan mereka. Mereka berdua menyadari bahwa pernikahan bukanlah hanya tentang kesempurnaan, tetapi juga tentang berbagi kebahagiaan dan tawa bersama orang-orang tercinta.
Suatu sore, Rangga dan Lusi sedang menikmati makan malam romantis di sebuah restoran tepi pantai. Semilir angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka, dan lilin-lilin di meja menambah suasana romantis. Namun, tiba-tiba seekor monyet kecil muncul dan mencoba mengambil makanan mereka.
"Astaga, Rangga! Monyetnya!" seru Lusi, tertawa kecil.
Rangga tertawa. "Tenang, Sayang. Jangan panik. Kita bagi saja makanannya."
Mereka berdua berusaha berbagi makanan dengan monyet tersebut, namun monyet itu malah semakin berani dan mencoba mengambil makanan mereka dengan lebih agresif. Akhirnya, mereka berdua tertawa terbahak-bahak.
Kejadian lucu lainnya terjadi saat mereka mencoba belajar menari Kecak di Uluwatu. Rangga dan Lusi sama-sama kesulitan mengikuti gerakan para penari. Mereka berdua tertawa terbahak-bahak karena gerakan mereka yang kikuk dan lucu.
"Sayang, aku tidak bisa! Gerakannya terlalu rumit!" kata Rangga, dengan wajah frustrasi.
Lusi tertawa. "Sabar, Rangga. Kita coba lagi. Yang penting kita menikmati prosesnya."
Mereka berdua terus mencoba, meskipun gerakan mereka masih terlihat kikuk. Namun, mereka tetap menikmati prosesnya dan tertawa bersama.
Mereka menyadari bahwa bulan madu bukan hanya tentang menikmati keindahan alam, tetapi juga tentang berbagi tawa dan menciptakan kenangan indah bersama. Meskipun ada beberapa kejadian lucu dan tak terduga, bulan madu mereka di Bali tetap menjadi momen yang tak terlupakan.
Mereka pulang dengan hati yang penuh cinta, kenangan indah, dan beberapa foto lucu yang akan selalu mereka kenang. Mereka berdua semakin dekat dan saling memahami, membuat ikatan mereka semakin kuat.