Allesia Cestaro adalah gadis seorang siswi kutu buku sekolah yang mengalami sebuah tragedi di malam perpisahan sekolah. Ia sengaja di beri racun gairah oleh teman-temannya untuk sekedar menjadikan momen perpisahan yang unik.
Tidak di duga ia akan di selamatkan oleh pria nomor 1 di sekolah dengan kekayaan keluarga mencapai triliunan, ia adalah Zigga Wirelless Allison.
Zigga membawa Allesia menjauh dari anak-anak nakal menggunakan mobilnya ke sebuah pinggiran sungai besar yang berada di sudut kota.
"Kamu tidak pernah minum, kenapa minum?" tanya Zigga.
"Calista bilang kalo ingin mendapatkan kamu aku harus bisa minum!" jawabnya malu-malu.
"Tolong aku?" lanjutannya dengan lirih gelisah.
"Dasar wanita bodoh!" Zigga melepaskan kemeja putihnya. "Alle, ingat satu hal, aku akan menolong mu tetapi aku tidak akan bertanggung jawab apapun yang terjadi ke depan!?" tegas Zigga.
Bagaimana nasib Alle selanjutnya, tragedi kenikmatan akankah membawa malapetaka atau keindahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamaperi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketegasan Alga
Malam menunjukan pukul 19.00.
Mobil milik kak Jannifer berhenti tepat di depan pintu utama mansion modern milik Zigga.
Seorang anak laki-laki turun memakai baju casual jeans pendek dan kaos putih bermerk, jam tangan dan juga sandal selop polos namun harganya sangat fantastis.
Algasia Cestaro kini sangat mewarisi gaya hidup mewah dari sang ayah yang seorang triliuner.
Tidak kalah dengan sang ponakan yang sudah Jennifer rombak, kini ia berdiri dengan tegap di belakang sang ponakan dengan membawa begitu banyak tas di tangannya. Kak Jennifer benar-benar seorang wanita kelas yang sangat dermawan.
Zigga bersandar di pintu menunggu kepulangan putranya yang di bawa kabur kakaknya sampai malam.
"Daddy, aunty sangat baik sekali, aku di belikan begitu banyak pakaian baru dan juga mainan baru!" seru Alga menyapa sang ayah yang sudah menunggunya.
"Apakah ini cukup?" tanya Zigga memandang enteng pemberian kakaknya kepada putranya.
"Aku adalah anak kecil yang tidak berpenghasilan, jadi menurutku ini sangat hebat!" Alga tidak luntur untuk terus memuji aunty-nya.
Zigga mengambil sebuah kartu hitam dari saku celananya dan memberikannya kepada putranya.
"Ini adalah kartu tanpa batas, kamu bisa membeli apapun yang kamu mau." Zigga mencoba untuk mengambil pujian dari anaknya.
Kak Jennifer hanya diam dan menatap adiknya dengan tatapan elangnya.
"Daddy simpan uang mu karena aunty sudah memberikan aku ini." Alga memperlihatkan kartu hitam yang di berikan oleh kak Jennifer terlebih dahulu.
Zigga terkejut melihat itu. Dia adalah ayahnya, sudah menjadi kewajibannya menafkahi anaknya. Ia akan merasa terhina jika ada yang lebih menafkahi anaknya dari pada dirinya sendiri.
"Alga, aku ini adalah ayahmu, sudah menjadi tugasku untuk menafkahi mu. Kembalikan itu kepada kak Jannifer. Aku masih mampu membelikan apapun yang kamu mau, andai aku tidak mampu maka aku akan mencari sisanya. Sekarang kembalikan itu dan ambil ini!" ujar Zigga dengan tegas.
Alga terlihat ragu kali ini. Ada benarnya apa yang di katakan oleh Daddy -nya kali ini.
Alga pun menatap aunty-nya.
"Aunty, aku adalah anak kecil, aku tidak membutuhkan uang sebanyak ini. Ini, aku kembalikan kartu ini pada aunty, aunty tenang saja, jika Daddy ku tidak menafkahi ku dengan benar maka aku akan meminta pada aunty," ucap Alga hati-hati agar tidak melukai perasaan aunty-nya sangat baik sekali.
