"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31. William Menjadi Kuli
Kimberly merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Matanya menatap lurus kearah Langit-langit ruangan. Sejenak bibirnya mengukir senyum, namun setelahnya wajahnya datar kembali.
Matanya terpejam. Kimberly ingin tidur, namun dia tidak mengantuk. Dia kembali membuka matanya, bangkit dari tidurnya.
Kimberly segera meraih ponsel miliknya dari atas nakas, membuka benda pipih itu.
Dia menuju ke aplikasi pesan. Melihat apakah ada seseorang yang mengirimkan pesan padanya, selain urusan pekerjaannya.
Setelah Kimberly membuka aplikasi pengirim pesan, dia melihat ada beberapa orang yang mengirimkan pesan padanya. Dua diantaranya dari Jennifer dan Sarah.
Kimberly senang melihat mereka mengirimkan pesan padanya. Dengan penuh antusias Kimberly membuka nomor mereka dan membaca pesan yang mereka kirimkan.
(Kim, kapan Lo senggang? gue mau curhat sama Lo)
(Gue pengen ketemu. Kapan Lo bisa?)
Itu pesan yang Jennifer kirimkan. Dia mengajak Kimberly bertemu dan Kimberly yang saat ini memang tidak ada jadwal apapun segera tersenyum, membalas pesannya. Dia bersedia bertemu dengan Jennifer. Teman baiknya ini selalu membawa mood baik baginya. Support sistem.
(Hai Jen)
(Oke. Mau ketemu dimana?)
(Gue bisa. Sore kita ketemu ya)
Tidak lama setelah itu Jennifer terlihat online dan membaca pesan yang Kimberly kirimkan padanya. Jennifer terlihat membalas pesan itu.
(Kim. Oke. Kita ketemu nanti ya)
(Di cafe biasa kita ketemu gimana? gue pengen cerita sama Lo)
(Tubuh gue sakit banget)
Kimberly dengan cepat membalas.
(Oke kita ketemu disana. Sore. Gue gada acara saat itu)
(Lo sakit kenapa?)
(Jatuh? atau kenapa?)
Kimberly terlihat khawatir setelah mengetahui Jennifer merasakan sakit pada tubuhnya. Dia menduga yang tidak-tidak. Antara Jennifer jatuh entah dimana, kepeleset di kamar mandi, atau si4lnya Jennifer kecelakaan.
Kimberly menjadi negatif thinking hari ini. Dia takut. Jennifer terlihat membalas pesan yang Kimberly kirimkan padanya. Dengan sembari mengirimkan emoticon tertawa, Jennifer membalas cepat.
(Jangan aneh-aneh Lo. Gue nggak papa. Gue cuma sakit pada tubuh gue) - Jennifer
(Lah iya. Maksud gue Lo sakit kenapa? kok bisa. Lo habis ngapain kok bisa sakit gitu?) - Kimberly
Jennifer membalas cepat.
(Haha Lo kayak nggak tau aja. Gue habis perang sama suami gue. Dia gempur gue habis-habisan sampai pagi. Itu adik kecil dia nggak henti nvsukin gue) - Jennifer
(Gunung Fuji gue habis dia makan. Badan gue rasanya kayak mau remuk tau. Haduh, dia semalem kayak orang kesurupan. Gil4 banget) - Jennifer
(Gawang gue kayak udah mau robek ini. Sakit banget rasanya) - Jennifer
(Sebenarnya gue mau cerita ini sama ada hal yang lain yang pengen gue ceritain sama Lo. Tapi karena yang ini udah ya nanti gue ceritain ke Lo hal yang satunya lagi. Lebih penting) - Jennifer
(Yaelah, kirain mo cerita apa Lo. Ternyata cuma mau pamer kalo suami Lo itu jago main r4njang gitu. Gue dah tau kali Jen. Lo gak usah ceritain pasti dah tau. Kalo modelan Lo jalan kayak orang keseleo gitu pasti Lo habis di gempvr sama suami Lo) - Kimberly
(Yaudah nanti kita ketemu. Gue juga ada yang mau gue ceritain sama Lo. Ini lucu. Lo pasti ketawa) - Kimberly
Dibawah pesan yang Kimberly kirimkan pada Jennifer, Kimberly juga mengirimkan beberapa emoticon tertawa dan sejumlah stiker.
