NovelToon NovelToon
Bayangan Di Kota: Kisah Gadis Indigo

Bayangan Di Kota: Kisah Gadis Indigo

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Horror Thriller-Horror
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hansen Jonathan Simanjuntak

Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Teror di Tempat Kerja

Pagi itu, Lila merasa sedikit lebih tenang. Setelah latihan meditasi dan diskusi dengan Maya, dia bertekad untuk menghadapi tantangan yang ada. Tapi, entah kenapa, aura di kantor terasa berbeda. Sejak masuk, dia udah ngerasa kayak ada yang aneh.

“Yo, Lil! Kenapa? Mukamu kayak baru lihat hantu,” Rina sapa sambil nyeruput kopi.

“Gue ngerasa nggak enak, Rin. Kayak ada yang ngikutin,” jawab Lila sambil menatap ke sekeliling.

“Jangan paranoid, Lil. Mungkin cuma efek kurang tidur,” Rina bercanda. Tapi di matanya, Lila bisa melihat keprihatinan.

Lila mengangguk, berusaha menepis perasaan aneh itu. Mereka berdua bergegas ke ruang rapat untuk briefing dengan Pak Anton. “Semoga hari ini nggak ada yang gila-gila,” Lila berpikir, berharap.

Sesampainya di ruang rapat, Pak Anton sudah menunggu dengan wajah serius. “Selamat pagi, tim. Hari ini kita punya liputan tentang gedung tua di ujung kota. Katanya, banyak yang bilang itu angker,” katanya.

Lila langsung merinding. “Gedung tua lagi?” pikirnya. “Gue udah pernah ke sana, dan...”

“Lo mau ngeliput? Atau mau stay di sini?” tanya Rina, melihat wajah Lila yang pucat.

“Gue bisa, Rin. Gue bisa,” Lila menjawab, berusaha meyakinkan diri.

“Baiklah, kalau gitu. Kalian berdua, siap-siap. Kita berangkat jam sepuluh,” perintah Pak Anton.

...****************...

Setelah beberapa jam menyiapkan peralatan, Lila dan Rina berangkat ke lokasi. Suasana di luar sepertinya cerah, tapi di dalam hati Lila, awan gelap mulai mengumpul. Setiap langkah menuju gedung tua itu bikin jantungnya berdebar.

Saat sampai di gedung, Lila merasa aura di sekitarnya makin berat. “Rin, beneran deh, ini bikin gue nervous,” Lila berbisik.

“Tenang, Lil. Kita cuma liputan. Nggak ada yang aneh,” Rina berusaha menenangkan.

Mereka masuk ke dalam gedung yang penuh debu dan kesunyian. Dindingnya berlumut, dan aroma lembap menyeruak. Lila berusaha fokus dengan kamera, tapi perasaannya semakin tidak nyaman.

“Lo udah siap, kan?” tanya Rina.

“Iya, gue siap,” Lila menjawab sambil menekan tombol rekam. Tapi saat dia melihat ke sekeliling, bayangan gelap tiba-tiba melintas di ujung koridor.

“Eh, lo liat itu?” Lila menunjuk dengan gugup.

Rina menatap ke arah yang ditunjuk. “Liatan apa, Lil? Nggak ada apa-apa,” Rina menjawab, terlihat bingung.

“Serius, ada yang lewat!” teriak Lila, jantungnya berdetak cepat.

Mereka terus merekam, tapi Lila tidak bisa menahan rasa takut. “Rin, kita harus keluar dari sini!” desaknya.

“Tapi kita belum dapat material yang cukup,” Rina protes. “Kalau kita pergi sekarang, kita nggak bisa ngerjain liputan ini dengan baik.”

Lila menghela napas. Dia tahu Rina benar, tapi hatinya berteriak untuk segera pergi. Tiba-tiba, suara berderak terdengar dari lantai atas. Suara itu sangat jelas, seperti ada seseorang yang berjalan.

“Lo denger itu?” tanya Lila, mendekat ke Rina.

“Kayaknya dari lantai atas. Kita harus cek,” Rina memutuskan.

“Rin, jangan! Itu pasti bukan manusia,” Lila berusaha memperingatkan.

Tapi Rina sudah melangkah ke tangga. “Gue rasa kita harus tahu,” ujarnya dengan berani.

...****************...

Mereka naik ke lantai atas, dan semakin dekat dengan sumber suara. Lila berusaha menenangkan diri, tapi setiap langkah terasa berat. Ketika sampai di atas, suasana makin mencekam. Lampu-lampu berkedip dan suhu ruangan tiba-tiba menurun.

“Ini makin gila, Rin. Gue beneran nggak suka,” Lila berbisik.

Rina berusaha membuka pintu ke sebuah ruangan yang tampak lebih besar. “Ayo, kita cek,” katanya, tapi Lila menarik tangannya.

“Rin, ini nggak bener! Kita harus pergi!” Lila hampir menangis.

