Bayangan Di Kota: Kisah Gadis Indigo
Pagi itu Lila duduk di tepi tempat tidur kosannya yang kecil di sudut kota. Matanya setengah terbuka, masih ngantuk. Jam di ponselnya menunjukkan pukul 06.30 pagi, tapi rasanya seperti jam 3 subuh.
"Kenapa, sih, bangun pagi itu berat banget?" gumamnya sambil meraih ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya.
Dia menatap layar ponselnya, menggeser-geser notifikasi yang nggak penting. Dari grup alumni sekolah, notifikasi diskon online shop, dan, tentu saja, beberapa pesan tak dikenal yang sepertinya spam. Matanya tiba-tiba terpaku pada satu pesan misterius dari nomor yang nggak ada di kontaknya. Isi pesannya singkat tapi bikin penasaran.
"Kamu terpilih. Sudah waktunya mulai melihat lebih jelas."
Lila langsung duduk tegak, rasa kantuknya hilang seketika. Dia membacanya ulang, memastikan nggak salah baca.
"Hah? Terpilih? Maksudnya apa?" batinnya.
Hati Lila mulai nggak enak. Bukan soal pesannya yang aneh, tapi firasatnya... Sejak kecil, Lila tahu dia beda. Bukan cuma bisa "merasakan" hal-hal aneh di sekitarnya, tapi kadang-kadang dia juga bisa melihat sesuatu yang nggak bisa dilihat orang lain. Selama ini, dia berusaha mengabaikannya, berharap hidupnya bisa normal di kota besar ini. Tapi sepertinya, hari itu semuanya berubah.
"Ya ampun, Lila. Jangan terlalu dipikirin. Mungkin cuma prank orang iseng," katanya meyakinkan dirinya sendiri, meski hatinya bilang sebaliknya.
...****************...
Setelah mandi dan sarapan seadanya, Lila berangkat ke kantornya di daerah pusat kota. Dia bekerja sebagai jurnalis di sebuah media kecil. Bukan media yang terkenal, tapi cukup bikin sibuk.
Di dalam bus, pikiran Lila nggak berhenti mikirin pesan misterius tadi pagi. "Apa mungkin ada hubungannya sama... kemampuan gue?" pikirnya. Dia ingat beberapa kali melihat bayangan aneh di sudut-sudut kantor, tapi nggak pernah bilang ke siapa-siapa.
"Lila, lo terlalu banyak baca novel horor deh!" kata hatinya berusaha menghibur. Tapi percuma, rasa khawatirnya nggak juga hilang.
Setibanya di kantor, suasana seperti biasa. Meja-meja berantakan, orang-orang sibuk mengetik atau ngobrol soal gosip terbaru. Lila berjalan menuju mejanya dengan perasaan lega. Di tempat ini, dia bisa merasa 'normal'.
"Yo, Lil! Udah dapet bahan buat liputan belum?" suara Rina, rekan kerjanya, memecah lamunannya.
Lila tersenyum tipis. "Belum sih, tapi kayaknya bakal ada yang menarik hari ini," jawabnya sambil duduk.
Rina tertawa kecil. "Heh, feeling lo nggak pernah salah, ya! Mungkin ada misteri di balik pojokan warung kopi tuh," canda Rina.
Lila hanya tertawa kecil, tapi dalam hatinya dia bertanya-tanya, apakah ini hari di mana semuanya bakal berubah?
...****************...
Siang itu, Lila dapat tugas liputan dari bosnya. Bukan tugas besar, cuma liputan tentang renovasi gedung tua di pusat kota. Tapi entah kenapa, saat dia dapat informasi soal gedung itu, perasaannya jadi nggak enak lagi.
Gedung tua itu dikenal punya sejarah yang kelam. Beberapa tahun lalu, katanya ada kebakaran besar di sana dan banyak korban yang nggak sempat selamat. Sekarang gedung itu akan direnovasi jadi gedung perkantoran modern.
Waktu tiba di lokasi, suasana terasa... berbeda. Meski siang bolong, ada sesuatu yang bikin bulu kuduk Lila merinding.
"Kenapa auranya beda, ya?" pikir Lila.
Dia berjalan pelan, sambil melihat-lihat sekeliling. Bayangan gedung yang hitam dan suram terasa begitu kontras dengan sinar matahari yang cerah. Para pekerja konstruksi tampak sibuk di sana-sini, tapi Lila tahu ada sesuatu yang nggak beres di sini.
Ketika dia memotret bagian depan gedung, matanya menangkap sosok samar di jendela lantai dua. Bayangan hitam... berdiri diam, mengawasinya.
"Lila, lo liat apa?" tanya Rina yang ikut dalam liputan.
Lila nggak langsung menjawab. Dia menatap tajam ke arah jendela itu, tapi sosoknya sudah hilang.
"Nggak... nggak apa-apa," jawab Lila, berusaha terdengar normal. Tapi dalam hatinya, dia tahu dia melihat sesuatu. Sesuatu yang orang lain nggak bisa lihat.
...****************...
Malamnya, Lila kembali ke kosannya. Rasa lelah setelah seharian kerja membuat tubuhnya terasa berat. Dia meletakkan tasnya di kursi dan merebahkan diri di kasur. Di kamar yang kecil dan sunyi itu, Lila akhirnya bisa sedikit merasa tenang. Namun, pikiran tentang gedung tua itu terus menghantui.
"Apa yang gue liat tadi siang beneran?" tanya Lila dalam hati. Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa mungkin itu cuma imajinasinya yang lelah.
Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Notifikasi pesan masuk. Dengan malas, Lila meraihnya.
Nomor tak dikenal lagi. Isi pesannya:
"Sudah waktunya kamu melihat lebih dalam, Lila. Mereka menunggumu."
Lila terdiam. Jantungnya berdegup kencang. Siapa yang menunggunya? Dan apa maksudnya dengan 'melihat lebih dalam'?
"Hah, apa-apaan ini...?" bisiknya pelan, mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Telepon tiba-tiba berdering. Nomor tak dikenal. Tangan Lila bergetar saat meraih ponselnya. Dia menatap layar sebentar, ragu-ragu. Haruskah dia mengangkatnya?
Akhirnya, dengan napas tertahan, Lila menggeser layar untuk menerima panggilan.
"Halo...?"
Suara di ujung telepon terdengar pelan, hampir seperti bisikan. "Lila... kita sudah lama menunggumu. Saatnya kamu memahami siapa dirimu."
Lila terdiam, merasa dingin merambat di tulang punggungnya.
"Siapa... siapa lo?" tanyanya, suaranya sedikit gemetar.
Tapi sebelum dia bisa mendapat jawaban, panggilan terputus. Ruangan yang tadinya tenang tiba-tiba terasa lebih mencekam. Lila memandang ponselnya dengan ngeri, perasaannya campur aduk.
Dia tahu, hidupnya nggak akan pernah sama lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ini bab pertama nya semoga kalian suka yah guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Doristeri
I love the Story 😍❤️
2024-10-20
0
Tina Febbryanti
baru mampir....😊
2024-10-03
1