"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di bandingkan
"Pak Hengki, kue mana yang disukai Tuan?" tanya Sasmita setelah masuk kedalam toko kue yang luas dan cukup ramai itu.
Bahkan hanya dibagian kasir juga mengantri.
"Tuan tidak suka yang terlalu manis, jadi Nona pilih saja yang kadar gulanya rendah." Ucap pak Hengki yang mengikuti langkah Sasmita.
Sasmita mengangguk saja, dia melihat semua etalase kue dan mencari apa yang disarankan supir pribadi Riko.
"Beli juga untuk Nona," Ucap pak Hengki lagi.
"Memangnya boleh pak? nanti Tuan marah," ucap Sasmita menatap pak Hengki.
"Tidak akan, jika Tuan memberikan kartunya itu tandanya anda juga boleh membeli sesuatu, saya kenal dengan Tuan," Tutur pak Hengki.
Sasmita tentu saja senang, saat masuk tadi katanya sudah terpukau dengan aneka jenis kue, belum lagi aroma khas kue yang wangi begitu tercium rasanya perutnya langsung berdemo.
"Memangnya bapak sudah berapa lama kerja dengan Tuan?" Tanya Sasmita sambil mengambil kue rendah gula yang sudah ia dapatkan.
"Dua puluh tahun, lumayan cukup lama.." Ucap pak Hengki.
Sasmita menatap pak Henki dengan wajah terkejut, "Itu berarti sejak Tuan masih kecil?"
Pak Hengki mengangguk, pria yang memiliki perawakan tinggi dan besar itu tampak masih lebih muda dari umur yang sebenarnya.
"Kalau boleh tahu, Tuan kecelakaan karena apa pak?" tanya Sasmita dengan ragu.
Meksipun mata dan tangannya sibuk megambil dan melihat kue, tapi Sasmita bisa menangkap wajah sendu pak Hengki dari kaca etalase didepanya.
"Kecelakaan mobil tunggal," Jawabnya singkat.
Sasmita memilih percaya, ia juga tak berani bertanya lebih jauh.
"Sepertinya sudah pak, Tuan pasti sudah lama menunggu kita,"
Sasmita membawa kue yang dibeli kedepan kasir, setidaknya dia harus menunggu empat orang yang antri didepanya.
"Bapak kembali saja dulu, kasihan Tuan menunggu sendiri," Sasmita menatap supir yang berdiri di belakangnya.
"Tidak apa-apa, jika Tuan menyuruh berarti Tuan ingin sendiri," Jawab pak Hengki dengan santai.
"Bukanya dia selalu sendiri, kenapa masih butuh waktu untuk sendiri," Gumam Sasmita.
Setelah tiga puluh menit lebih, barulah keduanya kembali ke mobil, saat Sasmita masuk Riko duduk santai seperti saat mereka pergi.
"Maaf Tuan menunggu lama," Ucap Sasmita dengan wajah tak enak.
Apalagi melihat keringat di wajah Riko, sepertinya ia menunggu terlalu lama.
"Hem.." Riko hanya berdehem, rasanya begitu gerah padahal sejak tadi AC mobil berfungsi.
"Maaf Tuan," Sasmita yang duduk didepan mencondongkan tubuhnya kebelakang, tangannya memegang tisu dan dengan gerakan tiba-tiba wanita itu mengusap keringat di kening dan wajah Riko.
"Tuan berkeringat, apa kami terlalu lama diluar," Ucap Sasmita yang santai mengelap wajah Riko dengan tisu.
Berbanding balik dengan Riko, tubuh pria itu menegang, matanya terpaku pada wajah Sasmita yang begitu dekat.
"Em..maaf Tuan," Menyadari jarak wajahnya terlalu dekat, Sasmita langsung menunduk dan megambil jarak, ia jadi gugup apalagi melihat tatapan Riko.
Ehem..
Riko berdehem untuk menetralisir degub jantungnya yang tiba-tiba naik, suhu tubuhnya justru semakin gerah, tangannya mengusap wajahnya dengan kasar.
Sedangkan pak Hengki sejak tadi hanya diam dengan tatapan lurus, menatap interaksi keduanya dari kaca spion.
"Jalan pak!" Titah Riko.
Mobil kembali melaju membelah jalanan kota, yang lumayan padat disiang hari.
"Gak pulang pak?" tanya Sasmita saat melihat mobil mereka justru belok kesebuah restoran.
"Saatnya Tuan makan siang Nona," Ucap pak Hengki.
"Panggil saja Sasmita atau bisa Mita pak, jangan panggil nona saya hanya seorang palayan," Pinta Sasmita, karena sejak tadi pak Hengki memanggilnya dengan Nona.
"Em, baiklah Mita," Pak Hengki tersenyum, begitu juga dengan Sasmita.
Sedangkan di belakang Riko hanya mendengus kesal.
*
*
*
Rumah sakit harapan...
"Sayang, kamu hari ini pulang tidak?"
Hardi baru saja mengirim pesan pada istrinya saat baru sampai rumah.
Hari ini Hardi diperbolehkan pulang, dan harus kontrol di waktu yang sudah di tentukan.
"Kamu mau makan apa Mas? Biar Lilis masukkan?" tanya Lilis yang melihat Hardi hanya diam di kursi meja makan.
"Iya Har, Lilis itu pintar masak, Ibu suka diantar makanan dari Lilis," Ucap Bu Rita dengan bangga sambil mengusap bahu Lilis.
Hardi hanya tersenyum, "Apa saja Lis, aku tidak pemilih, tapi Sasmita suka membuat ayam kecap..ayam kecap buatanya juga sangat enak, kapan-kapan kamu juga harus mencicipi ayam kecap buatan Sasmita."
Wajah senang Lilis yang dipuji Bu Rita kini retak seketika saat Hardi justru memuji masakan istrinya, Lilis kesal tapi ia menunjukan wajah biasa saja.
"Har, kok kamu jadi bandingin Lilis sama istri kamu yang miskin itu sih!" Hardik Bu Rita yang jelas membela Lilis.
"Har ngak bandingin Bu, Har kan cuma kasih tau," Jawab Hardi dengan wajah biasa, meskipun melihat kekesalan wajah ibunya.
"Alah sama saja, Lilis jauh lebih enak masakannya dari pada istrimu, buktinya udah dua minggu dia gak pulang, jenguk kamu aja ngak, mungkin dia sudah lupa karena ketemu pria lain."
"Buu!" Sentak Hardi tak suka.
"Sudah Bu, Mas.. malu didengar tetangga, lagi pula tadi bahas makanan kenapa jadi kemana-mana," Ucap Lilis berusaha menengahi.
"Biarin memang itu kenyataanya!" Bu Rita menatap tajam Hardi dan berlalu pergi.
Hardi mendengus kesal, jelas dia tak suka jika istrinya yang baik dan tulus di katai oleh ibunya sendiri.
Lilis mendekati Hardi yang mengusap wajahnya kasar, wanita itu mengusap bahu Hardi yang terlihat menahan emosi.
"Sudah Mas, ngak usah di pikirkan..Ibu kan memang begitu sejak dulu sama istri, Mas."
Hardi menghela napas, ia ingat jika sejak dulu ibunya tak menyukai Sasmita, hanya karena asal usul Sasmita.
"Iya Lis," Ucap Hardi sambil menyentuh tangan Lilis di bahunya.
Cekrek
"Kalian itu memang cocok sejak dulu," Batin Bu Rita sambil menatap hasil fotonya dengan puas.
......######......
Gaesss jangan lupa mampir ke Apk sebelah Author Senja_Kelana ... Okey.... Dijamin panas dingin 🫣😂😂