(Hehe sorry Kim. Gue cuma mau bagiin kesenangan gue sama Lo. Gue seneng banget. Suami gue manja banget. Dia nggak mau jauh dari gue. Dia pengen kita punya anak lagi. Haduh Lo tau kan anak kita dah banyak, dia masih pengen lagi coba) - Jennifer
Jennifer mengirimkan beberapa stiker pusing dan menghela napas lelah.
(Lo mau cerita apa? oke nanti kita ketemu ya. Jadi penasaran gue. Kayaknya penting banget nih) - Jennifer
Kimberly segera membalas pesan yang Jennifer kirimkan padanya.
(Penting banget. Lucu. Lo pasti ketawa dan seneng kalo gue kasih tau ini) - Kimberly
(Jadi penasaran gue Kim. Apaan sih yang mau Lo ceritain itu? spill dong) - Jennifer
Kimberly merasa senang melihat Jennifer penasaran dengan apa yang hendak Kimberly ceritakan padanya. Ini tentang Dania. Jika Kimberly ceritakan pada Jennifer tentang Dania yang kini menjadi art di rumahnya, pasti Jennifer akan sangat senang mendengarnya.
Dulu Jennifer sangat berapi-api sesaat Kimberly ceritakan padanya tentang Dania dan William pacaran. Jennifer juga sama kesalnya seperti Kimberly. Ingin membalaskan dendam dengan cara apapun.
Kini setelah tau ini bukankah Jennifer akan sangat senang? takdir serasa baik pada Kimberly. Dulu takdir jahat karena membuat Kimberly di selingkuhi. Sekarang takdir sangat baik karena membuat Dania menerima akibatnya.
Kimberly tidak tau lagi bagaimana kondisi William. Setelah resmi bercerai, Wiliam pergi entah kemana. Sedangkan Dania, perempuan itu tidak pergi jauh. Dia seperti anak ayam yang jauh dari induknya.
Bingung kesana kemari tanpa tujuan. Dania hanya tinggal tidak jauh dari rumah Kimberly. Tujuannya karena tidak ingin jauh dari Kimberly, siapa tau Kimberly mau menampungnya lagi.
Kini setelah Dania menjadi art di rumahnya, tentu Kimberly sangat senang. Dia sangat ingin membalaskan apa yang dahulu Dania lakukan padanya dan ini adalah saatnya.
Sebenarnya Kimberly sedih melihat kelakuan Dania ini. Dulu Dania amat sangat baik padanya. Dania mengurusnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Meskipun Dania menikah dengan almarhum papa Kimberly belum lama. Hanya sekitar sembilan tahunan, Dania menunjukkan sosok keibuan yang baik.
Dia mengurus rumah tangga, memasak dan mengurus Kimberly serta Tasya dengan sangat baik. Dia mampu menunjukkan pada Kimberly jika dia adalah mama yang cocok untuknya. Menggantikan almarhumah mamanya, Ratih yang sudah meninggal dunia.
Kimberly teringat, dulu Dania pernah mengatakan padanya, "Mama sayang banget sama, Kim. Kimberly adalah anak mama. Walau Kim bukan anak kandung mama, tapi mama sayang sama Kim. Mama janji mama nggak akan nyakitin Kim atau jauhin Kim. Mama akan selalu jagain Kim sampai kapanpun. Mama janji."
Ucapan Dania itu masih terasa hangat di kepala Kimberly. Kimberly merasa senang dulu sesaat Dania mengatakan itu padanya. Tapi sekarang, Kimberly merasa marah dan kecewa sesaat teringat itu.
Kimberly ingin sekali berteriak keras dan mengeluarkan unek-uneknya. Dia ingin pergi menyusul almarhum papanya. Tapi semua cita-cita dan tujuannya hidup belum sepenuhnya tercapai.
Masih ada satu impian terbesarnya yang ingin dia capai. Kimberly berusaha keras untuk itu.
"Aku harus menemui adik papa. Walau jauh di Beijing China sana. Aku harus bisa menemuinya. Hanya dia yang aku punya sebagai keluarga sekarang. Ehm, dulu papa pernah memberikanku nomornya. Kira-kira masih ada nggak ya di hp ku? coba aku cek lah,"
Kimberly bergegas meraih ponselnya yang ia taruh di sebelah tubuhnya. Membuka benda pipih itu dan mencari nomor adik sang papa yang dahulu pernah diberikan papanya padanya.
