Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
❤️ Happy Reading ❤️
Dari jam empat sore Melda sudah menyambangi toko kue milik sahabatnya. Bukan tanpa tujuan, Melda sengaja ingin mengajak Meyva untuk mempersiapkan penampilannya.
"Tumben jam segini sudah ke sini?" tanya Meyva saat melihat sosok sahabatnya duduk di salah satu kursi. "Gak kerja memang?" tanya Meyva lagi.
Melda menepuk keningnya sebelum menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Meyva.
"Apa kamu lupa kalau hari ini itu hari Sabtu yang berati jam segini tentu saja aku sudah pulang." kata Melda yang sedikit greget.
"Iya kah." gumam Meyva.
"Makanya jangan hanya sibuk kerja juga sibuk memikirkan mantan sehingga lupa segalanya." cibir Melda.
"Eh ngadi-ngadi nih anak." sahut Meyva. "Kalau sibuk kerja iya, tapi kalau yang kamu bilang sibuk mikirin mantan ... heh sorry ye, gak ada tuh." kata Meyva lagi.
"Jalan yuk." ajak Melda.
"Kemana?" tanya Meyva.
"Cari gaun yang bagus terus ke salon agar penampilan kita terlihat wow." jawab Melda.
"Emang perlu ya seperti itu?" tanya Meyva dengan polosnya tapi bikin Melda semakin bertambah gregetan.
"Iya perlu Meyva, buktikan pada mereka kalau kamu itu bisa hidup lebih baik tanpa mereka semua, buktikan kalau kamu itu bisa move on dari Dimas." kata Melda.
Meyva memikirkan sejenak apa yang di katakan oleh sahabatnya itu hingga akhirnya memutuskan untuk ikut aja apa kata Melda.
"Bu Mer, titip toko ya ... saya pergi dulu." pamit Meyva yang di angguki oleh Bu Meri.
Melda dan Meyva pergi menggunakan satu mobil yaitu mobil milik Melda. Tujuan pertama mereka adalah salah satu mall terbesar dan terlengkap di daerah itu.
Menyusuri setiap toko yang ada untuk mencari gaun yang pas untuk mereka berdua.
"Ini aja gimana Mey?" tanya Melda dengan mengangkat satu gaun berwarna merah maron dengan model a-line dress dengan panjang hingga lutut. "Aku rasa ini cocok untuk kamu." kata Melda lagi mengemukakan pendapatnya.
"Bagus." kata Meyva.
"Coba dulu gih." kata Melda lagi dengan tangan yang sudah terulur memberikan gaun itu untuk Meyva.
Tanpa buang waktu Meyva pun langsung membawanya ke ruang pas untuk mencobanya.
"Pilihan Melda memang selalu gak bisa di ragukan." gumam Meyva saat melihat tampilan dirinya di cermin.
Meyva kemudian melepasnya dan membawanya keluar.
"Gimana?" tanya Melda.
"Pas, aku ambil ini." jawab Meyva. "Terus kamu mana?" tanya Meyva.
Melda mengangkat tangannya yang sudah membawa satu dress dengan model yang sama namun motif serta warna yang berbeda. Warna hitam yang terlihat elegan menjadi pilihan Melda untuk dirinya sendiri.
"Yuk bayar, habis ini kita masih perlu kembali heels juga tas yang sesuai." kata Melda mengatakan tujuan mereka selanjutnya.
Setalah hampir dua jam mereka berburu dress, heels dan tas, disinilah mereka saat ini ... salon kecantikan. Kalau di tanya ini ide siapa? Tentu saja ini semua ide Melda.
❤️
Tepat pukul tujuh malam, taksi online pesanan Meyva sudah sampai di depan toko dan siap membawa Meyva ke rumah orangtuanya. Rumah yang menyimpan kenangan manis dan juga pahit sekaligus.
Ternyata begitu sampai suasana sudah cukup ramai, mobil-mobil mewah pun banyak berjejer di luar. Serta jangan lupakan ada beberapa awak media pula yang datang untuk meliput meskipun dari luar. Rena yang merupakan seorang model dan akan bertunangan dengan anak salah satu pengusaha, tentu saja hal ini tak akan dia sia-siakan agar semakin mendongkrak popularitasnya.
