Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Permainan dalam Bayangan
Rachel duduk di ruang tamu dengan segelas teh yang sudah dingin di tangannya. Pikirannya kalut, sementara perasaan takut dan was-was semakin menghantuinya. Sejak ancaman-ancaman itu semakin jelas, tidurnya tak pernah benar-benar nyenyak. Pikirannya terus tertuju pada Leo, anaknya yang polos dan tak berdosa, serta pada masa lalu yang kini kembali menghantuinya.
Di sisi lain, David, yang telah menginap malam itu, bangun dengan perasaan tegang. Pesan ancaman yang ia terima malam sebelumnya masih menghantuinya, tapi sebagai seorang CEO, ia terbiasa menyembunyikan kegelisahan di balik wajah tegasnya. David sadar, ancaman ini bukan main-main, dan yang paling membahayakan adalah Leo.
David keluar dari kamar dan melihat Rachel duduk diam di ruang tamu. Ia melangkah mendekat.
“Rachel,” panggilnya pelan.
Rachel tersentak dari lamunannya. Ia menatap David dengan pandangan penuh kekhawatiran. “David, aku takut. Ancaman ini semakin serius. Aku tidak tahu sampai kapan kita bisa bersembunyi.”
David menghela napas dan duduk di sampingnya. “Aku mengerti, Rachel. Tapi kita harus tetap tenang. Panik hanya akan membuat kita rentan. Aku akan mencari tahu siapa dalang di balik semua ini.”
Rachel memejamkan mata sejenak. “David, kalau orang itu benar-benar tahu tentang Leo... bagaimana kalau dia...”
David mengangkat tangannya, menenangkan. “Tidak akan ada yang menyentuh Leo. Aku janji.” Nada suaranya tegas, tetapi di balik ketegasan itu, Rachel merasakan kecemasan yang sama.
“Bagaimana kau bisa begitu yakin, David? Orang ini tahu terlalu banyak.”
David terdiam, menatap lantai sejenak sebelum kembali menatap Rachel dengan intensitas yang membuat jantungnya berdebar.
“Rachel, aku punya rencana. Tapi aku membutuhkan kerjasama penuh darimu. Kita akan bermain di permainan mereka.”
Rachel mengernyit. “Apa maksudmu?”
David mendekatkan wajahnya, berbicara dengan nada rendah, seakan takut ada yang mendengar. “Kita akan membuat jebakan. Jika mereka mengincar kita, mereka pasti akan bergerak dengan lebih agresif. Kita akan menempatkan diri kita sebagai umpan.”
Rachel menatap David dengan terkejut. “Kau ingin kita—”
“Aku tahu ini berbahaya, tapi ini satu-satunya cara. Mereka tidak akan berhenti sampai kita menunjukkan bahwa kita bukan mangsa yang mudah.”
Rachel terdiam, hatinya dipenuhi ketakutan dan keraguan. Namun, ketika ia memikirkan Leo, ia tahu ia tak punya pilihan lain. Demi keamanan anaknya, ia harus bertindak.
“Baiklah, David. Aku akan ikut dengan rencanamu.”
---
Malam itu
David dan Rachel sepakat untuk pergi ke sebuah acara gala amal yang diadakan oleh perusahaan David. Mereka tahu kehadiran mereka di sana akan menarik perhatian banyak orang, terutama musuh-musuh David yang mungkin juga hadir. Leo mereka titipkan kepada pengasuhnya dengan penjagaan ketat, memastikan anak itu aman di rumah.
Di acara gala, Rachel tampil anggun dengan gaun berwarna merah gelap yang membuatnya terlihat mempesona. David, dengan jas hitam yang rapi, menggenggam tangannya sepanjang acara. Dari luar, mereka terlihat seperti pasangan sempurna yang tak tergoyahkan.
Namun, di dalam hatinya, Rachel merasa tercekam. Ia merasakan banyak mata yang tertuju padanya, membuatnya merasa seperti berada di bawah sorotan yang membakar. Di antara kerumunan tamu yang ramah, ia tak tahu siapa yang bisa dipercaya.
David mengangguk singkat kepada beberapa koleganya, kemudian berbisik pada Rachel. “Tetaplah di sisiku, jangan sampai terpisah.”
Rachel mengangguk pelan. Namun, hanya dalam beberapa menit, seorang pria tak dikenal menghampiri mereka.
“David, lama tak bertemu,” pria itu tersenyum tipis, menatap Rachel dengan pandangan penuh arti. “Dan ini pasti Rachel... atau lebih tepatnya, ibu dari Leo.”
Rachel merasakan jantungnya berhenti sejenak. Pria ini tahu. David menatapnya dengan dingin, tapi Rachel bisa merasakan ketegangan di tubuhnya.
“Apa yang kau inginkan?” David bertanya dengan nada datar namun penuh ancaman.
Pria itu tertawa kecil. “Aku hanya ingin mengucapkan selamat. Kalian tampak bahagia... sayangnya, kebahagiaan itu mungkin takkan bertahan lama.”
Rachel merasa ketakutan menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia tahu ancaman ini lebih dari sekadar kata-kata kosong.
---
Beberapa waktu kemudian, di ruangan tersembunyi
David membawa Rachel ke sebuah ruangan tersembunyi di gedung itu, jauh dari keramaian. Wajahnya memerah karena marah.
“Rachel, pria itu adalah salah satu musuh bisnis yang paling aku khawatirkan. Dia tahu terlalu banyak.”
Rachel menatap David dengan wajah penuh ketakutan. “David, kalau dia tahu tentang Leo... bagaimana kalau—”
“Tenanglah, Rachel,” David mencoba menenangkan, meskipun matanya menyiratkan kekhawatiran yang sama. “Aku akan memastikan dia tidak akan mendekati Leo.”
Rachel menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar kencang. Namun, sebelum ia sempat berbicara, terdengar suara pintu diketuk dari luar.
David meraih gagang pintu dan membukanya sedikit, cukup untuk melihat seseorang berdiri di sana—seorang pria yang tak dikenalnya. Pria itu berbisik pelan, mengulurkan sebuah amplop dengan label yang mencurigakan.
“Ini... untuk kalian,” kata pria itu sebelum pergi.
David memandang amplop itu dengan kecurigaan. Dengan hati-hati, ia membuka amplop tersebut. Di dalamnya, terdapat sebuah catatan singkat yang membuat darahnya berdesir:
> “Ini belum berakhir. Kau akan menyesal telah mengabaikan peringatanku.”
David menggenggam catatan itu erat-erat, mengabaikan rasa takut yang berusaha menguasai pikirannya.
---
Beberapa saat kemudian
David dan Rachel kembali ke ruang utama, mencoba bertingkah seolah tak ada yang terjadi. Namun, di dalam hati mereka, ketakutan semakin nyata. Rachel menyadari, apa yang mereka hadapi bukanlah ancaman biasa.
Di akhir acara, David menggenggam tangan Rachel erat. “Aku janji, kita akan melewati ini. Mereka takkan bisa melukai kita.”
Rachel tersenyum tipis, meskipun dalam hatinya ia merasakan ketakutan yang mendalam. Mereka meninggalkan acara dengan kesan luar biasa di mata publik, tetapi rahasia yang tersembunyi di balik wajah mereka semakin sulit disembunyikan.
Bab ini ditutup dengan perasaan takut yang melingkupi keduanya, dan tekad kuat David untuk melindungi Rachel dan Leo dari bayangan ancaman yang semakin dekat.