“Tenang, Lil! Kita cuma cek. Lagian, kita petugas liputan, kan?” Rina membuka pintu, dan Lila terpaksa mengikuti.

Saat mereka masuk, ruangan itu gelap dan berdebu, hanya diterangi oleh cahaya yang masuk dari jendela yang pecah. Lila melihat ke sekeliling dan merasakan sesuatu yang sangat aneh. “Ini tempatnya bikin merinding,” dia berbisik.

Tiba-tiba, bayangan hitam muncul di sudut ruangan. Lila terlonjak mundur. “Rin, lihat!” teriaknya.

“Eh? Di mana?” Rina menoleh, tapi bayangan itu sudah menghilang.

“Gue nggak tahu, tapi ada sesuatu di sini!” Lila panik.

“Coba rekam, Lil! Ini mungkin bisa jadi berita,” Rina mengabaikan kekhawatiran Lila.

Lila mengarahkan kameranya, tapi tangannya bergetar. Dia melihat ke arah bayangan yang menghilang. “Rin, kita harus pergi sekarang!” desaknya.

Tapi saat mereka mau keluar, pintu tiba-tiba tertutup sendiri. “Kok bisa gitu?” Rina terkejut.

“Ini bukan main-main, Rin! Kita terjebak!” Lila berteriak, mencoba membuka pintu, tapi pintu itu seolah terkunci dengan kekuatan yang tidak terlihat.

“Coba lo tenang. Kita cari jalan lain,” Rina berusaha tetap tenang, tapi wajahnya mulai pucat.

Mereka mulai mencari jalan keluar lain, dan saat itu, Lila merasakan dingin yang menyengat. Suara bisikan samar terdengar di telinganya, “Tinggalkan... tinggalkan...”

“Lo denger itu?” tanya Lila dengan suara bergetar.

Rina mengangguk, ketakutan. “Iya, tapi kita harus keluar dari sini.”

Mereka mencoba mencari jalan ke ruangan lain. Semakin dalam mereka pergi, semakin gelap suasana di sekitar. Lampu-lampu berkedip, seolah mengisyaratkan sesuatu yang buruk akan terjadi.

“Ini gila, Rin. Gue nggak mau ada di sini!” Lila merasa semakin tertekan.

“Gue juga, tapi kita harus fokus. Kita pasti bisa keluar,” Rina mencoba menenangkan.

Akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan yang lebih besar, dan Lila melihat lukisan-lukisan tua di dinding. Semua wajah dalam lukisan itu tampak menakutkan, seolah mengikuti mereka.

“Gila, ini serem banget,” Lila berbisik.

Tiba-tiba, suara gaduh terdengar dari belakang. Lila menoleh dan melihat bayangan hitam muncul lagi. Kali ini, semakin dekat dan jelas. Lila merasakan hawa dingin yang menusuk.

“Lari, Rin!” teriaknya.

Mereka berlari secepat mungkin, kembali menuju pintu yang tadi mereka lewati. Tapi saat mencapai pintu, bayangan itu menghadang mereka, menjulang tinggi dan menakutkan.

“Gue nggak mau mati di sini!” Lila berteriak, sementara Rina berusaha membuka pintu.

Dengan segenap tenaga, Rina berhasil membuka pintu. Mereka berlari keluar, tidak pernah menoleh ke belakang. Suara bisikan itu semakin kencang, seolah mengejar mereka.

Begitu sampai di luar gedung, Lila terengah-engah, merasa lega meskipun ketakutan masih menyelimuti. “Kita berhasil, Rin! Kita berhasil!” teriak Lila.

Tapi Rina tampak bingung. “Tapi… apa yang kita lihat? Itu beneran atau cuma imajinasi?”

Lila menggigit bibirnya. “Gue juga nggak tahu. Tapi kita harus kasih tau Pak Anton, kita harus hati-hati mulai sekarang.”

Dengan langkah berat, mereka kembali ke kantor. Lila tahu, pengalaman itu akan membekas di ingatannya selamanya. Dia bertekad untuk mencari jawaban tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan mengapa dia terikat dengan dunia yang menakutkan itu.

Semakin mendalam, semakin dia merasa bahwa semuanya baru saja dimulai.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Doristeri
I love the Story 😍❤️
SEPI RAMADHANI (SEPAY)🇮🇩
lanjut kak
Tina Febbryanti
lila sudah bisa mengendalikan ketakutannya...bagus lila
Tina Febbryanti
lila belum paham kalau dia istimewa,pasti lila punya kodam itu...
Tina Febbryanti
masih menyimak dan meresapi....ada maksa apa di cerita ini ...
Tina Febbryanti
baru mampir....😊
Hansen Nathan
Jangan lupa komen yahhh guys
Kelly Andrade
Luar biasa thor, teruslah menulis 🎉
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
not
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
Aishi OwO
Gila, endingnya bikin terharu.
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!