Namun kak Jennifer bukanlah wanita menye-menye yang suka dengan drama. Ia pun langsung mengambil kartu yang diserahkan padanya.
"Baiklah, ponakan ku sangat bijak sekali. Beri tahu aunty klo Daddy mu ini sudah tidak sanggup menafkahi mu." Kak Jennifer tersenyum kepada Alga.
Zigga berdecak kesal karena kak Jennifer sama sekali tidak pernah bersikap semanis ini kepada siapapun. Bahkan dengan adik laki-lakinya sendiri ia memilih untuk bertarung dari pada saling menyayangi.
"Kak, sudah cukup memprovokasi anakku. Aku tidak akan pernah kekurangan uang untuk menghidupi anak dan istriku. Sekarang sudah malam, apakah kalian sudah makan?" tanya Zigga.
"Ada dua hal! Pertama, aku tidak memprovokasi anakmu karena dia sudah mengetahui kebusukan ayahnya sendiri. Kedua, kami butuh makan, apakah ada makanan yang bisa di makan!?" seru kak Jennifer mengajak Alga masuk ke dalam melewati Zigga yang masih berdiri di depan pintu.
Zigga menghela nafas. Menghadapi kakaknya sama halnya menghadapi 100 sang pengendali dunia.
Kak Jennifer dan Alga berdiri di depan meja makan yang sudah banyak makanan yang siap di santap.
"Uuu... Alga, apa kamu siap!?" tanya kak Jennifer yang terlihat sudah kelaparan.
"Semuanya terlihat lezat!?" seru Alga yang juga tidak sabar ingin menyantapnya.
"Tunggu!" seru Zigga menghentikan mereka.
"Kita tunggu Alle dulu, dia sedang bersiap-siap," lanjutnya.
Kak Jennifer pun mengangguk mengerti dan meletakan sendok di tangannya.
Langkah kaki terdengar menuruni anak tangga. Alle berjalan dengan perlahan dengan tatapan malu-malu.
Semua orang menatapnya dengan tatapan bengong.
"Mommy! Apa mommy sakit!?" tanya Alga berlari menghampiri ibunya.
Bagaimana tidak, Alle menggunakan celana kulot panjang, baju rajut panjang yang menutupi leher bahkan ia pun menggunakan syal yang cukup tebal.
Alle sengaja menggunakan pakaian itu karena untuk menutupi bekas keb3ringas4n Zigga yang membuat tanda merah di sekujur tubuhnya. Bahkan ada di tangan, lengan, betis, paha, untuk di leher dan di dalam tubuhnya sudah jangan di tanya lagi, kini tubuh Alle penuh dengan pulau dadakan.
"Ha ha hacuh!" Alle terpaksa berpura-pura sakit untuk menghilangkan kecurigaan semua orang. Bahkan, kak Jennifer pun percaya.
Sedangkan Zigga diam-diam menahan senyumnya. Ia tahu jika kekasihnya hanya sedang berpura-pura. Tingkah Alle membuat Zigga merasa gemas dan ingin segera meng3ksekusinya kembali.
"Mommy, minum susu hangat supaya mommy cepat sehat?" ujar Alga memberikan ibunya segelas susu.
Alle yang masih berpura-pura sakit menerima segelas susu itu dan tersenyum kikuk. Sedangkan Zigga, dia justru malah memainkan kakinya di bawah meja makan untuk menggoda kekasihnya.
"Uhuk! Uhuk!" Alle terbatuk-batuk karena kaget ada yang mengelus-elus kakinya.
"Alle, apa gak sebaiknya kamu ke dokter?" ujar kak Jennifer turun bicara.
"Oh, ngak kak! Nggak usah, obat dari dokter masih ada, mungkin ini efek setelah kejatuhan kelapa di kepalaku tadi pagi," sahut Alle mencari alasan.
