Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Apakah Xavier masih berada di ruang kerjanya?" tanya Myra kepada pelayan di kamarnya.
"Nona, saya melihat nona Lyra masuk ke ruang kerja tuan. Mereka hanya berbicara berdua saja, sedangkan pelayan mereka menunggu di luar," jawab pelayan itu sambil meringis jijik.
"Apa?" Myra membuang majalah yang sedang dibaca. Wajahnya memerah nyaris menghitam, rahang merapat hingga gemelutuk gigi terdengar samar.
"Kurang ajar! Berani-beraninya dia merayu Xavier. Bukankah selama ini Xavier tidak pernah mengizinkan dia masuk ke ruang kerjanya?" Dia bergumam marah sembari mengepalkan tangan kuat-kuat.
"Tidak bisa! Aku tidak bisa diam saja di sini, aku harus tahu apa yang mereka lakukan di dalam sana," ucapnya seraya bangkit dari ranjang dan berjalan cepat keluar.
Secara kebetulan, Lyra keluar dari ruang kerja Xavier. Berselang, laki-laki itu pun keluar dan pergi bersama Tian. Myra bersembunyi di balik pilar, menunggu sampai laki-laki itu pergi.
"Kenapa Xavier terlihat berbeda? Apa yang telah dilakukan Lyra terhadap kekasihku? Tidak bisa, Xavier hanya milikku seorang." Dia menyipitkan mata menatap punggung Lyra yang berjalan di lantai dua.
Dengan langkah lebar, Myra bergegas menaiki tangga untuk melabrak Lyra.
"Lyra!" Dia menarik tangan Lyra dengan kasar hingga tubuh gadis itu berbalik sepenuhnya.
Mata mereka saling menatap tajam, menghantarkan api permusuhan yang tak terbendung. Lyra menyentak tangannya, tak kalah kuat dari apa yang dilakukan oleh Myra.
"Ada apa, Nona Myra, repot-repot menemui ku?" tanya Lyra sambil tersenyum miring.
Tangan Myra mengepal, napasnya terengah-engah karena luapan emosi yang tak tertahan.
"Apa yang kau lakukan di ruang kerja Xavier?" Myra balik bertanya tak sabar, emosi yang meledak nyaris membuatnya berteriak kencang.
Lyra tersenyum miring, menatap remeh pada lawan bicaranya. Alisnya terangkat, mata memindai tubuh Myra dari ujung kepala hingga kaki.
"Jangan melihatku seperti itu! Cepat katakan apa yang kau lakukan dengannya di ruangan itu?" Myra menjerit pada akhirnya, suaranya menggelegar memenuhi mansion besar itu. Hingga beberapa pelayan dari kamar belakang berhambur karena terkejut.
"Apa lagi yang dilakukan suami istri berdua di dalam satu ruangan? Kau tahu sendiri, bukan?" ucap Lyra dengan nada berbisik menggoda gadis manja itu.
"Apa? Beraninya kau!"
Plak!
Myra mengangkat tangan hendak menampar Lyra, tapi dengan tenaga yang sedikit itu sangat mudah dipatahkan olehnya. Lyra mencekal tangan Myra dan menampar pipinya hingga membuat tubuh wanita itu terhuyung ke belakang. Setitik darah muncul dari sudut bibirnya sebelah kiri. Sakit berdenyut, nyeri dan terasa kebas pipinya.
"Kau tidak bisa semena-mena di sini, Myra. Bagaimanapun Xavier memperlakukanmu, kau bukan siapa-siapa di sini. Ingat, dengan siapa kau sedang berhadapan?" ujar Lyra tegas dan tanpa rasa takut.
Ia mencibir lingerie seksi yang melekat di tubuh Myra, menatap jijik pada lekuk tubuh yang sebenarnya tidak menarik itu. Lyra berbalik dan melanjutkan langkah menuju kamarnya.
"Kau ... lihat saja aku akan membalas mu, Lyra! Xavier tidak akan diam saja melihat bekas tamparan di pipiku. Aku akan memintanya mengusir mu dari sini! Kau dengar itu!" teriak Myra sambil menahan nyeri di pipi.
Lyra hanya mengangkat tangan kanan tak acuh, kemudian masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
"Sial!"
"Nona, hati-hati!"
Myra dipapah pelayannya menuruni lantai dua, dan duduk di ruang tengah sengaja menunggu Xavier. Sementara Nira terlihat girang bukan main.
"Nona, Anda lihat wajahnya yang merah itu? Dia terlihat marah sekali, tapi aku puas ketika melihat pipinya yang merah karena tamparan Anda," ucap Nira girang bukan main.
Lyra hanya tersenyum tipis, itu belum seberapa. Hanya sebagai pembuka untuk menghadapi pembalasan yang sesungguhnya .
"Tapi, Nona, bagaimana jika dia mengadu kepada tuan? Mungkinkah dia meminta tuan mengusir Anda dari mansion ini." Nira membayangkan hal tersebut benar-benar terjadi.
Di mana majikannya akan tinggal?
"Tak perlu khawatir tentang itu, Nira. Dia tidak akan seberani itu." Lyra tersenyum lebar.
Brak!
Klentang!
"Apa ini?" Mata Lyra membulat saat melihat kepala pelayan di mansion itu melempar nampan berisi makanan ke dalam kamarnya.