AKU BENCI DIA

AKU BENCI DIA

DIJODOHKAN

Hai dunia, perkenalkan namaku Richie Richardo. Semua orang memanggilku Richie. Aku pria tampan kelahiran Indonesia asli. Selain tampan, aku juga kaya raya. Umurku baru menginjak 27 tahun. Aku adalah pewaris tunggal perusahaan ayahku yang memiliki banyak anak cabang di seluruh Indonesia.

Status? Aku masih single. Kenapa? Jujur saja, Aku benci kaum hawa. Intinya, aku tak mau menikah!. Bukan karna aku pria penyuka sesama jenis. Aku lelaki normal yang punya hasrat untuk bercinta dengan wanita. Sayangnya, belum ada wanita yang membuatku jatuh cinta. Entahlah, jika ada wanita yang mampu menaklukan hatiku, mungkin dia wanita yang beruntung, itu menurut ku.

VISUAL RICHIE,

Pagi yang ceria.

"Pagi tuan muda." Leon si pelayan muda seusiaku tampak menunduk memberi salam ketika mataku masih terlalu berat untuk dibuka.

Mulutku menguap panjang di susul dengan terbangnya selimut tebal yang sejak semalam rela berbagi kehangatan sekedar menutupi dadaku yang mulus tanpa baju agar tidak kedinginan.

Setelah sekian detik meregangkan otot, aku pun melompat turun dari ranjang king size yang cukup besar untuk di tiduri empat orang dewasa dengan penuh semangat.

Sambil bersiul kecil, aku segera masuk ke kamar mandi melakukan ritual mandi pagi sambil bersenandung lagu metal favoritku tanpa menghiraukan Leon yang masih sabar menungguku di luar kamar.

Cukup lima belas menit, aku telah siap berpakaian dan terlihat tampan memuji diriku sendiri di depan kaca besar yang ada di kamarku. Narsis memang, tapi aku yakin dunia mengakui ketampananku yang memang sulit tandingannya.

"Mari Tuan muda, Tuan besar sudah menunggu anda dari tadi." Ucap Leon mengingatkan.

Mataku menyipit dan berbalik menatap Leon yang mulai resah menungguku lama.

Senyuman tipis mengembang di bibirku.

"Kamu bawel! Kayak nenek-nenek!" bibirku mengerut masam, lalu melangkah keluar kamar mengabaikan Leon yang terbirit-birit mengiringi langkahku dari belakang.

"Pagi ayah!" sebuah tegur sapa singkat untuk ayahku yang jarang bicara sudah cukup bagiku sebagai kalimat penghilang rasa canggung antara aku dan ayah.

Seperti biasa, suasana sarapan pagi diatas meja makan panjang dengan sepuluh kursi yang memisahkan jarak dudukku dengan ayah berlalu dengan suasana hening dan khidmat tanpa ada kata pengantar dan penutup.

Pagi ini, ayah sedikit berbeda.

Ayah yang selalu sibuk dengan bisnisnya di dalam dan di luar negri hingga tak punya banyak waktu untuk bicara atau pun bercerita denganku layaknya ayah dan anak, saat ini tumben-tumbenan duduk santai di teras rumah.

Apakah ayah tidak bekerja hari ini ? pikirku menyimpan rasa heran dalam hati.

Hubungan kami yang selalu kaku membuatku tak berani untuk bertanya.

Begini lah suasana rumahku. Rumah besar dan mewah yang memiliki pekarangan luas untuk parkiran puluhan mobil, serta halaman belakang yang terdapat kolam renang dan lapangan golf itu selalu tenang dan sunyi tanpa keributan.

Pemilik rumah ini cuma Ayah dan Aku. Sementara penghuni yang lain, adalah sepuluh pelayan lelaki dan sepuluh pelayan wanita. Totalnya berjumlah dua puluh orang pelayan. Masing-masing mereka punya tugas dan pekerjaan tersendiri. Tapi hanya satu pelayan yang ku suka, dia lah Leon. Asisten pribadi sekaligus sahabat terbaik ku sedari kecil.

Leon adalah anak lelaki miskin yatim piatu yang aku temukan di jalanan dan aku bawa untuk tinggal bersama atas izin ayahku. Tanpanya, hidupku mungkin kesepian. Hanya Leon yang sering menghibur dan menjadi teman sepermainan ku.

Jika kalian tanya ibuku? Jawabku tidak tahu. Ayahku tak pernah bercerita tentang ibu. Walau aku pernah menanyakannya sekali, aku sudah tak mau bertanya lagi. Karna Ayahku tak mau menjawab, yang terjadi malah menakutkan. Ayah akan mengurung diri di kamar dan menghancurkan semua barang yang ada di dekatnya. Itu sudah cukup membuatku trauma.

Lalu, mengapa aku membenci wanita? Aku juga kurang tahu. Yang pasti, aku tidak menyukai mahkluk lemah yang suka menangis dan sangat manja itu. Atau mungkin, semua karena ibuku?.

Sedari kecil di waktu masih sekolah, begitu banyak anak perempuan yang menyukaiku dan ingin menjadi pacarku. Tapi aku selalu membentak, menakut-nakuti mereka dan menjauhi setiap kaum perempuan yang ingin mendekatiku. Bagiku mereka seperti kuman yang membuatku alergi.

"Richie, duduklah disini!" perintah Ayah.

Bagai dapat durian runtuh. Ayah yang jarang sekali mengajakku untuk duduk bersama, mendadak memanggilku untuk mendekat.

Rasa bahagia bercampur senang membuatku bersemangat dan segera mendekati Ayah dengan senyum hati riang.

"Ya, ayah!" ujarku senang.

