Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Maxime Keano, bahwa dia akan menikahi seorang gadis yang masih SMA.
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Ucap sang nenek.
Tak lama kemudian, datang seorang gadis remaja berusia 18 yang yang bernama Rachel. Dia adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group, Rachel berhasil menemukan kalung sang nenek tanpa mengetahui sayembara tersebut.
"Ingat, pernikahan kita hanya sementara. Setelah nenekku benar-benar sehat, kita akan berpisah. Seumur hidup aku tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang bocah sepertimu." Maxime Keano.
"Kamu pikir aku ingin menikah dengan pria arogan dan menyebalkan sepertimu? Menikah denganmu seperti musibah untukku." Rachel Calista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Di Mansion Keano, terlihat Maxime sedang berusaha untuk memprotes keputusan Nenek Margaretha yang berniat untuk menjodohkan dia dengan Rachel. Sungguh tak pernah terpikirkan jika seandainya dia menjadi suami dari bocah itu.
"Oma, Oma boleh saja menghukum aku dengan cara apapun. Asalkan Oma tidak jadi menjodohkan aku dengan bocah itu!" Protes Maxime. Pokoknya hari ini dia akan berusaha sekeras mungkin agar Nenek Margaretha membatalkan perjodohannya dengan Rachel.
"Namanya Rachel, bukan bocah." Nenek Margaretha mengkoreksi perkataan cucunya. Terlihat dia sedang asik menonton film Suara Hati Suami di televisi. Saat ini mereka sedang berada di ruang keluarga.
"Tapi tetap saja dia masih bocah. Usianya masih 17 tahun. Masih bau kencur, Oma." Sanggah Maxime. Dimata Maxime, Rachel adalah seorang bocah tengil yang sama sekali tidak menarik.
"Sebentar lagi usianya 18 tahun. Walaupun dia bocah, dia juga bisa membuat bocah denganmu." Setelah berkata seperti itu, Nenek Margaretha fokus kembali dengan sinetron yang sedang dia tonton.
Maxime menelan saliva ketika mendengar pernyataan neneknya. Memangnya seorang bocah seperti Rachel paham tentang proses pembuatan anak?
Maxime pun segera menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa membayangkannya jika seandainya dia hidup bersama dengan bocah itu, dia akan dibuat jengkel setiap hari dan setiap waktu. Bisa-bisa dia mati muda gara-gara sering mengalami darah tinggi.
"Tolong Oma pikirkan lagi. Mana ada seorang CEO menikahi mantan OB di perusahaannya, apalagi OB itu masih bocah?" Maxime terus mencoba meyakinkan Nenek Margaretha agar Nenek Margaretha mau membatalkan perjodohan dia dengan Rachel.
Nenek Margaretha tidak langsung menjawab, dia mengambil tisu yang tersedia di atas meja dan menghapus air matanya yang tiba-tiba mengalir.
Maxime pikir perkataannya sudah membuat hati neneknya tersentuh, "Tuh kan Oma jadi sedih mendengarnya. Makanya mending Oma segera batalkan perjodohan itu."
"Oma bukan sedih mendengar cerita kamu. Tapi cerita di film itu sangat sedih. Tentang kisah seorang tukang cuci motor keliling diselingkuhi istrinya. Tapi Oma sangat puas akhirnya istrinya mati, gara-gara istrinya lagi jalan terpleset kulit pisang, lalu jatuh ke empang dan kepalanya kejedot batu." Nenek Margaretha bercerita sambil menghapus air matanya yang terus bercucuran.
Maxime menghela nafas dengan kasar, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kadang dia menghadapi Nenek Margaretha saja sangat kewalahan. Apalagi kalau dia menikah dengan seorang bocah seperti Rachel.
Nenek Margaretha pun segera mematikan televisi, karena film yang sudah dia tonton sudah tamat. Kini giliran dia menanggapi perkataan cucunya dengan serius. "Oma tidak akan pernah mengingkari janji Oma. Oma sudah berjanji, bahkan saat itu tiba-tiba guntur menggelegar seolah-olah Tuhan mendengarkan apa yang Oma janjikan. Rachel adalah perempuan yang sangat cocok bersanding denganmu. Dia sangat baik, ceria, cantik, hangat, dan pekerja keras. Perempuan seperti itu yang sangat Oma inginkan untuk menjadi cucu menantuku."
Kini Nenek Margaretha berbicara dengan panjang lebar, karena sudah fokus dengan pembicaraannya dengan Maxime.
Nenek Margaretha sudah memakai kembali kalung yang Rachel kembalikan kepadanya. Sebuah kalung yang sangat berharga untuknya dan memiliki banyak kenangan yang tidak akan pernah dia lupakan.
"Tapi Oma..."
Nenek Margaretha memotong perkataan Maxime, "Kalau kamu menolak perjodohan ini. Jangan harap kamu mendapatkan warisan dari Oma."
Maxime terdiam seketika setelah mendengar perkataan Nenek Margaretha. Seolah-olah dia telah dibuat mati kutu oleh sang nenek.
lari sejauh mungkin biar Max frustasi coz kehilangan kamu.
sy yakin sudah ada benih Max yg tertinggal di rahim kamu.
nenek mu maha benar ya maxime