NovelToon NovelToon
Perang Sihir: Chronicles Of The Forgotten Realm

Perang Sihir: Chronicles Of The Forgotten Realm

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Akademi Sihir / Penyelamat
Popularitas:273
Nilai: 5
Nama Author: orionesia

Di tengah dunia magis Forgotten Realm, seorang pemuda bernama Arlen Whiteclaw menemukan takdir yang tersembunyi dalam dirinya. Ia adalah Pemegang Cahaya, pewaris kekuatan kuno yang mampu melawan kegelapan. Bersama sahabatnya, Eira dan Thorne, Arlen harus menghadapi Lord Malakar, penyihir hitam yang ingin menaklukkan dunia dengan kekuatan kegelapan. Dalam perjalanan yang penuh dengan pertempuran, pengkhianatan, dan pengorbanan, Arlen harus memutuskan apakah ia siap untuk mengorbankan segalanya demi kedamaian atau tenggelam dalam kegelapan yang mengancam seluruh Forgotten Realm.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orionesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bentrokan di Ambang Kegelapan

Angin kencang berhembus di sekitar mereka. Suara gemerisik pepohonan yang bergoyang keras terdengar menambah kesan mencekam. Arlen, Finn, dan Erland berdiri tegak di hadapan sosok berjubah hitam yang baru saja muncul, tubuhnya menutupi pintu keluar satu-satunya. Mata merah menyala, seperti api yang tak pernah padam. Dia memandang mereka dengan senyum penuh sindiran.

“Kalian benar-benar berpikir bisa mengalahkan saya hanya dengan pengetahuan kuno itu?” suara pria berjubah hitam itu terdengar dalam, menggema di seluruh ruang.

Arlen menggenggam erat pedangnya, merasa detak jantungnya semakin cepat. “Kami tidak akan membiarkan kegelapan ini menguasai dunia. Jika kami harus melawanmu, maka kami akan melakukannya!”

“Lawan?” tanya sosok itu sambil tertawa. “Kalian tidak mengerti apa yang sedang kalian hadapi, bukan? Aku adalah bayangan yang tak bisa dihancurkan. Aku lebih dari sekadar musuh. Aku adalah takdir yang kalian coba lari.”

Finn mendekatkan diri sedikit, matanya tidak terfokus pada sosok itu, tetapi pada wajah Sang Bijak yang masih berdiri tegak, tampak tenang meski situasi semakin memanas. “Sang Bijak, siapa dia sebenarnya? Apa yang kita hadapi sekarang?”

Sang Bijak menatap sosok berjubah hitam itu dengan tatapan penuh pengetahuan. “Ini adalah bayangan dari Sihir Kegelapan yang telah melahirkan banyak penghancur dunia ini. Namanya tidak penting, karena dia tidak memiliki identitas lagi. Dia hanya simbol dari apa yang pernah ada, dan apa yang akan selalu ada jika kalian tidak menghentikannya.”

Erland merasakan ketegangan di udara. “Tapi bagaimana kita bisa melawannya? Dengan kekuatan yang kita miliki saat ini, kita bahkan belum bisa melawan sihirnya.”

Sang Bijak tetap tenang, seolah sudah menanti momen ini. “Kalian harus menggunakan kekuatan yang lebih dalam, lebih dari sekadar mantra atau sihir. Kalian harus menggali kekuatan hati kalian.”

Ketiganya saling berpandangan, bingung, tetapi mereka tahu mereka tidak punya pilihan lain. Sang Bijak mengangkat tangannya, memberikan sinyal kepada mereka untuk bersiap. Bayangan itu mulai bergerak lebih cepat, tubuhnya semakin menyatu dengan kegelapan sekitar.

“Ini saatnya,” kata Sang Bijak. “Ingat, kekuatan terbesar kalian terletak pada kebersamaan, bukan pada kemampuan individu. Gabungkan energi kalian.”

Arlen, Finn, dan Erland mengangguk serempak, dan dalam sekejap, mereka mengalirkan kekuatan mereka ke dalam satu titik. Pedang Arlen bersinar biru kehijauan, tangan Finn memancarkan aura api, sementara Erland memanggil angin yang menderu. Bersama-sama, mereka membentuk lingkaran kekuatan yang mengguncang bumi.

Bayangan itu menyeringai, tetapi tidak mundur. “Kalian pikir ini akan cukup?” teriaknya, lalu mengangkat kedua tangannya ke atas. Langit tiba-tiba berubah gelap, dan kilat menyambar dengan kekuatan dahsyat. Sosok itu merentangkan tangannya, menciptakan semburan energi gelap yang melawan kekuatan mereka.

Tapi ada yang aneh. Energi gelap itu tidak mampu meredam sinar yang keluar dari tubuh mereka. Malah, sebaliknya, cahaya itu semakin kuat, semakin menyatu. “Kalian telah menemukan kunci kekuatan yang sesungguhnya,” bisik Sang Bijak dengan penuh kekaguman.

Arlen menyadari sesuatu yang penting saat kekuatan mereka bersatu. Ia menggenggam pedangnya lebih erat dan berkata dengan penuh tekad, “Kegelapan itu ada, tetapi itu bukan yang mengendalikan kami. Kami yang memilih jalan kami sendiri!”

Erland menambahkan, “Kita tidak akan membiarkan ketakutan ini menguasai dunia!”

Finn memfokuskan kekuatan api dalam tangannya, lalu berteriak, “Lakukan sekarang!”

Dengan satu gerakan serentak, ketiganya melontarkan kekuatan gabungan mereka ke arah bayangan itu. Cahaya biru kehijauan bercampur api merah dan angin yang menerpa tubuh bayangan tersebut dengan kekuatan luar biasa.

Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Sosok berjubah hitam itu terdiam sejenak, lalu tertawa keras. “Apa yang kalian lakukan? Kalian hanya mendorong diri kalian lebih dekat ke dalam kegelapan.”

Secara mengejutkan, bayangan itu mulai menyatu dengan gelapnya udara sekitar. Tubuhnya berubah menjadi kabut hitam yang semakin menyelimuti area itu, membuat mereka kesulitan bernapas.

“Apa yang terjadi?” teriak Arlen, sambil berusaha menahan nafas di dalam kabut yang semakin pekat.

“Dia tidak mati,” kata Sang Bijak, suara terkejut. “Dia hanya bersembunyi dalam kegelapan yang lebih dalam. Sebuah jebakan!”

Kegelapan itu mulai memadat, dan suara bisikan yang mengerikan menggema di seluruh ruang. “Kalian terlalu lemah untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kami sudah terlalu kuat. Tidak ada yang bisa menghentikan kebangkitan kami.”

Sebelum mereka sempat bereaksi, kabut hitam itu bergerak begitu cepat, seakan menghisap seluruh cahaya yang ada. Mereka merasa tubuh mereka terikat, seakan ada tangan tak terlihat yang menahan mereka.

“Tidak bisa,” kata Finn, berusaha melawan. “Kami tidak akan menyerah!”

Tetapi, semakin keras mereka berusaha, semakin kuat pula kegelapan itu menarik mereka. Erland merasa tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan. “Kita harus memisahkan diri! Jangan biarkan dia mengendalikan kita!”

Tetapi, saat mereka berusaha berpisah, sesuatu yang lebih mengejutkan terjadi. Tanpa mereka sadari, Sang Bijak telah bergerak maju dengan cepat, berdiri tepat di depan kabut gelap itu. “Tidak ada lagi waktu. Kalian harus memilih. Kalian bisa melarikan diri, atau… kalian bisa berjuang untuk menyelamatkan dunia ini.”

Arlen memandang dengan penuh kebingungan. “Apa maksudmu, Sang Bijak?”

Sang Bijak menghela napas dalam. “Saat ini, hanya ada satu cara untuk mengalahkan bayangan itu. Kalian harus memberikan segalanya. Hanya dengan pengorbanan yang tulus, kalian bisa menghentikan semua ini.”

Finn dan Erland tampak bingung, tetapi Arlen segera menyadari apa yang harus mereka lakukan. “Pengorbanan. Kita harus memberi lebih dari sekadar kekuatan kita. Kita harus memberi jiwa kita!”

Saat itu, bayangan itu semakin mendekat, seakan ingin menguasai seluruh tubuh mereka. Sang Bijak memandang dengan serius. “Jika kalian ingin bertahan hidup, berikan segalanya, atau semuanya akan sia-sia. Pilihlah, sebelum semuanya terlambat.”

Dalam keadaan yang penuh ketegangan itu, Arlen memandang teman-temannya. “Apa pun yang terjadi, kita tidak akan menyerah. Bersama-sama, kita bisa mengalahkan ini.”

Ketiganya menatap satu sama lain dengan tekad yang semakin kuat. Mereka tahu bahwa apapun yang terjadi selanjutnya, ini adalah pertarungan yang akan menentukan segalanya.

Bayangan itu bergerak lebih agresif, melingkari mereka seperti predator yang menemukan mangsanya. Kabut gelap itu terasa semakin pekat, menyusup ke dalam udara yang mereka hirup. Arlen memegang pedangnya lebih erat, mencoba tetap berdiri tegak meskipun tubuhnya mulai terasa lemah. Finn berusaha memanggil kembali energinya, tetapi api di tangannya meredup. Erland menggertakkan giginya, mencoba menahan angin yang hampir berhenti berhembus.

“Kita tidak bisa kalah di sini,” kata Arlen dengan suara serak. “Ini bukan hanya tentang kita. Dunia bergantung pada kemenangan kita.”

Finn menatap Arlen dengan tekad. “Aku tidak peduli jika aku harus memberikan segalanya. Jika ini yang harus kita lakukan, maka aku siap.”

Erland mengangguk, meski matanya menunjukkan ketakutan yang tidak bisa disembunyikan. “Kita datang sejauh ini bersama. Aku tidak akan meninggalkan kalian.”

Sang Bijak berdiri di tengah lingkaran itu, suaranya terdengar tegas. “Ketakutan adalah senjata mereka. Jangan biarkan pikiran kalian dihancurkan. Kalian masih memiliki kekuatan itu—jika kalian berani menggunakannya.”

Bayangan itu tertawa, suaranya menggema. “Kalian hanya memperpanjang penderitaan kalian. Takdir kalian sudah ditentukan.”

Namun, tiba-tiba, sesuatu terjadi. Cahaya kecil muncul di pedang Arlen, redup tapi konstan. Finn dan Erland merasakan hal yang sama, energi mereka perlahan kembali, seperti nyala api yang terjaga dalam badai.

“Apa yang terjadi?” bisik Erland.

Sang Bijak tersenyum tipis. “Kalian mulai memahami. Kekuatan sejati bukan datang dari rasa takut, tetapi dari keberanian untuk melawan meskipun kalian tahu risikonya.”

Saat itu, bayangan itu menyerang dengan kekuatan penuh. Namun, sebelum semuanya gelap, sebuah kilatan cahaya menyilaukan muncul dari gabungan energi mereka, memukul mundur bayangan tersebut—untuk sementara.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!