Kisah tentang cinta yang terjebak dalam tubuh yang berbeda setiap malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Menggenggam Cita dan Cinta
Arya dan aku perlahan mulai merasa semakin erat dalam hubungan ini, meskipun jarak memisahkan kami. Setiap percakapan melalui telepon, setiap pesan yang terkirim, semuanya memiliki arti yang lebih dalam daripada sebelumnya. Cinta kami seperti api kecil yang terus dijaga agar tetap menyala, meski kadang angin kencang mencoba memadamkannya. Kami tahu bahwa hubungan ini tidak mudah, tetapi semakin hari, kami semakin yakin bahwa kami berdua adalah pilihan yang tepat satu sama lain.
Hari itu, kami berbicara lagi tentang cita-cita kami masing-masing. Arya sedang sangat sibuk dengan proyek baru di tempat kerjanya, sebuah proyek besar yang melibatkan kolaborasi dengan banyak pihak. "Aku merasa seperti punya tanggung jawab besar, ini bisa jadi loncatan karierku," katanya dengan semangat.
Aku merasa bangga mendengarnya, tetapi dalam hati, aku juga merasa cemas. Apakah dengan kesibukannya yang semakin meningkat, waktu untukku akan semakin berkurang? Namun, aku berusaha menenangkan diri. Ini adalah saatnya aku mendukungnya seperti yang selalu ia lakukan padaku.
Waktu terus berjalan, dan kami berdua semakin terikat dalam kehidupan masing-masing. Aku juga mulai menulis sebuah buku yang terinspirasi dari kisah kami. Tulisan itu terasa seperti jalan untuk mengekspresikan segala perasaan yang tertahan, rindu, dan cinta yang menggebu-gebu. Setiap malam, aku menulis halaman demi halaman dengan semangat, berharap suatu hari nanti, Arya bisa membacanya dan tahu betapa dalamnya perasaanku padanya.
Suatu malam, aku menerima telepon dari Arya. Suaranya terdengar lelah, tetapi ada semangat dalam nada bicaranya. "Aku sangat ingin bertemu denganmu," katanya tiba-tiba. Aku terkejut sekaligus bahagia mendengarnya. "Aku juga, Arya. Mungkin sudah saatnya kita merencanakan pertemuan."
Kami berdua mulai berbicara tentang bagaimana caranya agar bisa bertemu. Arya yang tinggal di kota berbeda harus menyesuaikan jadwal pekerjaannya, dan aku pun harus mengatur waktu. Meskipun banyak kendala yang mungkin menghadang, hanya pikiran tentang bertemu dengannya saja sudah membuatku bersemangat.
Hari demi hari berlalu, dan kami berusaha keras untuk mewujudkan rencana itu. Namun, selalu ada saja halangan yang menghambat. Suatu hari, proyek besar Arya memerlukan perhatiannya yang penuh. Hari lain, aku mendapatkan tawaran untuk melakukan tur promosi buku di kota lain. Rasanya seperti alam semesta terus menguji kami, mencoba untuk melihat seberapa besar tekad kami untuk bertemu.
Namun, suatu hari, Arya mengirim pesan yang membuat hatiku melompat. "Aku telah mengatur jadwalku, dan dalam dua minggu, aku akan memiliki beberapa hari libur. Aku bisa datang ke kotamu!" Pesan itu membuatku tersenyum lebar, dan tanpa berpikir panjang, aku segera membalas dengan penuh antusiasme.
Dua minggu terasa seperti waktu yang sangat lama ketika menunggu seseorang yang begitu dirindukan. Aku merasa seperti anak kecil yang menunggu hari ulang tahunnya, begitu tak sabar dan dipenuhi dengan harapan. Setiap hari terasa lambat, tetapi aku terus menghitung mundur hari-hari yang tersisa.
Akhirnya, hari itu tiba. Aku mengenakan pakaian terbaikku, menata rambut, dan bersiap menyambut Arya. Kami sepakat untuk bertemu di taman kota yang indah, tempat yang penuh dengan kenangan manis bagi kami. Saat aku sampai di sana, aku merasa jantungku berdebar kencang. Di kejauhan, aku melihat sosok Arya, berjalan dengan langkah cepat, dan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya.
"Akhirnya kita bertemu," katanya sambil mendekat dan memelukku erat. Dalam pelukan itu, aku merasakan segala rindu yang selama ini tertahan. Semua perjuangan, semua kerinduan, semua ketidakpastian, seakan hilang begitu saja saat kami bertatapan. Kami duduk bersama, berbincang tentang banyak hal, tertawa, dan menikmati setiap detik yang terasa begitu berharga.
Kami menghabiskan hari itu dengan berjalan-jalan, berbicara tentang impian kami, dan mengenang kembali momen-momen indah yang pernah kami lalui. Setiap detik bersamanya terasa begitu indah, dan aku ingin waktu berhenti agar momen itu bisa bertahan selamanya. Kami berdua tahu bahwa hari-hari seperti ini tidak akan sering terjadi, karena setelah ini, kami akan kembali ke kehidupan kami masing-masing. Namun, kami memutuskan untuk menikmati setiap detik tanpa memikirkan apa yang akan terjadi esok.
Di penghujung hari, Arya menatapku dalam-dalam. "Aku tahu perjalanan kita tidak akan selalu mudah, dan aku tahu kita masih harus melalui banyak hal, tapi aku ingin kau tahu bahwa aku akan selalu berjuang untuk hubungan ini."
Aku menggenggam tangannya, merasakan kehangatan dan ketulusan yang ia berikan. "Aku juga, Arya. Kita mungkin tidak sempurna, tapi aku yakin kita bisa saling melengkapi."
Hari itu, kami berdua berjanji untuk tetap saling mendukung, apapun yang terjadi. Kami tahu bahwa perjalanan ini tidak akan selalu mulus, tetapi kami juga tahu bahwa cinta kami cukup kuat untuk mengatasi segala rintangan. Setelah hari yang indah itu, kami kembali ke kehidupan kami masing-masing, tetapi kali ini, dengan semangat yang lebih kuat untuk mempertahankan apa yang kami miliki.
Dalam beberapa hari setelah pertemuan itu, Arya kembali sibuk dengan pekerjaannya, dan aku juga kembali tenggelam dalam dunia penulisan. Meskipun jarak dan kesibukan kembali mengisi hidup kami, perasaan kami justru semakin dalam. Kami belajar bahwa cinta tidak selalu tentang seberapa sering kita bertemu, tetapi tentang seberapa kuat kita bisa mempertahankan perasaan itu meski berada jauh.
Malam itu, saat aku menulis bab baru untuk bukuku, aku menyadari betapa beruntungnya aku memiliki Arya dalam hidupku. Meskipun hubungan ini penuh dengan tantangan, aku tahu bahwa setiap detik yang kami habiskan bersama adalah bukti bahwa cinta bisa mengatasi jarak dan waktu.
Di balik semua kesibukan dan tantangan yang kami hadapi, ada cinta yang terus tumbuh dan menguatkan kami. Meski terpisah oleh jarak, kami tahu bahwa suatu saat nanti, kami akan menemukan cara untuk mengatasi semua rintangan dan menjalani hidup bersama. Sampai hari itu tiba, kami akan terus berjuang, menggenggam cita dan cinta, tanpa pernah menyerah.