Genap 31 tahun usianya, Rafardhan Faaz Imtiyaz belum kembali memiliki keinginan untuk menikah. Kegagalan beberapa tahun lalu membuat Faaz trauma untuk menjalin kedekatan apalagi sampai mengkhitbah seorang wanita.
Hingga, di suatu malam semesta mempertemukannya dengan Ganeeta, gadis pembuat onar yang membuat Faaz terperangkap dalam masalah besar.
Niat hati hanya sekadar mengantar gadis itu kepada orang tuanya dalam keadaan mabuk berat dan pengaruh obat-obatan terlarang, Faaz justru diminta untuk menikahi Ganeeta dengan harapan bisa mendidiknya.
Faaz yang tahu seberapa nakal dan brutal gadis itu sontak menolak lantaran tidak ingin sakit kepala. Namun, penolakan Faaz dibalas ancaman dari Cakra hingga mau tidak mau pria itu patuh demi menyelamatkan pondok pesantren yang didirikan abinya.
.
.
"Astaghfirullah, apa tidak ada cara lain untuk mendidik gadis itu selain menikahinya?" Rafardhan Faaz Imtiyaz
Follow Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 - Kamu Mencintainya? - Faaz
"Teman-temanku pada nanya, aku 'kan jadi sebel."
"Nanya apa?" Faaz mengekor di balik punggung Ganeeta.
Tanpa keraguan, Ganeeta mengutarakan kekesalannya perihal pertanyaan menyebalkan yang dia dapatkan dari sahabat maupun kakak sepupunya.
Harapannya agak Faaz mengerti bahwa kekesalannya menembus sampai dinding ra-him. Namun, siapa sangka bahwa sang suami justru akan lebih peka dibanding dugaannya.
"Gitu ceritanya?"
"Iya, Mas sih ngapain pakai ngikutin perintah Papi."
Tak menjawab, Faaz juga tidak bermaksud membela diri. Sejauh pengetahuannya, wanita memang tidak menyukai suami yang disetir siapapun, baik itu orangtua, mertua ataupun orang-orang terdekat lainnya.
"Ehm, kita jalan-jalan mau? Di Yogya juga banyak pantai dan tidak kalah keindahannya sama Bali loh."
"Ck takut ah."
"Takut kenapa?"
"Nanti ada Nyi Roro Kidil," jawabnya sembari mencebikkan bibir hingga membuat Faaz tergelak seketika.
"Kidul, Sayang, Kidul."
"Iya itu maksudnya, Kidul."
"Ada-ada saja," ucap Faaz seraya menggeleng pelan.
Ada saja hal random yang terlontar dari bibirnya, dalam keadaan seperti ini, Ganeeta masih bisa bercanda. Hal ini merupakan bukti valid bahwa Ganeeta memang benar anak yang ceria sebagaimana ungkapan Papi Cakra.
"Mana tahu, Mas, kan mitosnya gitu."
"Jadi sekarang mau atau tidak? Mas punya motor vespa tahu."
"Oh iya?"
Faaz mengangguk, binar kebahagiaan mulai terlihat di wajah imutnya. "Warna apa?" tanya Ganeeta kemudian.
"Kuning."
"Ah kuning, itu motor atau jus nanas?"
"Ha-ha-ha, ya motor lah, jauh banget menyimpangnya ke jus nanas," ucap Faaz lagi dan lagi tergelak, makin hari celetukannya makin tak jelas.
"Boleh deh, tapi aku yang bonceng ya?"
"Boleh," jawab Faaz berakhir membuat Ganeeta berseru yes saking bahagianya.
Setelah sempat patah hati karena SIM-nya disita pagi harinya, sore ini Faaz justru mengizinkannya mengemudi dan menjadi penguasa jalan raya.
Sungguh hal itu menciptakan kebahagiaan tersendiri bagi Ganeeta. Meski tidak bisa sebebas dahulu, tapi minimal masih bisa diizinkan duduk di depan.
"Eh, bentar."
"Kenapa?"
"Mas baru sadar, kamu sejak kapan pakai gamis lagi?"
"Tadi ada Alifah ngetuk pintu ... jadi kupakai deh," jawab Ganeeta seadanya, belum ada niat mengadu atas sikap tak mengenakan yang tadi sempat dia terima.
"Sudah ketemu?"
"Sudah, Mas sudah?" Ganeeta balik bertanya dan kemudian ditanggapi dengan anggukan pelan di sana.
"Sama suaminya juga?"
"Tidak, sendirian," jawab Ganeeta lagi dan kali ini dia tidak menganggap Faaz wartawan karena terlalu banyak tanya seperti biasa.
"Kalian ngobrol?"
"Sedikit," jawab Ganeeta sembari terus melanjutkan langkah.
Saat ini, keduanya sudah melewati ruang tamu dan memang masih terlihat sepi, tidak ada siapa-siapa.
Baik Alifah maupun suaminya tidak berada di sana, entah ada di kamar atau di mana, Ganeeta tidak tahu juga.
Tepatnya tidak peduli, akan lebih baik tidak bertemu untuk sementara waktu karena hanya mulutnya cukup menyakitkan hati.
Sepanjang mengikuti langkah Faaz menuju garasi, mata Ganeeta menatap sekeliling dan memerhatikan design hunian super megah milih keluarga suaminya itu.
