seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Nabillah terkena penyakit tifus dan harus dirawat agar mendapatkan hasil pemulihan yang maksimal.
Saat ini, Delvin berada di ruangan Nabillah, sementara ayah Nabillah pergi menjemput ibunya. Andika telah kembali ke tempat terapi, kemungkinan akan datang lagi ke rumah sakit nanti.
Kabar baiknya, Nabillah kini sudah sadar. Delvin merasa sangat lega dan senang melihat Nabillah kembali membuka mata.
Namun, di tengah suasana itu, Nabillah tampak cemberut ketika Delvin terus-menerus menyuapinya.
"Kak, sudah," ucap Nabillah, berusaha menahan Delvin agar berhenti memberikan suapan.
"Habiskan, sayang. Biar kamu cepat sembuh," ujar Delvin, tetap bersikeras agar Nabillah menghabiskan makanannya.
Nabillah memandang Delvin dengan tatapan sinis. Namun, Delvin sama sekali tidak gentar. Ia tahu ini semua demi kebaikan Nabillah.
"Jangan menatapku seperti itu, aku tidak takut sama sekali," ucap Delvin dengan santai, yang langsung dibalas cubitan kecil di perutnya oleh Nabillah.
Delvin mengaduh sebentar, tetapi kembali menyuapi Nabillah tanpa menyerah.
"Kak, sudah dong! Ishhh," rengek Nabillah akhirnya.
Delvin pun menyerah. Ia menghela napas, lalu meletakkan mangkuk di meja kecil di samping ranjang Nabillah.
Ia kemudian memberikan beberapa obat kepada Nabillah, yang diterima dengan patuh. Sambil Nabillah meminum obatnya, Delvin mengelus pipinya dengan lembut, tatapannya penuh kasih.
"Cepat sembuh ya. Jangan sakit lagi," ucap Delvin dengan nada lirih.
Nabillah menoleh ke arah Delvin, tersenyum kecil, lalu mengangguk.
"Aku takut, sayang, kalau kamu sakit seperti ini. Aku nggak mau hal yang pernah aku rasakan terulang lagi," kata Delvin dengan nada penuh kekhawatiran.
Mendengar itu, Nabillah menunduk. Ia merasa bersalah, meskipun sakitnya ini bukanlah sesuatu yang bisa ia kendalikan.
"Kak, maafkan aku. Aku nggak tahu kalau aku akan sakit seperti ini," jawab Nabillah pelan.
"Nggak apa-apa, sayang. Aku yang terlalu lebay soal ini," balas Delvin sambil tersenyum kecil.
Nabillah tersenyum mendengar itu. Ia merasa senang karena Delvin begitu perhatian padanya.
"Terima kasih, Kak," ucapnya dengan nada riang.
Delvin membalas senyuman itu. Hatinya menghangat melihat kebahagiaan di wajah Nabillah.
"Sudah, sekarang kamu istirahat. Tidur yang nyenyak, ya," ujar Delvin lembut.
Nabillah memandang Delvin sejenak. "Kalau aku tidur, Kakak tetap di sini kan? Aku takut sendirian."
"Tentu saja, sayang. Aku nggak akan kemana-mana," jawab Delvin meyakinkan.
Nabillah tersenyum lagi. Ia lalu membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata.
"Nyanyikan sesuatu, Kak," pintanya dengan suara pelan.
Delvin langsung memenuhi permintaannya. Ia menyanyikan sebuah lagu dengan suara lembut sambil mengelus kepala Nabillah.
Mendengar suara merdu Delvin, Nabillah tersenyum kecil sebelum akhirnya terlelap.
Saat mendengar dengkuran halus Nabillah, Delvin tersenyum. Ia mendekat dan mengecup keningnya dengan penuh kasih.
"Semoga cepat sembuh, sayangku," bisiknya lembut.
Delvin pun akhirnya ikut tertidur dengan posisi duduk di samping ranjang rumah sakit Nabillah sambil memegang tangannya.
Beberapa menit kemudian, Ayah dan Ibu Nabillah tiba di ruangan tersebut. Mereka terharu melihat Delvin yang begitu perhatian kepada putri mereka. Tidak ingin membangunkan keduanya, mereka memilih duduk di sofa, menunggu Delvin dan Nabillah terbangun dari tidur.
Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan di pintu kamar rawat Nabillah. Ayah dan Ibu Nabillah menoleh bersamaan ke arah pintu. Akhirnya, Ibu Nabillah membuka pintu tersebut dan mendapati tiga tamu: Andika, Mama Ey, dan Erlita.
"Maaf, siapa ya?" tanya Ibu Nabillah dengan sopan.
"Saya Andika. Ini kakak saya, Erlita, dan ini mama mertua saya, Ey. Kami keluarga Delvin. Kami datang untuk menjenguk Nabillah," jawab Andika ramah.
"Oh, maaf, saya tidak tahu. Silakan masuk," ujar Ibu Nabillah.
Ketiganya masuk ke dalam ruangan rawat Nabillah dan terkejut melihat Delvin yang tertidur sambil memegang tangan Nabillah.
"Oh iya, Bu. Saya bawakan beberapa buah," ucap Mama Ey kepada Ibu Nabillah.
Ibu Nabillah tersenyum sambil menerima buah-buahan tersebut. "Terima kasih, Bu."
"Siapa mereka, Sayang?" tanya Ayah Nabillah.
"Ini keluarga Delvin. Mereka ingin menjenguk Nabillah," jawab Ibu Nabillah.
"Oh, silakan duduk. Nabillah sedang tidur," kata Ayah Nabillah sambil menunjuk putrinya yang tertidur lelap.
"Tak apa-apa, Pak," balas Mama Ey.
Mereka lalu duduk di sofa yang telah disediakan. Sambil menunggu Delvin dan Nabillah bangun, mereka berbincang-bincang untuk menghilangkan kebosanan.
"Oh, jadi kalian menjalani terapi di tempat kerja Nabillah?" celetuk Ayah Nabillah.
"Hehe, iya, Om. Sudah sekitar tiga bulan kami terapi di sana," jawab Andika.
"Lalu, bagaimana hasilnya? Sudah ada perubahan?" tanya Ayah Nabillah.
"Banyak sekali, Om," sahut Andika, membuat mereka mengangguk puas.
Ketika Ayah Nabillah hendak bertanya lagi, tiba-tiba terdengar suara Delvin yang baru saja bangun.
"Mama?" panggil Delvin sambil menghampiri mereka. Ia bersalaman satu per satu, meski tampak sedikit canggung.
"Tak usah canggung seperti itu, Nak," ujar Ayah Nabillah dengan senyum hangat.
Delvin hanya cengengesan sambil mengusap bagian belakang rambutnya. Ia terlihat merasa tidak enak.
"Maaf, Ayah. Apakah kalian sudah lama di sini?" tanya Delvin.
"Kurang lebih satu jam," jawab Andika.
"Terima kasih sudah menjaga Nabillah, ya, Delvin," ucap Ibu Nabillah, membuat Delvin tersenyum penuh rasa syukur.
Beberapa menit kemudian, Nabillah pun terbangun dari tidurnya. Kehadirannya membuat suasana semakin hangat. Mereka mulai berbincang dan bercanda, tertawa lepas karena kelucuan Delvin dan Andika yang saling menggoda.
TBC....