Emanuel Abraham Lincoln seorang pria dewasa yang berumur 28 tahun merupakan CEO Dari perusahaan Besar yang bernama E,A Company
Emmanuel Merupakan suami dari seorang wanita cantik yang bernama Rossa, mereka sudah lama menikah dan di karuniai seorang
putra Yang Kini Berusia 2 tahun, putra mereka Di beri nama Kenzie Junior Abraham Lincoln.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nenek Sudah Tiada
Di dalam ruangan itu sudah terdapat Raja, Almira, Tuan Charles dan juga Nyonya Lenny. Emmanuel pun segera melangkah mendekati Tuan Charles dan Nyonya Lenny yang masih menangis di samping tempat tidur Nenek Buyutnya. Sedangkan Silvia? Ia hanya bisa terdiam di sudut ruangan sembari menggendong Kenzie.
"Bagaimana keadaan Nenek?" tanya Emmanuel penuh kekhawatiran.
"Kondisinya semakin menurun. Dokter bilang Nenek sudah tidak dapat bertahan lagi," jawab Tuan Charles yang membuat air mata Emmanuel langsung menetes begitu saja.
"Nenek sudah tidak bisa bertahan lagi, El. Mungkin ini sudah saatnya Nenek berpulang," lirih Nyonya Lenny menangis sejadi-jadinya.
Pandangan Emmanuel pun langsung tertuju pada sang Nenek Buyut yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur itu. "Nenek ...." lirih Emmanuel. "Apa tidak ada cara lain untuk menyelamatkan nyawa nenek?" tanya Emmanuel begitu berharap Nenek Buyutnya itu bisa selamat.
"Uhukk-! Uhukk-!" Tiba-tiba saja Nenek Buyut terbatuk-batuk yang membuat semua sekeluarga langsung panik.
"Apa yang terjadi pada Nenek?!" tanya Almira merasa sangat khawatir.
"Lenny ... di mana Lenny?" tanya Nenek Buyut dengan kondisi yang semakin melemah.
"Lenny di sini, Nek. Nenek harus kuat. Lenny ada di sini. Di samping Nenek," ucap Lenny semakin terisak melihat kondisi sang Nenek yang sudah tak memungkinkan lagi.
"Lenny. Nenek sayang kamu. Kamu sudah berkeluarga sekarang. Jadi Nenek bisa pergi dengan tenang karena kamu sudah ada yang menjaga. Maafkan Nenek ya, selama ini merepotkan kamu dan juga suami kamu," ujar sang Nenek dengan nafas yang sudah tercekik.
"Apa yang Nenek bicarakan? Selama ini kami sangat tulus merawat Nenek. Kami tidak pernah merasa direpotkan sama sekali. Bagaimana pun kesehatan Nenek adalah tanggung jawab kami semua," ujar Tuan Charles ikut menangis.
Tangan sang Nenek terangkat lalu mengusap rahang tegas milik Tuan Charles. "Jaga cucuku baik-baik. Nenek percaya kamu bisa menjaganya," ucap sang Nenek.
"Pasti, Nek. Saya akan menjaga Lenny dengan sebaik mungkin. Dia istriku dan dia tanggung jawabku, Nek," ujar Tuan Charles yang membuat sang Nenek langsung tersenyum saat mendengarnya.
Perlahan-lahan mata sang Nenek mulai menutup, sedetik kemudian tangannya yang masih memegang pipi Tuan Charles pun langsung terjatuh.
Tuan Charles yang menyadari itu lantas segera mengecek denyut nadi sang Nenek. "Nenek sudah tiada, Sayang," ucap Tuan Charles yang membuat semua keluarga langsung menangis.
Almira yang mendengar itu juga ikut menangis. Ia menangis dengan keras yang membuat Raja ikut sedih. Raja pun segera menarik tangan istrinya itu lalu memeluknya dengan sangat erat. "Hikss ... Hikss ... Nenek," isak Almira di dalam pelukan Raja.
"Tidak apa-apa, Sayang. Nenek pasti sudah tenang di alam sana. Kamu harus ikhlas," ujar Raja berusaha menenangkan Almira tanya tengah bersedih saat ini.
Nyonya Lenny juga ikut menangis dengan keras. Tuan Charles pun segera memeluk Nyonya Lenny dan menangis bersama. Emmanuel yang melihat semua keluarganya bersedih pun ikut menangis juga. Pria itu melangkah mendekati Silvia yang masih berdiri di sudut ruangan lalu menangis di hadapan gadis itu.
Silvia yang melihat Emmanuel menangis lantas merasa prihatin. "Sabar ya, Tuan," ucap Silvia mengelus punggung Emmanuel. Silvia juga ikut bersedih melihat kejadian penuh haru itu.
"Hikss ... Hikss ...." isak Emmanuel menenggelamkan wajahnya ditekuk leher Silvia sehingga Silvia dapat merasakan lehernya yang basah dikarenakan air mata Emmanuel yang menetes.
"Papa kok nangis?" tanya Kenzie tak mengerti.
"Papa sedih, Nak," jawab Emmanuel masih menenggelamkan wajahnya di leher Silvia.
"Sabar ya Papa." Meski Kenzie belum mengerti mengapa Papanya itu bersedih, anak itu tetap berusaha menenangkan sang Papa.