Sebenarnya sejak awal menginjakkan kaki di tempat ini Ganeeta sudah dibuat kagum. Namun, begitu tiba di garasi ternyata yang tadi dia lihat belum seberapa.
Koleksi kendaraan Faaz cukup membuat Ganeeta tercengang, tidak dia duga bahwa sang suami ternyata memiliki hobi yang tidak jauh beda seperti papinya.
"Woah, mobil sama motor di sini punya Mas semua?"
"Alhamdulillah," jawab Faaz sembari menoleh ke arah sang istri yang masih tercengang dibuatnya.
"Keren ... sejak kapan hobi ngoleksi ginian?"
"Ehm, mungkin sejak remaja," jawab Faaz kemudian.
Lagi dan lagi Ganeeta makin tercengang, status Faaz sebagai putra kiyai yang juga merupakan konglomerat itu tidak perlu diragukan.
"Gi-la sih, ternyata Mas Faaz sekaya ini," puji Ganeeta yang hanya Faaz tanggapi dengan senyum tipis di sana. "Tapi uang jajan istrinya kok kecil?"
Gleg
Baru saja tersanjung, beberapa detik kemudian Faaz justru tersandung. Tak dia duga bahwa Ganeeta justru akan membahas uang jajan pada akhirnya, sungguh.
"Kan sudah Mas kasih 1 juta hari ini."
"Halah, itu kan karena aku minta ... jatah yang benar-benar Mas kasih cuma 50 ribu," protes Ganeeta sedendam itu perkara uang jajan 50 ribu.
"Yang penting cukup, Net, ingat sesuatu yang berlebihan itu tidak baik."
"Alasan, pelit mah pelit aja, Mas, pakai bilang sesuatu yang berlebihan tidak baik."
"Astaghfirullah ... mana ada Mas pelit, kalau saja Papi izinkan sudah Mas kasih black card seriusan."
"Ish bener-bener, yang Mas nikahin tu aku atau papi sih? Masa uang jajan saja harus ikut standarnya Pap_"
.
.
"Shuut, sini Mas pakaikan helm-nya ... dan sekarang kita pergi mumpung belum hujan, buruan," ucap Faaz segera mengakhiri pembicaraan konyol semacam ini.
Khawatir semakin lama semakin panjang, dia tidak ingin hal semacam ini berkelanjutan.
Dan hal itu tidak sia-sia, Faaz mengambil keputusan yang tepat karena jika tidak begitu entah kapan mereka benar-benar berangkat.
Butuh beberapa menit untuk keduanya tiba di tempat yang dituju. Sebenarnya Faaz sedikit pesimis, khawatir ketika tiba Ganeeta masih kecewa dan masih tetap ingin ke Bali juga pada akhirnya.
Bersyukurnya, begitu tiba dia tidak banyak protes dan bisa menikmati suasana di sana. Tanpa bi-kini, tanpa turis sek-si sebagaimana yang Ganeeta ungkapkan tadi, dia masih terlihat tenang tatkala menatap hamparan ombak di depannya.
"Gimana? Pantai tidak harus Bali, 'kan?"
"Hem, Yogya juga indah," pujinya kemudian menatap jauh ke depan sana.
Embusan angin yang menyapa terasa begitu menenangkan hingga Ganeeta perlahan memejamkan mata.
Niat hati mencari ketenangan, tapi begitu memejamkan mata bayangan masa kecilnya tatkala berlibur ke pantai bersama Om Pras justru terbayang dengan begitu jelasnya.
"Ck, kenapa sih tua bangka itu harus masuk dalam ingatanku lagi?"
"Heum? Siapa?"
"Ada, orang," jawab Ganeeta sedikit enggan membahas tentang Pras bersama suaminya.
"Om Pras, kah?" terka Faaz yang ternyata tepat sasaran dan membuat Ganeeta mendongak ke arahnya.
"Mas tahu tentang itu?"
"Sedikit, Papi pernah bahas soalnya."
"Baguslah, aku tidak perlu bercerita kalau begitu," ungkapnya seketika duduk di atas pasir pantai yang kemudian Faaz ikuti segera.
"Ehm, Mas boleh tanya sesuatu tidak?"
"Tanya apa?"
"Apa benar dia adalah alasan kamu kehilangan arah sampai melakukan segala cara demi mencari kesenangan, Ganeeta?"
"Iya, Om Pras benar-benar membuatku gila," ucap Ganeeta kemudian mengatupkan bibir seraya menahan sesak yang tak kuasa dia utarakan dengan kata.
"Kamu benar-benar mencintainya?"
"Entahlah, kata Om Pras yang kurasakan ini bukan cinta ... tapi, sewaktu bersama Zion aku tidak merasakan sesuatu yang spesial, beda seperti sama Om Pras pokoknya."
"Terus kalau sama Mas gimana? Apa ada sesuatu yang spesial?" tanya Faaz nekat bertanya dan ternyata dijawab dengan begitu cepat tanpa pikir panjang oleh Ganeeta.
"Tentu saja tidak."
.
.
- To Be Continued -
Last eps hari ini ... maaf terlambat, sebenarnya Author ingin up langsung 2-3 Eps dan dibaca sekaligus. Insya Allah Author usahain, cuma satu pesan Author kalau misal upnya langsung jangan dilewatin like sama komennya ya 🫶 Dah, see you.