"Kak, kamu tidak perlu khawatir, Alle akan segera membaik. Sebaiknya sekarang kakak habiskan makanan kakak dan setelah itu kakak pulang ke rumah. Mama dan papa pasti sekarang tahu kalo kakak sudah kembali, mereka akan marah kalo kakak tidak pulang ke rumah," ucap Zigga memperingati.
"Kalian kapan berencana akan menikah, kakak akan membicarakan soal ini dengan mama dan papa?" tanya Kak Jennifer membuat Alle yang sedang makan apel langsung tersedak.
"UHUK UHUK UHUK!" Alle menatap ke sekitarnya. Terlihat semua orang sedang menatapnya. "Emm, maaf, aku tadi hanya sedikit kaget aja," ujar Alle.
"Mommy, kalo mommy tidak mau menikah dengan Daddy, Alga tidak masalah, Alga akan selalu ada di pihak Mommy!" tegas Alga meyakinkan mommy-nya jika mommy-nya tidak akan bisa di paksa.
"Apa yang kamu katakan? Apakah kamu tidak ingin ayah dan ibumu menikah?" tanya Zigga tidak terima.
"Bukan aku yang memutuskan, aku hanya akan selalu mendukung mommy apapun keputusan mommy!" tegas Alga menatap ayahnya mengancam supaya ayahnya tidak memaksa ibunya.
"Alga dengar, aku tidak akan pernah melepaskan kalian lagi." Zigga memberi peringatan.
Perdebatan semakin memanas. Alga pun tidak mau kalah untuk melindungi mommy-nya.
"Hay, kucing sangar! Kami bukan peliharaan mu! Aku dan mommy akan meninggalkan rumah ini jika mommy mau, dan kamu tidak bisa memaksa kami!" tegas Alga meksipun kecil namun nyalinya cukup besar.
Kak Jennifer nampak mengangguk bangga melihat ponakannya yang sangat pemberani dan selalu siap melindungi ibunya.
Sedangkan Alle nampak bingung. Ia saat ini masih belum bisa memutuskan karena Alle tidak tahu apakah kedua orang Zigga setuju dengan hubungan mereka atau tidak. Alle sangat tahu bagaimana ke dua orang Zigga dari terakhir mereka bertemu di hotel 10 tahun lalu.
Meskipun kedua orang tua Zigga tidak meributkan perihal bedak yang Prilliya jatuhkan, namun tatapan rendah kedua orang tua Zigga selalu terbayang-bayang di kepala Alle.
Zigga nampak kesal oleh darah dagingnya sendiri yang mewarisi keras kepala darinya.
"Dengar bocah, aku tidak membutuhkan persetujuan dari kalian, karena kalian adalah keluarga bagiku!" tegas Zigga.
"Dengarkan ini Tuan Zigga wireless Allison, sebuah keluarga tidak akan membiarkan keluarganya menderita, dan menjerat hak-hak setiap individu atas kebebasnya. Aku dan mommy bebas atas diri kami, apalagi kami selama ini hidup di atas kaki kami sendiri. Tanpa kalian, kami tetap bisa hidup!" Kali ini Alga memberikan pukulan telak membuat Zigga terdiam. Anak berusia 10 tahun telah membuka pikirannya. Selama ini, Zigga kehilangan sosok kakak yang lemah lembut nan perhatian gara-gara aturan keluarga yang membuatnya menjadi nona yang tidak memiliki jiwa yang bernyawa..
Zigga menatap kakaknya yang juga diam-diam tertunduk atas tamparan ucapan sang ponakannya.
Andai kedua orang tuanya adalah orang bijak seperti ponakannya, pasti kini kak Jennifer dan kekasihnya dapat hidup bahagia.
Melihat semua orang nampak sedih, Alle pun langsung meminta anaknya untuk diam.
"Alga, cukup, jangan bicara lagi!" bisik Alle sedikit menekan.
Alga dengan angkuh menatap tajam ayahnya yang kini sedang menatap kak Jennifer yang nampak kacau atas kenangan lamanya. Alga tidak belum menyadari jika perkataannya sangat dalam bagi Zigga dan Jennifer, yang Alga tahu kini ia harus berdiri tegap untuk melindungi mommy-nya agar tidak mudah di tindas.
......