Senyuman tipis tampak terukir di wajahnya yang sudah mulai tampak tua dan berkeriput menyambut kedatanganku yang duduk bersamanya di teras rumah belakang.

"Selama ini, kamu selalu menolak untuk Ayah jodohkan. Ayah sudah memberimu banyak kesempatan untuk memilih wanita yang kamu sukai. Tapi sepertinya, kesabaran Ayah sudah habis. Ayah tak mau lagi berkompromi denganmu." Ucap Ayah tegas dan jelas padaku.

DEG!

Denyut jantungku langsung berhenti berdetak mendengar ucapan Ayah yang sangat menakutkan bagiku. Suatu hal yang paling ku benci sejak menginjak dewasa adalah saat Ayah membahas masalah pernikahan.

"Aku tidak mau menikah, ayah." Bantahku jengkel.

Raut wajah ayah seketika berubah mendengar bantahanku. wajahnya tampak murung dan menatapku sedih.

Ayah seakan mengabaikan reaksiku. Beliau melanjutkan perkataannya seakan sikap penolakan dariku tak ada arti baginya.

"Hmm... Seminggu lagi, kita akan kedatangan tamu. Sahabat baik ayah, Haekal dan istrinya akan datang bersama putrinya yang sangat cantik. Gadis itu bernama Alya. Ayah ingin kau segera menikah dengannya." Putus Ayah sangat mengejutkan diriku yang anti perjodohan.

Ayah menatapku tajam tak berkedip. Raut wajahnya yang muram berganti tegang dan menyeramkan.

Aku tercekat, "Tapi Ayah...?!"

"Cukup,! Ini terakhir kalinya kamu membantah! Ayah tak ingin lagi mendengar kata penolakan darimu. Apa kamu mengerti, Richie?!" bentak Ayah marah.

Suara Ayah yang terdengar mulai emosi membuatku merunduk takut. Aku tak sanggup membantah lagi.

"Ayah harap kamu bisa bersikap baik pada Alya. Dia gadis yang cocok untukmu. Jangan kecewakan Ayah!" ucap Ayah kembali menurunkan suaranya.

Tanpa ada komentar, aku terpaksa diam menyimpan kekesalan di hatiku menerima keputusan Ayah yang terasa berat untuk dijalani.

Ayah tersenyum tipis saat memastikan tak ada lagi bantahan yang keluar dari mulutku. Beliau pun meninggalkanku di teras rumah belakang tanpa bicara lagi.

Beberapa menit setelah kepergian Ayah yang masuk ke dalam ruangan pribadinya, aku dan Leon duduk termenung di taman belakang rumah yang penuh rerumputan hijau seraya merenungkan perkataan Ayah yang saat ini membebani pikiranku.

"Leon, apa aku kabur saja?" tanyaku dengan mata menerawang jauh memandang langit biru.

Serta merta mata Leon melotot ke arahku dengan gigi bertaut marah.

"Jangan aneh-aneh Tuan muda, saya tak mau direpotkan harus berkeliling dunia, menyebrang laut dan benua, menjelajahi pulau-pulau hingga menggali lubang semut hanya untuk mencari Anda. Itu cukup menghabiskan masa muda saya." Tutur Leon dengan kalimat yang terdengar lucu hingga menggelitik perutku jadi berguncang.

"Hahaha...!" aku pun tertawa geli.

"Ayah pasti akan menjadikanmu pengantin pria pengganti. Karna di rumah ini, cuma kamu dan aku yang belum menikah, Leon." Gurau ku penuh canda.

Tawaku terus membahana sambil menuding Leon dengan telunjuk tepat mengarah padanya.

Wajah Leon langsung memerah bagai kepiting rebus. Ia mengusap hidungnya yang terasa gatal dengan sebelah punggung tangan kanannya.

"Jika dia memang sangat cantik, saya akan menikahi calon anda itu dengan senang hati." Sahut Leon enteng.

Jawaban Leon membuat hatiku jadi panas.

"Jangan harap! Kamu akan membiarkanku jadi jomblo sendirian hah?!"

Aku mendelik tajam membesarkan mataku ke arah Leon berpura-pura marah.

"Saya ini lelaki normal tuan muda, saya pemuja wanita cantik!" ucap Leon mencibirkan bibirnya.

Leon langsung berdiri, berjalan menjauhiku. Hatiku makin panas karna merasa tersindir.

"Awas kamu Leon! Lihat saja, jika aku bertemu nenek buyutmu, aku akan menikah dengannya dan menjadi leluhurmu!" teriakku jengkel.

Aku membalas leluconnya sambil merebahkan tubuhku di atas rumput halaman belakang.

"Hahaha...! dengan senang hati, saya tidak keberatan Tuan muda!" Leon tertawa terpingkal-pingkal.

Aku mendengus kesal menatapnya bahagia diatas penderitaanku.

Pikiranku pun menerawang jauh. Alya...?! Seperti apa wanita yang di jodohkan Ayah untukku? Aku sedikit penasaran dengan rupanya.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Selamat datang di karyaku yang lain.

Terimakasih telah membaca 🙏.

Silahkan beri Komentar, Like, Subscribe, Vote

jika kamu suka.

Kritik dan saran akan author terima 🤗

Pantau terus ya episodenya,,, bantu othor untuk mencapai retensi novel agar karya othor gak sia-sia 😭

Terpopuler

Comments

Mr.Arez-Jr

Mr.Arez-Jr

wkwkwk lucu nih thor 🤣🤣🤣

2024-11-21

2

Ayumarhumah

Ayumarhumah

Mampir ya Kakak.❤️

2024-12-10

2

Ayumarhumah

Ayumarhumah

Wiiih Richie nya keren bgt

2024-12-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!