Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Cie.... Yanga abis bulan madu." goda teman teman Sahira, saat wanita cantik itu baru masuk ke dalam ruangannya.
"Kayanya ada yang lagi berseri seri nih."
"Ternyata abang Galang romantis juga ya, walau keliatan ugal ugalan, tapi romantis banget."
"Sepertinya, Sahira atau Galang junior lagi otw kayanya."
Begitulah teman teman Sahira menggoda wanita cantik itu, hingga dirinya tak dapat berkutik.
"Apasih kalian." malu Sahira.
Teman teman Sahira tertawa melihat tingkah malu malu Sahira itu.
"Bawa apa tuh, neng? " tanya temannya.
"Oh, iya jadi lupa, ini aku bawa sedikit oleh oleh." ucap Sahira memberikan oleh oleh yang dia bawa.
"Wah... Terimakasih Sahira." ucap mereka senang.
"Assiiik... Ada teman ngopi."
Sahira hanya tersenyum melihat antusias teman temannya itu.
Setelah selesai menggoda Sahira, mereka kembali bekerja dengan fokus.
Sementara di perusahaan yang sama, namun di ruangan berbeda, Bima di panggil oleh bosnya.
"Mana Data yang saya minta? " tegas pak Ben.
"B-belum selesai pak? " gagap Bima.
"Bagaimana ceritanya belum selesai! nanti siang kamu harus presentasi di depan klien! " kesal Pak Ben.
Bima hanya diam menunduk, ini semua gara gara Sahira yang tidak mau membantunya, jadi rancangan yang di minta oleh bosnya itu tidak bisa dia kerjakan, sungguh Bima merutuki Sahira yang mulai bertingkah itu. Gara gara Sahira dia jadi di marahi oleh bosnya itu.
"Baiklah, klau semuanya belum selesai, coba saya lihat sampai dimana kamu menyelesaikannya?" tanya pak Ben meminta hasil kerja Bima itu.
Dengan ragu ragu Bima memberikan berkas di tangannya kepada pak Ben.
Brak....
"Apa apaan ini! kerjaan kamu ini seperti karya anak tk, apa selama ini bukan kamu yang mengerjakan pekerjaan yang selalu di berikan kepada kamu, huuu...!! " marah pak Ben, geleng geleng kepala.
Bima semakin menundukan kepalanya, semakin takut dirinya menatap pak Ben yang terlihat seperti singa ingin memangsa mangsanya itu.
"Jadi, selama ini kamu duduk di posisi orang lain! dasar ngak tau diri, enak enakan kamu di posisi itu, tanpa usaha kamu! mulai sekarang kamu saya pindahkan keposisi lama kamu, dan posisi kamu saat ini saya berikan kepada orang yang mengerjakan pekerjaan yang kamu kerjakan ini, dasar tidak tau malu! " maki pak Ben.
"T-tapi pak..." takut Bima.
"Tidak ada tapi tapian, atau kamu saya pecat! atau saya pindahkan ke bagian gudang?!" amuk pak Ben.
"Tidak pak, baiklah saya akan pindah ke posisi lama saya." lesu Bima dengan berat hati.
"Keluar kamu, bereskan ruangan kamu sekarang juga, ada orang yang akan menggantikan kamu di sana! " usir pak Ben.
"Baik pak." ucap Bima tak berdaya.
Bima keluar dengan wajah lesunya.
Di sepanjang lorong banyak mata yang menatap dia sinis, mencemooh Bima, namun Bima tidak bisa melawan mereka saat ini, karena tenaganya sudah habis karena di maki maki bosnya dan jabatannya pun di turunkan, itu saja sudah membuat dia kehilangan banyak tenaga, bagaimana dia menghadapai mulut mulut julid rekan kerjanya itu.
"Hahaha... Akhirnya anda kembali ke asal, memang jabatan ini dari awal bukan lah milik anda pak." kekeh rekan kerja Bima.
"Lagian bertingkah sih, sudah di bantu sama Sahira, ehhh... malah pakai segala selingkuh sama adiknya, rasain tuh."
"Bekerjalah dengan kemampuan sendiri, jangan hanya bisa memanfaatkan orang lain, jangan seperti laki laki ini, kacang lupa kulit." banyak cemooh cemoohan yang di dapat oleh Bima dari rekan rekan kerjanya.
Bima dengan tergesa gesa memasukan barang barangnya ke dalam dus, karena tidak ingin mendengar ocehan ocehan rekan rekannya itu.
"Baeee.... Manusia tak tau malu! " serempak rekan rekan kerja Bima melambaikan tangannya ke arah Bima yang sudah berjalan ke arah pintu, namun tidak di gubris oleh laki laki itu.
"Maksud bapak gimana ya? " kekeh Paka Ridwan mendengar permintaan pak Bram, Papa Sahira yang benar benar datang ke perusahaan tempat Sahira bekerja, untuk minta gaji Sahira.
"Ya, seperti yang saya bilang tadi, saya minta tolong sama bapak, agar gaji Sahira mulai bulan depan, tolong bapak transfer ke nomor rekening mamanya." ujar pak Bram tanpa tau malu.
"Hahaha... Peraturan dari mana itu, yang bekerja keras siapa, yang mau menikmati gajinya siapa, situ waras?! " cibir pak Ridwan.
"Dia itu anak saya pak, wajar dong saya minta gajinya." ujar pak Bram tidak tau malu.
Pak Ridwan geleng geleng kepala mendengar ucapan orang tua Sahira itu, sedikit banyak pak Ridwan tau apa yang terjadi dengan kehidupan Sahira, sungguh miris wanita cantik itu, di peras oleh keluarganya, di manfaatkan oleh kekasihnya.
"Anak yang bapak jadikan sapi perah." kekeh pak Ridwan dengan tatapan sinisnya.
"Mohon maaf Pak, sebagai atasan Sahira, saya tidak bisa melakukan permintaan anda, karena yang bekerja di perusahaan ini adalah Sahira, bukan mamanya, jadi gaji Sahira tetap akan saya transfer ke rekening Sahira." tegas pak Ridwan.
Ingin rasanya pak Bram marah, namun dia tidak bisa melakukan itu, karena masih ingin membujuk atasan Sahira itu, agar gaji Sahira bisa di transfer kepada istrinya.
"Klau tidak bisa full, setengahnya juga ngak masalah kok pak, yang penting bapak bisa kirim ke rekening Istri saya." pak Bram belum mau menyerah membujuk pak Ridwan.
"Sekali tidak, tetap tidak pak, klau tidak ada kepentingan lagi, silahkan bapak keluar, pekerjaan saya masih banyak yang harus saya selesaikan." usir pak Ridwan.
Mau tidak mau pak Bram akhirnya keluar dari ruangan pak Ridwan, tanpa mendapatkan hasil yang sudah dia rencanakan tadi.
"Astaga, dasar keluarga toxic, untung Sahira sudah menikah walau suaminya seperti preman gitu, namun mampu membahagiakan Sahira." gumam Pak Ridwan.
Bersambung....