Sesaat Kimberly membuka aplikasi kontak, dia mulai mencari nomor adik sang papa. Namanya adalah Nimas Kumadewi. Kimberly mulai mencarinya di kontaknya.
Setelah beberapa saat mencari Kimberly menemukan nama itu ada di kontaknya. Dengan penuh perasaan bahagia, Kimberly mulai mencoba menghubunginya.
Dia menelpon, dan mengajak video call, tapi adik papanya itu tidak menjawab teleponnya. Mungkin sedang sibuk. Adik papanya berada di China karena bekerja. Dia bekerja sebagai art rumahan.
Kimberly memutuskan untuk mengiriminya pesan saja. Meskipun sedang tidak online, Kimberly tetap mengiriminya pesan. Mengajaknya bertemu jika ada waktu.
(Tante, ini Kimberly. Anak papa Yoga)
(Tante lagi sibuk ya? ketemu yuk. Aku kangen sama Tante)
(Ada yang mau aku ceritain sama Tante. Kalo ada waktu Tante pulang ya ke Indonesia. Aku pengen ngajak Tante ketemuan)
(Yaudah kayaknya Tante emang lagi sibuk. Nanti balas wa aku ya Tan. Aku tunggu)
(Makasih Tante)
Setelah selesai mengirimkan pesan itu, Kimberly bangkit berdiri dari duduknya dan melangkah keluar dari kamar. Dia ingin pergi ke dapur untuk minum.
Namun, sesaat langkahnya sampai pada pintu dapur, Kimberly melihat Dania tengah duduk melamun di meja makan. Wajahnya sedih, matanya berkaca-kaca, seperti ingin menangis.
Kimberly pergi menghampiri Dania, duduk di sebelahnya. Di tepuknya pundak Dania keras, membuat Dania terkejut.
"Ngelamun Mulu, kerja sana!" ucap Kimberly lantang dan keras.
Dania terperangah. Dia terlihat gelagapan dan wajahnya memucat. Ada apa? apakah tepukan Kimberly pada bahunya sebegitu kerasnya hingga membuat Dania syok dan wajahnya memucat?
"U-udah selesai Nyonya. Tadi saya udah lakuin semuanya. Saya capek, mau istirahat sebentar." ucap gugup Dania.
Kimberly bisa melihat betapa Dania sangat merasa enggan untuk memanggilnya dengan sebutan nyonya. Dania terlihat gugup, takut atau entah apa yang dia rasakan saat itu.
Kimberly merasa senang melihat Dania memanggilnya dengan sebutan nyonya. Dengan perasaan gembira, dia membalas ucapannya.
"Oh yasudah istirahatlah. Saya mau ke dapur untuk minum. Nanti sore saya mau keluar. Tolong kamu jaga rumah dan jangan pergi kemanapun. Saya tidak akan lama perginya. Kamu mengerti, kan? saya mau ke dapur dulu,"
Kimberly segera bangkit berdiri dari duduknya dan pergi ke dapur untuk minum.
Setelah Kimberly pergi, Dania terdiam dan menghela napas panjang. Dia merasakan betapa b0dohnya dia hingga mau menjadi art di rumah Kimberly seperti ini.
Cuma demi tidak ingin jauh dari Tasya, Dania melakukannya. Padahal jika ia mau dia bisa menolaknya. Dania tetap bisa melakukan pekerjaannya sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan Tasya.
Toh bayaran dari pekerjaannya itu cukup besar. Meskipun dalam agama bayaran dari pekerjaan itu adalah h4ram. Tapi Dania tidak peduli.
Asal bisa membelikan Tasya makanan, mainan dan apapun yang diinginkannya bagi Dania sudah cukup. Dia tidak memikirkan resiko apapun. Baginya pribadi kebahagiaan Tasya adalah nomor satu.
"Dania Dania. Kenapa kamu mau menerima pekerjaan ini. Kamu bisa menolaknya kan, kenapa kamu nurut aja sama Kimberly?
"Kamu b0doh banget sih, Dan. Dia cuma mau memperalatmu saja. Astaga, aku sudah terjebak dalam keb0dohanku sendiri. Menjadi art di rumah mantan anak tiriku adalah sesuatu yang memalukan." Dania merutuki dirinya atas keb0dohannya.
