Aku Richie, pria jomblo tampan, kaya raya yang tak mau menikah. Ayah ku memaksa aku menikahi Alya, gadis cantik yang sabar, tegar dan keras hati.
Entah sejak kapan Alya mencintai ku aku tak tahu. Aku sangat membenci nya, Aku ingin ia hidup tersiksa bersama ku.
Ku pikir, menghadirkan Farah, sebagai kekasih bayaran untuk merusak rumah tangga ku akan membuat ia pergi dan minta cerai dari ku.
Tapi Aku salah. Aku justru terperangkap oleh drama yang ku buat sendiri.
Kehadiran Mario yang sangat tergila-gila pada istri ku membuat hati ku tak rela melepaskan Alya.
Benih-benih cinta yg mulai tumbuh di hati ku, justru membuat aku menderita.
Aku tak yakin, Alya sanggup bertahan dari godaan Mario.
Haruskah ku biarkan cinta Alya direbut oleh Mario yang berpredikat play boy?
CUSSSS,, BACA NOVEL NYA !!!
Jangan lupa, pantau juga karya ku yang lain y 🤗
SUBSCRIBE, LIKE, KOMEN,VOTE ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ Jika kamu suka y 🤗
Bantu support with GIFT Biar Author tetap semangat ❤️❤️❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERNIKAHAN KU DAN ALYA
Hari pernikahan itu datang juga.
Pekarangan rumah ku yang luas telah di sulap menjadi sangat indah. Gemerlap lampu kelap kelip, hiasan bunga-bunga di setiap penjuru serta ucapan selamat lewat aneka karangan bunga dari berbagai kalangan berjejer rapi di sepanjang tembok rumah ku yang panjang.
Aneka makanan dan masakan serta minuman lezat terhidang di setiap meja yang di tata rapi di tengah pekarangan rumah hingga dalam rumah.
Nyanyian beberapa penyanyi kelas atas yang bersuara merdu ikut meramaikan pesta dari pagi hingga sore hari. Di susul alunan musik klasik di malam hari nya mengiringi beberapa tamu yang melantai untuk berdansa.
Suasana pesta malam hari nya tambah meriah dengan bunyi petasan yang sahut-sahutan meledak beruntun di udara dan memancarkan cahaya warna warni menghiasi langit yang cerah di penuhi bintang-bintang bertaburan.
Ku pandangi satu persatu tamu yang hadir di pesta ku malam ini. Tak ada satu pun yang ku kenal. Aku memang sengaja tak mengundang teman-teman ku. Rata-rata semua tamu undangan itu adalah teman dan kenalan serta relasi Ayah ku.
Ada juga beberapa kerabat keluarga dekat dan jauh yang ku kenal dan tidak ku kenal sama sekali.
Aku pun memijit kepala ku yang berdenyut sedari tadi siang. Bosan, itu yang ku rasa kan. Tak ada kegembiraan dan kebahagiaan terpancarkan di wajah tampan ku.
Ku pandang Alya yang tengah berdiri mengobrol di antara kerumunan para tamu. Ia terlihat sangat cantik elegant dengan dress putih panjang bertahta kan permata yang ber kelap kelip saat di terpa cahaya lampu di sertai mahkota kecil yang menghiasi kepala nya.
Wajah nya yang putih, terlihat merah menggoda dengan make up pengantin yang lumayan tebal menempel ke wajah nya. Sebenar nya, Ia jauh lebih cantik tanpa make up. Lebih natural, begitu lah pemikiran ku.
"Leon, Aku ingin ke kamar. Tubuh ku sudah sangat lelah. Kepala ku sakit sekali. Katakan pada para tamu untuk segera bubar. Ini sudah terlalu larut malam." ucap ku memerintah Leon setengah berbisik.
Leon membungkuk hormat. Ia pun melaksanakan perintah ku dengan cepat.
Aku pun segera pergi meninggalkan pesta yang sangat membosankan bagi ku itu.
Tanpa mempedulikan Alya yang telah resmi menjadi istri ku, aku langsung masuk ke dalam kamar ku yang juga telah di sulap menjadi kamar pengantin yang indah.
Aku membuka jas yang ku kenakan dan melemparkannya begitu saja ke atas ranjang lantas melepas kan dasi kupu-kupu yang sedari tadi terasa menjerat leherku dengan hati dongkol.
"Aku butuh kamar lain untuk tidur." gerutu ku dalam hati seraya menaruh dasi ku di pinggir ranjang.
Ku hela nafas panjang, seraya menaruh kedua tangan ku di pinggang. Aku merasa tak nyaman melihat taburan bunga-bunga yang menghias ranjang tidur ku. Tidur ku tak kan nyenyak, selagi bunga-bunga itu mengganggu penglihatan ku.
Aku berbalik, berniat keluar dari kamar ku. Namun langkah ku terhenti sebelum sampai di ambang pintu kamar.
Sosok Alya yang cantik dan anggun telah berdiri menghadang langkah ku. Ia menatap ku tak berkedip seraya menutup pintu kamar dengan cara membelakangi pintu.
"Minggir kau, aku mau keluar." pinta ku dengan nada kasar.
Alya menggelengkan kepala nya pelan. Lalu mengunci pintu kamar dan berbalik menghadap kembali pada ku.
"Bukan kah kau sudah lelah dan sakit kepala?" tanya nya terdengar perhatian.
"Tak usah sok perhatian. Minggir...!" ucap ku kesal mendorong bahu nya agar ia memberi jalan.
Alya tetap bersikukuh menghalangi langkah ku.
"Tidur lah di sini, aku akan memijit kepala mu!" pinta nya seolah mengabaikan sikap kasar ku pada nya.