Memejamkan matanya sejak, kemudian menghela nafasnya dalam-dalam selama beberapa kali, baru dengan penuh keyakinan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam.
Seperti orang asing, itulah yang saat ini Meyva rasakan. Tak ada yang menyambut, bahkan juga tak ada dari tamu-tamu itu yang dirinya kenal.
"Heh tau gini aku terima tawaran Melda untuk datang bareng." gumam Meyva yang merutuki segala kebodohannya. Dengan percaya dirinya dia menolak ajakan Melda untuk datang bersama.
Puk
Satu tepukan dari belakang pundaknya membuat Meyva sedikit terkejut.
"Ngapain bengong Bu?" tanya Melda yang baru saja datang bersama ayah dan ibunya.
"Ah syukurlah kamu sudah datang Mel." kata Meyva dengan lega. "Kayak orang ilang aku tau gak." imbuhnya lagi.
"Salah siapa sok-sokan mau datang sendiri." ejek Melda.
Meyva kemudian menyalami kedua orangtua Melda. Mereka tadinya hanya tersenyum di belakang Melda menyaksikan interaksi sang putri dengan sahabatnya.
"Apa kabar tante, om?" tanya Meyva.
"Baik sayang, kamu sendiri bagaimana?" tanya ibu Arni.
"Baik tante." jawab Meyva.
"Kamu yang sabar ya." kata ibu Arni lagi yang di angguki oleh Meyva.
"Ayo kita kesana dulu, menyapa yang punya rumah." kata ayah Riyan.
Ayah Riyan dan ibu Arni berjalan terlebih dulu dengan Melda dan Meyva yang mengekor di belakangnya. Mata Meyva memanas ketika melihat bagaimana bahagianya sang ayah, terlihat sekali dengan senyum lebar yang tak pernah lepas dari bibirnya.
"Pak Surya." sapa ayah Riyan.
"Ah pak Riyan, Bu Arni." kata ayah Surya.
"Selamat atas pertunangan putrinya pak." ucap ayah Riyan dengan menjabat tangan ayah Surya.
"Terimakasih ... terimakasih." ucapnya.
Tapi beberapa saat senyum cerah itu luntur tat kala matanya melihat pada Meyva yang berdiri tak jauh dari mereka.
Meyva yang merasa di tetap pun langsung berjalan maju, kemudian mengulurkan tangannya untuk menyambar tangan dan mencium punggung tangan sang ayah tanpa sepatah kata yang terucap.
Setalah itu memilih pergi menjauh dengan Melda yang selalu ada di sisinya.
❤️
Prosesi pertunangan berlangsung dengan lancar, tukar cincin pun telah di lakukan, kini saatnya untuk semua tamu undangan bercengkrama sambil menikmati semua jamuan yang ada.
"Wah lihat siapa ini yang datang." kata Rena dengan senyum mengejeknya. "Berani juga kamu datang kesini? gak sakit hati lihat kita berdua?" imbuhnya lagi.
Mendengar kata-kata dari saudara tirinya itu benar-benar membuat dirinya begitu jengah. Sebenarnya begitu malas untuk Meyva datang namun demi membuktikan kalau dirinya tidak terpuruk, tidak gagal move on, terpaksa datang ke sini.
"Gak punya mulut sampai gak bisa jawab apa yang aku katakan?" kata Rena lagi dengan nada geram.
"Kayaknya gak ada pentingnya juga aku jawab semua pertanyaannya kamu itu." sahut Meyva dengan tenang. "O iya apa kamu bilang tadi? sakit hati ... Heh." kata Meyva dengan senyum mengejek hingga siapa pun yang melihat pasti akan terpancing amarahnya. "Sakit hati karena dia dan kamu, sama sekali gak penting." imbuhnya. "Btw aku ucapin selamat untuk kalian berdua, semoga lancar hingga hati pernikahan, karena sungguh kalian berdua itu benar-benar pasangan yang cocok." ucap Meyva. "Sama-sama sampah." sambungnya dengan nada pekan namun penuh penekanan yang membuat wajah Rena menjadi merah padam.
"Dasar kurang ajar." geram Rena yang langsung meraih gelas berisi air sirup yang ada di dekatnya.
Byur