Dia memukuli kepalanya dan menyayangkan tindakannya yang menerima perintah Kimberly dengan mudah. Dengan tidak melawan atau berontak. Betapa dia sangat b0doh jika ia melakukan ini. Sangat memalukan baginya.
Mau di taruh dimana wajahnya jika semua teman-temannya tahu dia jadi art di rumah Kimberly. Pasti mereka akan menertawakannya. Mereka tahu Kimberly. Mereka tahu jika Kimberly adalah anak tirinya. Jika sampai mereka tahu Dania bekerja di rumah Kimberly sebagai art, bukankah mereka akan menghin4nya habis-habisan??
****
Sore harinya, Kimberly bertemu dengan Jennifer di cafe tempat mereka biasa bertemu. Jennifer mengangkat tangannya, meminta Kimberly untuk datang ke mejanya dan duduk.
"Hey, Kim! are you okay?" sapa Jennifer sambil mengangkat tangan.
Kimberly tersenyum balik. "Yah, I'm fine. Tadi jalanan agak macet, panas, bikin gue pengen nyebur ke kolam renang rasanya."
Mereka pun duduk bersama dan memesan minuman favorit mereka. Setelah beberapa saat mengobrol ringan, Jennifer tiba-tiba mengubah ekspresinya menjadi serius.
"Ada hal penting yang pengen gue bicarain sama Lo, Kim," ucap Jennifer dengan suara pelan.
Kimberly langsung tertarik. "Ada apa, Jen? Apa yang terjadi?"
Jennifer menatap Kimberly dengan serius. "Lo inget kan mantan suami Lo, William?"
Kimberly mengangguk. "Ya, tentu aja. Tapi gue udah nggak peduli lagi sama dia. Apa yang terjadi sama William?"
Jennifer menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "William sekarang bekerja sebagai kuli bangunan di tempat kerja suami gue."
Kimberly terkejut mendengar kabar itu. "Serius? William sekarang jadi kuli bangunan? Gue nggak tau harus merespon apa."
Jennifer mengangguk. "Iya, gue juga kaget saat pertama kali tau. Tapi kayaknya dia udah nemuin passion-nya di pekerjaan itu."
Kimberly menggelengkan kepala. "Gue nggak peduli lagi sama apa yang dia lakukan. Gue udah ngelupain masa lalu bersamanya."
Jennifer tersenyum mengerti. "Ya, gue ngerti. Tapi gue cuma pengen ngasih tau Lo, jadi Lo nggak terkejut kalo suatu saat ketemu sama dia."
Kimberly mengangguk. "Makasih, Jen. Tapi gue nggak akan ketemu sama dia. Gue benci sama dia, selamanya gue nggak Sudi buat ketemu dia lagi."
Jennifer mengangguk mengerti. "Ya, gue ngerti perasaan Lo. Tapi siapa tau suatu saat Lo bakal ketemu dia lagi, jadi lebih baik Lo siapin diri aja."
Kimberly mengangguk pelan. "Iya, gue akan siapin diri. Tapi sekarang, mari kita nikmati waktu kita bersama tanpa harus mikirin William."
Kimberly dan Jennifer pun melanjutkan obrolan mereka dengan topik yang lebih ringan. Mereka tertawa dan bercanda seperti biasa, menikmati waktu mereka di cafe yang nyaman itu.
Setelah beberapa jam berlalu, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Mereka berdiri dari meja mereka dan berpelukan sebelum berpisah.
"Makasih buat hari ini, Jen. Gue seneng bisa ketemu sama Lo dan cerita-cerita," ucap Kimberly sambil tersenyum.
Jennifer membalas senyuman itu. "Nggak masalah, Kim. Lain waktu kita ketemu lagi ya, gue masih ada banyak hal yang pengen gue ceritain sama Lo. Stok cerita gue masih menumpuk tuh, minta di keluarin hehe,"
Mereka pun berpisah dengan senyum di wajah masing-masing. Kimberly merasa senang setelah bertemu dengan Jennifer, teman terbaiknya yang menjadi mood booster untuknya.
Saat Kimberly berjalan pulang, dia merenungkan percakapan tadi tentang William. Meskipun dia sudah berusaha melupakan masa lalunya bersama mantan suaminya itu, namun kabar terbaru tentang William membuatnya sedikit terkejut.
Bersambung ...