"Kau...!" Aku mendelik geram menahan kata makian yang nyaris ingin ku lontar kan pada nya.
"Sebentar, aku akan membersihkan bunga-bunga itu untuk mu." kata nya seraya berlalu mendekati ranjang pengantin.
Alya memang tak mudah untuk di singkirkan. Seperti nya aku harus memberi nya sedikit pelajaran.
Aku segera mendekati tubuh nya dan menyentak kan tangan nya dengan kasar.
"Apa kau begitu tak sabar untuk bercumbu dengan ku, heh...?" tanya ku geram.
Alya berbalik menatap ke arah ku dengan sorot mata yang berubah tajam dan terlihat angkuh.
"Seperti nya kau sudah salah mengartikan ungkapan perasaan ku. Aku bukan perempuan gampangan. Aku tak kan pernah meminta untuk bercumbu dengan mu, apalagi bercinta layak nya suami istri." ucap nya dengan tegas.
Ia menghentakkan tangan nya kuat hingga terlepas dari pegangan tangan ku.
Sikap nya memicu emosi ku. Ia sangat berani untuk melawan dan menyela perkataan ku.
Sesaat Aku terdiam memandangi tubuh nya yang sedikit merunduk membelakangi ku dan merangkak naik ke atas ranjang king size dengan posisi yang cukup membuat Saliva ku naik turun.
Lekuk tubuh nya yang indah dari belakang, membuat otak ku mulai tak waras. Pikiran ku sejenak tenggelam dalam adegan romantis pasangan pengantin baru yang sedang asyik bercumbu menikmati malam pertama.
Tak sengaja, mata ku menangkap belahan putih padat yang mencuat dari balik gaun nya yang cukup rendah di bagian dada. Mata ku seakan tak mau pindah dari pemandangan yang cukup membuat ku sesak nafas.
Alya seolah sengaja memancing hasrat ku dengan gerakan lincah nya di atas ranjang yang bergerak naik turun mengibaskan bunga-bunga di atas kasur hingga bersih tak bersisa.
"Selesai, duduk lah. Aku akan memijat kepala mu." Ucap nya tiba-tiba mengejutkan ku.
"Tak perlu! Kepala ku akan makin sakit jika kau yang memijit." tolak ku angkuh.
Aku tak ingin terjebak dalam perlakuan nya yang penuh perhatian. Itu hanya modus, Aku tak kan memberi Alya kesempatan untuk menaklukan hati ku.
"Baiklah, tunggu lah sebentar. Mungkin kau butuh obat, Aku akan ambilkan untuk mu." ucap nya seraya turun dari ranjang.
"Aku sudah minum obat!" jawab ku berbohong.
Sesaat Alya terdiam memperhatikan ku lantas menyambar jas beserta dasi yang ada di ranjang dan berjalan menuju lemari pakaian.
"Tempat tidur mu sudah bersih, kau bisa istirahat dan tidur nyenyak sekarang." kata nya dengan senyuman tipis di bibir nya.
Aku tak menjawab. Tanpa ragu, aku pun duduk di pinggir ranjang yang telah bersih dari bunga-bunga dan merebahkan tubuh ku dengan perlahan.
Ujung mata ku terus memperhatikan gerak gerik nya yang membuka pintu lemari dan mengeluarkan satu stel pakaian tidur untuk ku.
"Ganti lah pakaian mu dulu, aku akan mengambilkan air hangat untuk mencuci muka dan kaki mu." kata nya lagi perhatian.
Aku terperangah kaget, melonjak bangkit dari ranjang ku.
"Tidak, aku tak butuh air hangat. Aku bisa mencuci nya sendiri ke kamar mandi." cegah ku cepat.
Aku bergegas menyambar pakaian yang ia taruh di atas kasur dan melangkah cepat masuk kamar mandi dengan perasaan dongkol. Tak ku sangka dia begitu kolot dan kampungan. Perlakuan nya seperti para istri zaman kuno.
Ia belum tau, betapa nikmat nya para pasangan pengantin baru yang bercinta di malam pertama nya. Jangan-jangan dia masih virgin saking kolot nya.
UPS!
Kenapa pikiran ku sampai kesitu? Sebesar apapun rasa benci ku pada wanita. Aku tetap lelaki normal yang butuh wanita untuk melayani kebutuhan biologis ku. Aku tak bisa menyangkal hal itu.
CUIH!
Tubuh ku bergidik geli sendiri. Tak ku sangka pikiran ku bisa sejauh itu.
Adegan malam pertama pengantin baru yang hot dan sensasional serta romantisme melayang-layang dalam benak ku.
Keringat dingin menetes seketika di tubuh ku yang mendadak tegang menggambarkan tubuh Alya yang tanpa pakaian melekat di tubuh nya.
Aku menggigil membayangkan nya.
Huffh!
Aku segera menghembuskan nafas panjang. Ku buang segera angan dan pikiran kotor yang sedari tadi mengganggu benak ku.
Ku raup wajah ku dengan kasar dan mencuci muka ku hingga bersih dan segar. Jika bisa, sekalian ingin ku cuci otak ku yang mulai error' teracuni pikiran kotor.
Setelah mengganti pakaian dan mencuci wajah, tangan serta kaki ku. Aku pun berjingkat-jingkat hendak keluar dari kamar mandi.
Aku mengintip dari balik pintu kamar mandi. Sudut mata ku mencari-cari keberadaan Alya yang tak terlihat oleh mata ku.
Perlahan, Aku melangkah keluar dan ternyata...
"Astaga! Dasar perempuan tak tahu malu. Apa yang ia lakukan di sana?" hati ku jadi tak karuan.
Betapa terkejut nya aku menatap pemandangan yang terpampang di mata ku saat ini.
.
.
.
BERSAMBUNG